Pertumbuhan 2018 dan Prospek 2019

Oleh: Anthony Budiawan

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS)

Belum lama berselang Badan Pusat Statistik (BPS) mempublikasikan data pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk Triwulan III (Q3)-2018. Secara mengejutkan, pertumbuhan ekonomi pada Q3-2018 ini naik 5,17%. Mengejutkan, karena ekonomi Indonesia sedang menghadapi tekanan yang cukup hebat sejak Februari 2018 dan memuncak pada periode Q3 ini.

Tekanan terhadap ekonomi Indonesia dapat dilihat dari kurs rupiah yang anljok cukup dalam khususnya selama periode triwulan ketiga ini di mana kurs rupiah mendekati Rp15.000 per US$. Anjloknya kurs rupiah disebabkan karena terjadi dolar outflow akibat neraca pembayaran mengalami defisit yang cukup besar. Pada Q3-2018 neraca pembayaran mengalami defisit US$5 miliar,  dan sepanjang 9 bulan pertama (Januari-September) 2018 defisit mencapai US$15,4 miliar.

Selain itu, defisit neraca transaksi berjalan dan neraca perdagangan juga semakin besar. Pada Q3-2018, neraca perdagangan mengalami defisit US$3,78 miliar. Dengan tekanan ekonomi yang cukup berat seperti digambarkan di atas, kenapa pertumbuhan ekonomi pada Q3-2018 masih bisa mencapai 5,17%?

Beberapa catatan kritis atas data pertumbuhan ekonomi. Pertama, ada perbedaan, atau gap, yang cukup signifikan antara pertumbuhan ekonomi dari sisi produksi (supply) dan pertumbuhan ekonomi dari sisi konsumsi (permintaan). Pada Q1-2018, pertumbuhan produksi mencapai 5,06% tetapi yang terserap menjadi pertumbuhan konsumsi hanya 4,38%. Selisihnya adalah perubahan inventori sebesar 0,68%. Artinya, terjadi penumpukan inventori atas barang yang sudah diproduksi tetapi tidak terserap konsumsi akibat permintaan masih lemah.

Hal ini juga menjelaskan mengapa inflasi selama ini masih rendah, karena terjadi over-supply. Q2-2018 lebih parah lagi. Gap pertumbuhan produksi dan pertumbuhan konsumsi melebar, yaitu 5,27% versus 3,90%. Artinya, terjadi penumpukan inventori sebesar 1,37%, suatu jumlah yang sangat besar. Untuk Q3-2018, penumpukan inventori masih terjadi dengan jumlah yang juga cukup besar. Pertumbuhan produksi pada Q3-2018 tercatat 5,17%, masih jauh lebih besar dari pertumbuhan konsumsi yang masih stagnan di 4,41%.

Kedua, pertumbuhan investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto, PMTB) pada Q3 2018 tercatat 2,24% juga patut dipertanyakan. Pasalnya, menurut Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) realisasi investasi pada Q3 2018 turun 1,3% dibandingkan dengan Q3-2017. Realisasi investasi pada Q3-2018 turun dari Rp176,6 triliun pada Q3-2017 menjadi Rp173,8 triliun pada Q3-2018, atau turun 1,3%.  Penurunan investasi pada Q3-2018 ini seharusnya memengaruhi tingkat pertumbuhan PMTB Q3-2018 menjadi lebih rendah dari Q3-2017. Tetapi, hal tersebut tidak terjadi.

Melihat kondisi di atas, prospek pertumbuhan ekonomi 2019 sepertinya tidak terlalu cerah. Perubahan inventori dipastikan akan turun pada 2019 karena perusahaan tidak bisa memproduksi terus menerus dan menumpuk inventori. Pada saatnya, perusahaan akan membatasi produksi dan memenuhi permintaan melalui inventori sehingga inventori akan turun. Mengingat konsumsi rumahtangga dan pemerintah relatif stabil, maka prospek ekonomi 2019 tergantung dari kinerja ekspor-impor. Kalau net ekspor (ekspor dikurang impor) masih juga negatif seperti tahun 2018, maka pertumbuhan ekonomi akan tertekan, bisa-bisa hanya mencapai 3,5% saja. Kalau ekspor dan impor seimbang (atau nol persen), maka pertumbuhan ekonomi mungkin mencapai 4,5%.

 

BERITA TERKAIT

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

BERITA LAINNYA DI

Tantangan APBN Usai Pemilu

   Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Pemilu untuk Presiden dan Wakil Presiden, serta DPR, DPD…

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…