Transformasi Pembangunan Ekonomi

Oleh: Dhenny Yuartha Junifta

Peneliti INDEF

 

Gejolak ekonomi global memang tak berkesudahan. Setiap kali datang, banyak negara dihantam. Kali ini Turki dan Argentina mengalami hantaman paling berat. Imunitas perekonomian negara-negara berkembang pun di uji. Dituntut kebijakan dalam jangka pendek yang mampu meredam gejolak, sekaligus jangka panjang agar perekonomian tahan dari setiap kemungkinan gejolak yang akan datang.

Indonesia termasuk dari salah satu negara yang tahan terhadap gejolak akhir-akhir ini. Nomura Holding Inc, menggolongkan negara ini sebagai salah satu dari delapan negara dengan resiko paling rendah terpapar gejolak. Meski demikian, penting bagi Indonesia untuk mulai melakukan  ikhtiar menelisik tantangan ekonomi ke depan. Tujuannya, agar permasalahan fundamental ekonomi Indonesia mampu tergambarkan secara utuh. Dibanding tantangan ketidakpastian eksternal, nampaknya tantangan pembangunan ekonomi domestik menjadi lebih mendesak untuk ditelisik. Tantangan ekonomi domestik tersebut setidaknya dapat diurai dalam tiga narasi.

Pertama, transformasi ekonomi. Pembangunan ekonomi ke depan harus dikuatkan melalui peningkatan nilai tambah komoditas unggulan. Sektor Riil (tradable) memainkan peranan penting untuk mewujudkan hal tersebut. Namun, sejak 2001, peranan sektor riil terhadap perekonomian nasional semakin menurun. Puncak penurunan tersebut secara drastis terjadi pada periode 2008 hingga 2010, dimana tahun 2008 kontribusi sektor riil mencapai 53,23% menjadi 46,08% di tahun 2010. Bersamaan dengan periode tersebut, kontribusi sektor non-tradable pun mulai dominan di dalam perekonomian hingga kini..

Kedua, transformasi manusia atau penguatan kapasitas manusia. Peningkatan akses pendidikan dan produktifitas tenaga kerja adalah fokus utama transformasi ini. Transformasi ekonomi sukar diraih jika faktor ini abai dilakukan. Sejak bertahun-tahun, kualitas tenaga kerja Indonesia memang masih perlu dibenahi. Sekitar 60% tenaga kerja Indonesia masih berpendidikan SLTP ke bawah. Ketiga, soal transformasi inovasi. Kedepan, kreatifitas masyarakat, pemanfaatan teknologi, dan sistem informasi harus didorong. Sebab, teknologi berperan penting dalam mengakselerasi ekonomi.

Peningkatan infrastruktur yang masif dan komitmen pemerintah untuk mengalokasikan 20 persen belanja untuk pendidikan memang patut untuk di apresiasi. Dengan cara ini, transformasi manusia dapat terdorong, sedangkan transformasi inovasi dapat dibuka jalannya. Harapannya, transformasi ekonomi dapat dioptimalkan melalui penguatan nilai tambah sektor riil Indonesia.

BERITA TERKAIT

Produk Keuangan Syariah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…

BERITA LAINNYA DI

Produk Keuangan Syariah

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah   Selain bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh keberkahan dan ampunan, bulan yang suci…

Gejolak Harga Beras

  Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta   Ada pemandangan aneh ketika kemarin rakyat rela…

Risiko Fiskal dalam Pembangunan Nasional

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Risiko dapat dimaknai sebagai kemungkinan terjadinya suatu kejadian yang…