Mimpi Besar Kaum Disabilitas Untuk Kemandirian Ekonomi

Membangun kepercayaan diri hingga mampu bangkit kembali, bukanlah proses yang mudah bagi seseorang yang awalnya hidup dengan normal dengan anggota tubuh yang lengkap dan kemudian dihadapkan dengan kondisi fisik yang catat akibat kecelakaan kerja. Hal inilah yang dirasakan Ahmad Wahyudin (35), difabel yang kehilangan tangan kanannya akibat kecelakaan kerja di pabrik tempatnya bekerja. “Saya sempat terpuruk pasca kecelakaan kerja, setelah tangan kanan saya harus diamputasi.”ceritanya.

“Pasca musibah itu berlalu, hari-hari saya hanya dirumah dihantui dengan pikir pesimistis hingga ada niatan untuk mengakhiri hidup karena merasakan sudah tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk kelurga. Bahkan saya tidak mau menerima tamu dan keluar rumah dalam beberapa pekan, “tuturnya. Namun berkat suport keluarga terdekat, dirinya harus menerima kenyataan pahit hidup ini dengan memulai kehidupan baru sebagai difabel. Kehidupan terus berjalan dan tidak mau berlarut-larut dengan penderitaan, Ahmad memulai usaha baru untuk menafkahi anak dan istrinya. Upah pesangon dari pabrik, kata Ahmad, digunakan untuk modal kelontongan sebagai penyambung hidup. Akan tetapi seiringnya berjalannya waktu, dirinya merasakan usahanya berdagang belum bisa mencukupi kehidupan sehari-hari.

Bapak satu anak ini, pernah bekerja sebagai tukang las dan juga admin di sebuah pabrik. Namun masih merasakan belum berkembang, apalagi kebutuhan dapur rumahnya mendorong dirinya membuka berjualan kaos. Dirinya menuturkan, kala itu temannya membutuhkan jumlah kaos dalam partai kecil dengan desain yang sudah disiapkan untuk kepentingan acara kantor. “Tanpa pikir panjang, saya menyanggupi permintaan teman saya untuk pengadaan kaos tersebut,”ungkapnya.

Syukur saja, berkat keahlianya menyablon dan kenalan di industri garmen mulai membuka jalan usahanya berjualan kaos. Alhasil pesanan kaos dari temannya, berhasil dipenuhi dengan cukup puas. Sejak saat itu, orderpun terus berdatangan. Hanya saja, dengan usahanya tersebut dirasakan belum bisa berkembang pesat untuk siap dipasarkan lebih luas karena belum memiliki nilai jual yang kompetitif. Hingga suatu saat, salah satu rekannya menawarkan Ahmad Wahyudin mengikutsertakan pelatihan wirausaha bagi disabilitas dari Maybank.

Melihat potensi bisnis dan usaha yang dimiliki Ahmad Wahyudin, membawa dirinya berhasil mengikuti berbagai tahapan seleksi dari Maybank Foundation untuk mendapatkan pelatihan dan  pengembangan bisnisnya. Dimana berkat pendampingan dan pelatihan melalui modul Awareness dan Change, telah membawa perubahan pada diri Wahyudin lebih percaya diri dan termotivasi untuk mengeksplorasi potensi dalam mendesain. Tidak hanya modul tersebut, namun dia juga memakai Blue Ocean strategi dan membuka usaha baru sebagai konsultan desain dan akhirnya Ahmad Wahyudin menerima order dari beberapa perusahaan besar dan pernikahan. Kini, dirinya sudah mendapatkan pelanggan besar seperti jasa printing kaos yang membantu meningkatkan penjualannya secara signifikan. Tengok saja, omset penghasilannya saat ini sudah mencapai Rp 17 juta lebih atau tumbuh dari sebelum mengikuti pelatihan reach independence and sustainable enterpreneurship (RISE) yang dilakukan Maybak Foundation sebesar Rp 10 juta.

Diakui Ahmad Wahyudin, program RISE dirasakan betul manfaatnya dalam membangun kemandirian ekonomi bagi kaum disabilitas dan terlebih lagi mendorong menggali potensi  yang ada. “Program RISE membawa sebuah perubahan image bahwa mereka disabilitas mampu mandiri secara ekonomi dan tidak bergantung pada orang lain,”tandasnya.

