Vietnam Komunis Jago Bisnis, Indonesia Tertinggal

Oleh: Gigin Praginanto, Pemerhati Kebijakan Publik

Meski komunis, Vietnam memang jagoan dalam memikat para kapitalis. Tampaknya negara ini juga bakal diuntungkan oleh perang dagang Amerika-China. Negara ini kini, bersama dengan Malaysia dan Thailand,  menjadi salah satu tujuan utama perpindahan berbagai pabrik-pabrik korban perang dagang dari China.

Pabrik-pabrik di China, termasuk milik perusahaan Amerika,  kini dihadapkan pada kenyataan pahit. Mereka kehilangan pasar utama karena presiden Trump membangun benteng proteksi untuk menghadang barang dari China ke Amerika. Mereka juga dihantam oleh biaya produksi yang meningkat di China.

Vietnam diincar karena kisah suskes berbagai perusahan berkelas dunia yang telah berkiprah disana. Di antaranya adalah raksasa sepatu Nike dan Adidas. Raksasa teknologi tinggi yang sudah berinvestasi di Vietnam adalah Intel. Pembuat chip komputer ini telah menuai banyak keuntungan sejak membangun pabrik bernilai satu miliar dolar AS di Vietnam pada 2010.

Dari kubu Korea,  LG Group dan Samsung telah menanamkan beberapa puluh miliar dolar AS untuk membangun pabrik di beberapa tempat di Vietnam. Investor terbesar adalah Samsung dengan nilai 17,5 miliar dolar AS. Kedua raksasa Korea ini berinvestasi di industri teknologi tinggi dan perakitan barang barang elektronik seperti telpon genggam,  TV dan sebagainya.

Pemerintah Vietnam sendiri telah menawarkan berbagai fasilitas bagi investor teknologi tinggi. Targetnya, 30 persen dari produk industrinya berteknologi tinggi. Alasannya,  produk ini memiliki nilai tambah yang tinggi sehingga memberi keuntungan lebih besar untuk jangka pendek maupun panjang.

Menurut catatan Central Institute of Economic Management (CIEM) pemerintah Vietnam, sejak 2015, ekspir elektronik Vietnam telah menempati peringkat 12 di dunia. Di ASEAN  Vietnam berada di peringkat tiga setelah Singapura.

Dalam soal ekspor,  Vietnam memang berbeda dengan Indonesia yang masih terperangkap di papan bawah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, nilai ekspor Indonesia tahun lalu naik 16,22% menjadi 168,73 miliar dolar AS. Tapi nilai ini masih jauh di bawah negara-negara tetangga.

Ekspor tertinggi dilakukan oleh Singapura dengan nilai 373 miliar dolar AS. Urutan berikutnya adalah Thailand dengan nilai 236,69 miliar dolar AS, Malaysia dengan 219,45 miliar dolar AS, dan Vietnam dengan 213,77 miliar dolar AS.

Bila tak serius,  Indonesia bisa tertinggal lebih jauh dari Vietnam,  yang kini sedang menjalin kerja sama dengan Bank Dunia menyusun strategi pembangunan 2018-2023 untuk menarik investasi bernilai tambah tinggi. Strategi ini memberi perhatian terbesar pada industri teknologi tinggi, dan memberi prioritas pada empat sektor: manufaktur,  pertanian,  jasa,  dan pariwisata.

Keseriusan Vietnam dalam membangun ekonomi diacungi jempol okeh para investor mancanegara.  Buktinya, tahun lalu FDI ke Vietnam melesat 12% dan mencetak rekor baru dengan nilai 35,88 miliar dolar AS. Ini nilai terbesar setelah Singapura. Sepanjang periode Januari-Agustus tahun ini, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, FDI ke Vietnam naik 9,2% menjadi 11,25 miliar dolar AS.

Indonesia malah kedodoran.  Lihat saja, pada kuartal kedua tahun ini FDI ke Indonesia merosot 12,9% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi 7,1 miliar dolar AS. Kemerosotan ini adalah yang pertama sejak 2011. Tahun lalu, meski tumbuh 8,5% menjadi 32,4 milliar dolar AS, FDI ke Indonesia tetap di bawah Vietnam.

Sungguh memrihatinkan karena jumlah penduduk Vietnam hanya 95,5 juta, sedangkan Indonesia 265 juta. Indonesia juga memiliki kekayaan alam yang jauh lebih berlimpah ketimbang Vietnam.

Bisa jadi,  selain keseriusan rejim komunis Vietnam dalam melakukan reformasi ekonomi,  para investor mancanegara juga merasa nyaman berkiprah disana karena masalah agama dan ras sudah usai disana. Tak ada lagi kelompok kecil pebisnis dari etnik tertentu merajai dunia bisnis sehingga kecemburuan sosial bertumpuk secara terus menerus.

Hal ini terkait dengan keberhasilan Vietnam mengusir Amerika, yang mejuga membuat dominasi etnik China di kancah bisnis berakhir. Hengkangnya Amerika dari Vietnam memicu perburuan besar-besaran terhadap etnik China yang dianggap biang keladi kemiskinan rakyat.

Akibatnya berjuta orang China-Vietnam hengkang dengan berbagai cara,  termasuk menggunakan perahu melintasi berbagai lautan. Mereka juga meninggalkan begitu saja aset yang telah ditumpuk selama bergenerasi.

Kondisi Indonesia saat ini jelas berbeda.  Kampanye tentang keberagaman terus menguat, dan digelorakan oleh para tokoh masyarakat dari bergai bidang: akademik,  LSM,  bisnis,  politik,  kebudayaan,  Pers dan lain lain. Mereka mengingatkan bahwa perbedaan ras, suku,  dan agama bisa disinergikan sehingga menghasilkan energi yang dibutuhkan untuk membangun Indonesia.

Tingginya elektabilitas presiden Jokowi pun banyak dilihat sebagai bukti bahwa kesadaran pada keberagaman sebagai sumber energi bangsa menguat. Opini ini mungkin benar, tapi masih perlu diuji oleh tekanan ekonomi. Sejarah telah membuktikan,  situasi sosial yang tenang dan bersahabat tiba-tiba bisa berubah menjadi gejolak berdarah ketika badai ekonomi menerpa Indonesia. Suasana SARA pun merebak di semua sudut negeri seperti terjadi pada 1998.

 

 

BERITA TERKAIT

Tidak Ada Pihak yang Menolak Hasil Putusan Sidang MK

  Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia   Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…

Investor Dukung Putusan MK dan Penetapan Hasil Pemilu 2024

  Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik   Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tinggi di 2024

  Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi   Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…

BERITA LAINNYA DI Opini

Tidak Ada Pihak yang Menolak Hasil Putusan Sidang MK

  Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia   Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…

Investor Dukung Putusan MK dan Penetapan Hasil Pemilu 2024

  Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik   Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tinggi di 2024

  Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi   Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…