Catatan Tersisa

Oleh : Agus Yuliawan

Pemerhati Ekonomi Syariah 

Pada hari minggu (2/12) jutaan umat Islam dari penjuru tanah air datang dan berkumpul di lapangan Monas - Jakarta, untuk melakukan Reuni Akbar 212 dalam menjalin silaturahmi dan ukhuwah Islamiyah. Berkumpulnya lautan manusia tersebut, sangat langka terjadi di Indonesia. Apalagi event tersebut tidak diselenggarakan oleh event organizer profesional seperti dalam pagelaran musik rock Guns Roses, Bon Jovi dll. Tapi event reuni tersebut mampu menyedot jumlah kehadiran massa dari berbagai daerah yang membludak membanjiri Ibu Kota. 

Maka sangat wajar, jika banyak media internasional dari berbagai negara di dunia, menyoroti peristiwa tersebut, yang berjalan tertib damai dan tak menimbulkan gejolak sosial sama sekali.  Bayangkan jika fenomena ini terjadi di Timur Tengah, Asia Selatan, Afrika. Pasti menimbulkan gejolak politik dan anarkisme dimana-mana. Tapi di Indonesia, hal itu tidak sama sekali. Fenomena itu menimbulkan apresiasi masyarakat Internasional terhadap kualitas umat Islam di Indonesia, yang dikenal sangat moderat dan mampu membawa ajaran Islam rahmatan lil alamin secara damai. 

Terlepas dari suksesnya reuni tersebut, ada sekelumit catatan yang tersisa dan  perlu direnungkan bersama di acara tersebut. Yakni bagaimana mengkondisikan umat Muslim yang jutaan itu untuk  berkuasa dari segi ekonomi? Lantas  strategi apa yang akan dilakukan, untuk mencapai hal tersebut?  Perlu disadari, dari 200 juta umat Muslim di Indonesia--saat ini mereka masih banyak  ketertinggalan dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini akan menjadikan rasa miris di hati kita, kalau dari sumber daya manusia (SDM) saja, terasa masih jauh ketertinggalan,  sementara kekayaan sumber daya alam yang dimiliki oleh Ibu Petiwi diperlukan kemampuan para SDM Muslim yang berkualitas untuk mengelolanya.

Lantas bagaimana, apabila keunggulan mereka jauh sekali, dan masih banyak kesenjangan pendidikan diantara mereka.   Dari sinilah turunan dari agenda reuni 212 perlu diagendakan di tempat lain, yakni membahas  membangun kualitas SDI unggulan hingga melahirkan sinergisitas teknologi modern yang bermanfaat terhadap kemajuan  peradaban Indonesia. Untuk itu  Muhammadiyah yang selama ini konsen dalam hal ini bisa dilibatkan dalam menata konsep penguatan dan pendidikan nasional untuk kemajuan umat.

Kemudian selain pendidikan yang melahirkan kualitas manusia unggulan, persoalan ekonomi umat perlu menjadi perhatian. Bisa dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja umat Islam sangat nyaris jauh sekali keterbelakangannya. Salah satu faktor kemiskinan tersebut adalah  kualitas SDI dan  penguasaan produksi, distribusi dan konsumsi yang dimiliki oleh umat sangat rendah sekali. Untuk mengikis hal tersebut, perlu pencerahan kontekstual terminologi ajaran Islam yang mengajarkan tentang praktek Muamalah menjadi sebuah karakter diri umat Islam dalam berbisnis. Jika disimak kebelakang, sejarah mengatakan bagaimana Serikat Dagang Islam (SDI) itu besar di zaman pergerakan dikarenakan besarnya para enterpreneur Islam pada saat itu yang memahami muamalah berbisnis Islami. Sehingga menjadikan modal perjuangan untuk memajukan umat Islam Indonesia.  

Jadi, catatan yang tersisa di reuni lalu adalah perlu konsolidasi umat Muslim yang  cukup besar itu dalam merumuskan agenda besar dalam menciptakan SDI unggulan yang mampu melahirkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. Kemudian perlunya membangun ekonomi umat dari hulu ke hilir untuk mndukung itu semua perlu akses finansial yang mudah, beragam  sektor riil dan perlu akses pasar. Untuk mengembangkan itu semua,  komitmen dalam mengembangkan ekonomi syariah di tanah air mutlak dilakukan dan minimal para peserta reuni 212 sudah memelopori memiliki tabungan dan asuransi syariah. Jika ini bisa dilakukan tak perlu menunggu lama umat Islam dan bangsa Indonesia berjaya dan mampu berdikari di atas kaki sendiri. 

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…