Ya, apa yang dirasakan Ahmad Wahyudin dibenarkan pula oleh Santoso (28). Penjahit penyandang tuna daksa ini berhasil membuktikan kepada masyarakat luas, memiliki keterbatasan fisik (disabilitas) bukannya menjadi hambatan untuk maju dan mandiri secara ekonomi. Memiliki keahlian menjahit secara otodidak dan belajar dari seorang desainer ternama di Yogyakarta menjadi potensi dirinya untuk mandiri secara ekonomi. Namun potensi tersebut, berhasil dikembangkan lebih maju lagi setelah mengikuti program RISE dari Maybank Foundation.”Saya mulai berani menerima pesanan agak banyak di awal tahun 2017 setelah mengikuti program RISE. Sebelumnya hanya belajar dan menerima satu atau dua jahitan saja," ungkap  Santoso.

Stigma negatif orang disabilitas pernah dirasakan olehnya, dengan perlakuan 'diskriminasi' dan dipandang sebelah mata lantaran seorang penyandang disabilitas sering dianggap (bekerja) lamban dan tidak kompeten. Setelah dirasakan cukup menimba ilmu jahit-menjahit, di tahun 2014 dengan tekad baja berwirausaha membuka jasa jahitan secara mandiri. Usahanya diberi nama 'House of Satin' dan bertahan sampai saat ini.

Saat itu, semua dikerjakan sendiri karena belum sanggup membayar karyawan. Perlahan tapi pasti, usahanya mulai menunjukkan perkembangan. Pesanan demi pesanan mulai berdatangan dan dikerjakan sendiri. Namun, pesanan yang diterima masih sebatas pakaian pria dan wanita yang mudah dikerjakan sendiri. Termasuk menyerahkan hasil karya yang sudah jadi kepada pelanggan.”Sejak dua tahun berusaha, rasanya belum ada perkembangan signifikan karena semua dikerjakan sendiri. Produksi juga terhambat dengan jenis karya yang terbatas. Di tahun 2016 mengikuti program RISE ini dan mendapatkan pengetahuan baru," paparnya.

Menurut Santoso RISE merupakan program pembinaan kewirausahaan (entrepreneur mentorship) dan keuangan kepada para penyandang disabilitas.  Program  ini terdiri dari program pelatihan selama 3 (tiga) hari dan dilanjutkan dengan program mentoring terstruktur kepada para penerima manfaat selama 3-6 (tiga-enam) bulan.  Selama masa pelatihan, Santoso mengatakan para peserta penyandang disabilitas dibekali dengan pengetahuan pengelolaan keuangan, strategi pemasaran dan perubahan pola pikir (mindset) dalam mengelola usaha. Kemudian dalam program mentoring, para peserta akan didampingi mentor secara personal untuk meningkatkan pendapatan dan kapasitas usaha. 

Santoso mengakui usai mengikuti program ini, usahanya menunjukkan perkembangan signifikan. Dia mulai berani mematok target menjahit seragam untuk pesta pernikahan, para pengapit hingga busana para pengantinnya. Bahkan, menerapkan strategi 'blue ocean' yang memungkinkan menganalisa rantai pembeli baru dengan memproduksi souvenir berupa jaitan dengan pangsa pasar wisatawan mancanegara atau lokal. "Saat ini gerai di rumah semakin ramai dan sudah dibantu dua orang karyawan untuk memenuhi pesanan. Agar tidak mengurangi pelayanan, saya masih mengantarkan pesanan bila masih di dalam kota dan harga jahitan tetap kompetitif," katanya.

 

 

Memberikan Dampak Luas

 

 

Apa yang sudah dilakukan Santoso dan Ahmad Wahyudin, merupakan tujuan dari PT Bank Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) bersama Maybank Foundation, yayasan sosial yang dimiliki Maybank Group untuk membangun dan meningkatkan kapabilitas usaha mikro bagi komunitas penyandang disabilitas sehingga memberikan dampak positif bagi komunitas sekitarnya.

