NERACA
Jakarta – Terjun bebasnya harga saham PT Indo Kordsa Tbk (BRAM) di luar kebiasaan, menjadi alasan bagi PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mencermati pola transaksi saham BRAM. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Kata Irvan Susandy, Kadiv. Pengawasan Transaksi BEI, informasi terakhir yang dipublikasikan emiten pada 7 Agustus 2017 terkait Laporan Bulanan Registrasi Pemegang Efek. Investor diminta memperhatikan jawaban perusahaan atas permintaan konfirmasi bursa dan mengkaji kembali rencana aksi korporasi perseroan yang belum mendapatkan persetujuan RUPS.
Harga saham BRAM pada 9 Agustus 2017 masih berada di level Rp18.100 dan turun terus hingga ditutup di level Rp6.800 per lembar pada penutupan perdagangan Jumat pekan lalu. Asal tahu saja, saham BRAM langgan masuk dalam pengawasan BEI karena pergerakan harga saham di luar kebiasaan. Emiten produsen benang ban ini, memiliki enam negara besar tujuan ekspor.
Secara berurutan dari sisi kontribusi penjualan, keenamnya meliputi Thailand, Korea Selatan, Turki, Taiwan, Jepang dan China. Negara tujuan ekspor selebihnya, masuk dalam kategori lain-lain. Tercatat penjualan ekspor pada tahun 2015 tercatat senilai US$ 174,91 juta alias 71,16% terhadap total penjualan bersih US$ 207,87 juta. Barulah 28,84% sisanya adalah penjualan domestik.
Sementara menurut kategori produk, bahan benang ban menyumbang penjualan bersih US$ 174,57 juta atau 83,98% terhadap total penjualan bersih. Sisanya barulah dari penjualan benang nylon dan benang poliester. Masing-masing produk itu menyumbang penjualan bersih US$ 35,96 juta dan US$ 59,34 juta. Meski tak menambah negara tujuan ekspor baru, Indo Kordsa selalu pede menargetkan kinerja keuangan.
Ufuk Uzel, Direktur Penjualan PT Indo Kordsa Tbk pernah bilang, Indo Kordsa ingin penjualan ekspor selalu tumbuh hingga 50%. Menurutnya, target pertumbuhan penjualan otomatis mengerek target volume penjualan. Sebagai perbandingan, pada tahun 2015 Indo Kordsa menjual 41.703 metrik ton bahan benang ban dan 5.180 metrik ton benang nylon. Sementara volume penjualan benang poliester pada tahun lalu sebanyak 7.998 metrik ton.
Demi mendukung rencana pertumbuhan volume penjualan, Indo Kordsa akan memaksimalkan tingkat keterpakaian mesin produksi alias utilisasi. Perseroan menargetkan, semua pabrik beroperasi dengan utilisasi di atas 90%.
Kejar pertumbuhan penjualan, TCL sebagai pemimpin global dalam teknologi pintar dengan bangga meluncurkan eksklusif televisi layar lebar terobosannya, seri 98…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) bersama Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPM) sukses menggelar ajang BTN Indonesia Fashion…
NERACA Jakarta- Pacu pertumbuhan bisnisnya, PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp80 miliar…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) bersama Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia (APPM) sukses menggelar ajang BTN Indonesia Fashion…
NERACA Jakarta- Pacu pertumbuhan bisnisnya, PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) mengalokasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) senilai Rp80 miliar…
NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Clipan Finance Indonesia Tbk (CFIN) bakal membagikan dividen tunai tahun buku…