Penggunaan Plastik Dorong Permintaan Minyak

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Produk-produk plastik dan petrokimia lainnya akan mendorong permintaan minyak global hingga 2050, mengimbangi pelambatan konsumsi bahan bakar motor, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan pada Jumat (5/10). Meskipun pemerintah berupaya mengurangi polusi dan emisi karbon dari minyak dan gas, lembaga yang berbasis di Wina itu memperkirakan pertumbuhan yang cepat dari negara-negara berkembang, seperti India dan China, akan mendorong permintaan produk-produk petrokimia.

Petrokimia yang berasal dari bahan baku minyak dan gas membentuk blok-blok bangunan untuk produk-produk yang berkisar mulai dari botol plastik dan produk kecantikan hingga pupuk dan bahan peledak. Permintaan minyak untuk transportasi diperkirakan akan melambat pada tahun 2050 karena munculnya kendaraan listrik dan pembakaran mesin yang lebih efisien, tetapi itu akan diimbangi oleh meningkatnya permintaan untuk petrokimia, IEA mengatakan dalam sebuah laporan.

"Sektor petrokimia adalah salah satu titik buta debat energi global dan tidak ada pertanyaan bahwa itu akan menjadi pendorong utama pertumbuhan permintaan minyak selama bertahun-tahun yang akan datang," Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol mengatakan pada Reuters. Petrokimia diperkirakan mencapai lebih dari sepertiga pertumbuhan permintaan minyak global pada tahun 2030 dan hampir setengah dari pertumbuhan permintaan pada 2050, menurut pemantau energi dunia tersebut.

Permintaan global untuk bahan baku petrokimia menyumbang 12 juta barel per hari (bph), atau sekitar 12 persen dari total permintaan minyak pada 2017. Angka tersebut diperkirakan akan terus meningkat menjadi hampir 18 juta bph pada 2050. Sebagian besar pertumbuhan permintaan akan berlangsung di Timur Tengah dan China, di mana pabrik-pabrik petrokimia besar sedang dibangun.

Perusahaan-perusahaan minyak seperti Exxon Mobil dan Royal Dutch Shell berencana untuk berinvestasi di pabrik-pabrik petrokimia baru dalam dekade mendatang, bertaruh pada meningkatnya permintaan untuk plastik. Penggunaan plastik telah mendapat sorotan yang meningkat karena produksi limbahnya mengalir ke lautan, di mana itu membahayakan kehidupan laut, mendorong beberapa negara melarang, sebagian melarang atau mengenakan pajak penggunaan kantong plastik sekali pakai.

Tetapi laporan IEA mengatakan upaya pemerintah untuk mendorong daur ulang guna mengekang emisi karbon hanya akan memiliki dampak kecil pada pertumbuhan petrokimia. "Meskipun peningkatan besar dalam daur ulang dan upaya untuk mengekang penggunaan plastik sekali pakai, terutama yang dipimpin oleh Eropa, Jepang dan Korea, upaya ini akan jauh lebih berat dibandingkan dengan peningkatan tajam dalam konsumsi plastik di negara-negara berkembang," IEA mengatakan.

Di bawah skenario IEA paling agresif, daur ulang bisa mencapai sekitar lima persen dari permintaan bahan kimia bernilai tinggi. Pabrik-pabrik petrokimia terutama berjalan pada produk-produk minyak ringan seperti nafta dan liquefied petroleum gas (LPG). Tapi gas alamnya menjadi bahan baku yang semakin disukai, terutama di Amerika Serikat di mana produksi gas serpih telah meningkat.

 

BERITA TERKAIT

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Peruri : Permintaan Pembuatan Paspor Naik Tiga Kali Lipat

    NERACA Jakarta – Perusahaan Umum Percetakan Uang Republik Indonesia (Perum Peruri) mencatat lonjakan permintaan pembuatan paspor dalam negeri…

Jika BBM Naik, Inflasi Diprediksi Capai 2,5-3,5%

  NERACA Jakarta – Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia memperkirakan inflasi di kisaran 2,5-3,5 persen pada tahun 2024…

Kemenhub Siap Fasilitasi Investasi Jepang di Proyek TOD MRT Jakarta

    NERACA Jakarta – Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengatakan pihaknya siap memfasilitasi investor dari Jepang untuk pengembangan…