Head Corporate Communications and Branding Maybank Indonesia, Esti Nugraheni menjelaskan, program pelatihan selama tiga hari tersebut dilanjutkan dengan program mentoring terstruktur kepada para penerima manfaat selama tiga sampai enam bulan.Selama masa pelatihan, para peserta penyandang disabilitas akan dibekali pengetahuan pengelolaan keuangan, strategi pemasaran dan perubahan pola pikir (mindset) dalam mengelola usaha.”Kemudian dalam program mentoring, para peserta akan didampingi mentor secara personal untuk meningkatkan pendapatan dan kapasitas usaha, dengan tujuan akhir meningkatkan taraf hidup para penyandang disabilitas," kata Esti.

Sementara menurut CEO dari Maybank Foundation, Shahril Azuar Jimin, melalui program RISE, Maybank Group turut mendukung upaya membangun komunitas berdikari dengan menjangkau lebih banyak penerima manfaat dan berdampak positif bagi masyarakat.”Program ini juga selaras dengan misi ASEAN dan lima sasaran United Naitons Sustainable Development Goals yaitu tanpa kemiskinan, pendidikan berkualitas, kesetaraan gender pertumbuhan ekonomi dan pekerjaan yang layak dan mengurangi kesenjangan,” katanya. 

Program RISE merupakan kesuksesan Maybank Foundation menginisiasi di Malaysia dengan membukukan 411,7% rata-rata kenaikan pendapatan dari 40 peserta terbaik dalam priode enam bulan yang berakhir April 2015. Program tersebut telah diikuti lebih dari 1.300 peserta dan kemudian pada 2016 mulai dikembangkan ke regional, termasuk ke Indonesia dan Filipina. Maka untuk menjangkau lebih luas lagi, Maybank Foundation akan menggelar program pemberdayaan bagi kaum disabilitas tersebut secara berkelanjutan dan hadir di beberapa kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Yogyakarta, Bali, Banten, Bogor, Bekasi, Malang, Medan, Makassar dan Depok.

Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria pernah bilang, di Indonesia proyek percontohan (pilot project) program RISE dilaksanakan kepada 211 penyandang disabilitas di Jakarta dan Yogyakarta. Serangkaian program pelatihan kemudian dilakukan selama 2017 kepada 94 penyandang disabilitas di Bali, 119 penyandang disabilitas di Tangerang dan 110 penyandang disabilitas di Bogor serta pada 2018 kepada 55 penyandang disabilitas di Yogyakarta serta 99 penyandang disabilitas di Malang.

Dari pelaksanaan pilot project hingga pelaksanaan program yang ditargetkan selesai pada 2019, diproyeksikan untuk menjangkau total 2.200 penerima manfaat yang tersebar di seluruh penjuru Indonesia. Dirinya pun menegaskan, pemberdayaan ekonomi merupakan salah satu fokus corporate responsibility Maybank Indonesia. Maka selaras dengan misi perusahaan humanising financial services, Maybank Indonesia secara konsisten memberikan perhatian kepada individu maupun komunitas wirausaha penyandang disabilitas dengan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan semangat pantang menyerah, percaya diri serta meningkatkan keterampilan hingga meningkatkan kapasitas usaha untuk mencapai masa depan yang mandiri dan sejahtera melalui program RISE.

Gagasan dan program RISE yang dilakukan Maybank Indonesia sebagai bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR), mendapatkan respon dan dukungan positif dari masyarakat. Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Sri Sultan HB X menaruh harapan besar agar program pelatihan dan pendampingan terhadap disabilitas bisa berkelanjutan karena tidak semudah seperti yang dibayangkan. Program tersebut juga bisa dikembangkan guna meningkatkan harkat dan martabat disabilitas di Indonesia terutama di DIY.”Usaha mulia yang digagas Maybank Fondation ini perlu diacungi tiga jempol karena upaya pelatihan sampai pendampingan para disabilitas agar mendapatkan hak untuk berwirausaha tidak semudah membalikkan telapak tangan. Saya harap metode ini bisa dikembangkan dinas dan dewan pendidikan guna memperkaya kompetensi yang ada selama ini,"kata Sultan.

 

BERITA TERKAIT

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…

BERITA LAINNYA DI CSR

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…