Pangsa Pasar Farmasi Rp700 triliun - Roadmap Industri Farmasi di 2025

 

 

NERACA

 

Jakarta – Industri farmasi menjadi salah satu prioritas sektor yang ditingkatkan pada 2018, karena dianggap memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pertumbuhan ekonomi. Di 2017, industri farmasi, produk obat kimia, dan obat tradisional mengalami pertumbuhan 6,85% atau lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi. Disamping itu juga, nilai investasi di sektor farmasi juga meningkat sebesar 35,65% sehingga mencapai Rp5,8 triliun. 

Maka dari itu, Gabungan Pengusaha (GP) Farmasi membuat roadmap di industri farmasi agar pangsa pasar di industri ini mencapai Rp 700 triliun pada 2025. Menurut Wakil Sekjen GP Farmasi Indonesia Kendrariadi Suhanda, saat ini pangsa pasar telah mencapai Rp70 triliun, artinya butuh kenaikan 10 kali lipat agar bisa mencapai angka Rp 700 triliun.

Jika dibandingkan dengan pangsa pasar dunia di industri farmasi yang mencapai US$1.000 miliar, maka pangsa pasar di Indonesia masih jauh. Sehingga diperlukan beberapa cara agar bisa bersaing di kancah global. “Sejatinya industri farmasi masih menemukan kendala agar industri ini bisa maju. Seperti bahan baku yang 90% adalah impor sehingga membuat kita (pengusaha) melihat juga dari sisi nilai tukar,” kata Kendrariadi saat konferensi pers pameran Cphl South East Asia 2018, di Jakarta, Selasa (20/3).

Ia menyampaikan dari Rp700 triliun tersebut, tak semuanya ditujukan untuk pasar domestik melainkan juga untuk diekspor. Komposisinya adalah Rp450 triliun di pasar lokal dan Rp250 triliun untuk ekspor. “Akan tetapi lagi-lagi kita masih menemui masalah yang tak kunjung selesai. Maka kami meminta kepada pemerintah untuk dukungannya kepada industri ini agar bisa bersaing dengan industri farmasi dari luar negeri,” katanya.

Masalah yang dimaksud adalah dukungan dari pemerintah, seperti contoh soal izin dan pameran. “Industri farmasi di China itu sangat didukung oleh pemerintahnya. Bahkan untuk pameran pun, para pengusaha diongkosin oleh pemerintah untuk belajar dan menggaet investor. Kalau kita tidak bisa membikin bahan baku sendiri, ya kita bisa kerjasama dengan perusahaan lain dan kita tarik untuk berinvestasi di Indonesia,” ucapnya.

Ikut hadir dalam konferensi pers, Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat menyampaikan pemerintah perlu menyiapkan lahan khusus untuk pabrik-pabrik obat. Pasalnya untuk investasi di pabrik obat ini akan banyak berurusan dengan izin dan tentunya warga sekitar lokasi pabrik. “Kalau disentralisasi maka akan jauh lebih mudah. Ketika para pengusaha masuk maka perlu diperhatikan limbahnya, akan tetapi jika disentralisasi dengan kawasan khusus maka akan lebih baik,” jelasnya.

Disamping itu, Irwan mengatakan dengan riset dan porses produksi yang memenuhi standar, bahan baku herbal bisa menjadi alternatif yang diperhitungkan untuk membentuk industri farmasu Indonesia yang inovatif. “Kami memahami bahwa inovasi dan keamanan produk adalah hal terpenting dalam membuat produk yang berkualitas. Maka dari itu, kami selalu menerapkan cara-cara pembuatan obat tradisional terbaik hingga memperoleh kepercayaan masyarakat dan berkontribusi untuk meningkatkan industri farmasi Indonesia,” cetusnya.

Ditambahkan Kendra, pameran Cphl South East Asia menjadi rujukan bagi para pengusaha yang ingin melebarkan sayapnya di industri farmasi. Event Director PT UBM Pameran Niaga Indonesia, Maria Lioe mengatakan bahwa riset dan inovasi berperan penting dalam kelangsungan industri farmasi. “Karena itu kami CPhI South East Asia (CPhI SEA) sebagai platform terpercaya untuk memperluas peluang membangun jejaring bagi pemain industri farmasi lokal maupun multinasional. Dengan dukungan penuh dari GP Farmasi Indonesia dan PMMC, CPhI SEA memasuki tahun ke tujuh pada 2018 ini dengan kategori pameran lebih lengkap serta menghadirkan berbagai konferensi dan forum yang diharapkan dapat berkontribusi meningkatkan industri farmasi di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara,” tukasnya.

CPhI SEA 2017 akan diadakan di JIExpo Kemayoran pada 27-29 Maret 2018 dengan menghadirkan lebih dari 260 peserta pameran dan mengestimasikan 5.500 pengunjung profesional industri farmasi sehingga menjadikan pameran ini sebagai wadah komunikasi yang menyeluruh dan dinamis sesuai perkembangan industri.

 

BERITA TERKAIT

Pemerintah Diminta Mengkaji Usulan Legalitas Kasino

Pemerintah Diminta Mengkaji Usulan Melegalkan Kasino NERACA Jakarta - Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mendorong pemerintah mengkaji…

Ekonomi Islam Tidak Boleh Monopoli dan Spekulatif

Ekonomi Islam Tidak Boleh Monopoli dan Spekulatif  NERACA Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan 12 Republik Indonesia (RI) Jusuf…

KAI Siap Bangun Ekosistem Logistik Berbasis Rel

KAI Siap Bangun Ekosistem Logistik Berbasis Rel NERACA Jakarta - Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo menyatakan kesiapan membangun ekosistem…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemerintah Diminta Mengkaji Usulan Legalitas Kasino

Pemerintah Diminta Mengkaji Usulan Melegalkan Kasino NERACA Jakarta - Guru Besar Fakultas Hukum Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mendorong pemerintah mengkaji…

Ekonomi Islam Tidak Boleh Monopoli dan Spekulatif

Ekonomi Islam Tidak Boleh Monopoli dan Spekulatif  NERACA Jakarta - Wakil Presiden (Wapres) ke-10 dan 12 Republik Indonesia (RI) Jusuf…

KAI Siap Bangun Ekosistem Logistik Berbasis Rel

KAI Siap Bangun Ekosistem Logistik Berbasis Rel NERACA Jakarta - Direktur Utama PT KAI Didiek Hartantyo menyatakan kesiapan membangun ekosistem…

Berita Terpopuler