Selamat Datang Era Disruptive Economy

 

Oleh: Nailul Huda

Peneliti INDEF

Disruptive economy dalam bahasan Revolusi industri 4.0 sering kali diartikan perusak tatanan industri yang sudah ada menjadi sebuah tatanan industri baru yang menempatkan internet dan inovasi sebagai main tools berbisnis. Mulai dari mulai munculnya robotisasi industri, sharing economy hingga saat ini mulai lumrah dengan artificial intelligence. Kanselir Jerman, Angela Markel, dalam pertemuan tahunan WEF  menyebutkan bahwa revolusi industri 4.0 adalah integrasi antara dunia online dengan produksi industri. Klaus Schwab, ekonom dan petinggi World Economic Forum, menyebutkan bahwa perekonomian sekarang sudah diambang era baru dan konsep-konsep ekonomi tradisional tidak dapat lagi diandalkan. Bahkan revolusi industri 4.0 menjadi tema besar pertemuan tahunan WEF Davos 2016, Mastering the Fourth Industrial Revolution.

Revolusi industri 4.0 sangat menggaungkan percepatan inovasa teknologi yang sedemikian maju. Terlebih dimana saat ini perekonomian global seakan sudah stagnan di posisi 2 persen. Inovasi dan perubahan teknologi dibutuhkan untuk mengakselerasi percepatan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan oleh Solow dan Swan, teknologi merupakan faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi di saat ekonomi sedang stagnan. Selain itu, nobel ekonomi salah satunya dimenangkan oleh Paul Romer yang mengusung inovasi teknologi sebagai penopang utama perekonomian.

Namun diantara semua potensi perekonomian dalam revolusi industri 4.0, tersimpan efek negatif dengan menghilangnya bisnis tradisional sesuai dengan pernyataan Schwab pada paragraf awal. Bisnis yang tidak mampu bersaing akan tersingkir dengan sendirinya. Maka sangat penting untuk mengembangkan teknologinya untuk dapat bersaing dengan pesaing ataupun negara lainnya. Pada saat ini, memang inovasi dan daya saing Indonesia sangatlah jauh dibawah negara-negara ASEAN lainnya. Dari data INSEAD, Indeks Inovasi Global Indonesia berada di peringkat 87 dari 127 negara, jauh di bawah Malaysia, VietNam, Thailand, dan Filipina. Minimnya insentif untuk melakukan penelitian menjadi faktor utamanya. Data UIS Data Centre (2017) menyebutkan rasio pengeluaran untuk penelitian dibandingkan dengan PDB Indonesia pada tahun 2013 hanya 0,085%. Jauh di bawah Korea Selatan (4,1%), Jepang (3,5%) bahkan Malaysia (1,1%).

Beberapa permasalahan menghadang Indonesia dalam menghadapi era disruptive economy. Salah satu permasalahan mendasar adalah kesiapan infrastruktur penunjang seperti industri telekomunikasi yang saat ini berada dalam kondisi tidak menunjang perkembangan ekonomi digital. Terakhir sektor telekomunikasi mengalami kemunduran dalam hal pendapatan perusahaan dimana dua dari tiga besar perusahaan telekomunikasi di Indonesia mengalami kerugian. Sedangkan perusahaan BUMN Telekomunikasi kita memgalami penurunan laba. Hal ini mengisyaratkan industri telekomunikasi memgalami permasalahan yang tidak dapat dikecilkan.

Permasalahan utama lainnya terletak pada institusi pendidikannya. Bagaimana pendidikan SMK hingga universitas menyiapkan tenaga kerja yang siap bersaing dalam industri yang baru ini. Perubahan kurikulum pasti menjadi hal pokok. Tidak saja hanya itu, kebutuhan seperti alat laboratorium menjadi hal penting untuk bersaing dengan negara lainnya.

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…