NERACA
Jakarta – PT Bursa Efek Indonesia (BEI) tengah mengawasi pergerakan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI). Pengawasan itu dilakukan dikarenakan telah terjadi peningkatan harga dan aktivitas saham di luar kebiasaan dibanding periode sebelumnya (UMA). Informasi tersebut disampaikan BEI dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Kata Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Irvan Susandy, pengawasan dilakukan karena adanya peningkatan harga dan aktivitas saham BUMI yang di luar kebiasaan dibandingkan periode sebelumnya. Menurut Irvan, informasi terakhir yang dipublikasikan oleh bursa adalah informasi pada 12 oktober 2015 melalui IDX Net mengenai laporan bulanan aktivitas eksplorasi.
Sehubungan dengan terjadinya UMA atas saham BUMI, Irvan menegaskan, BEI saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham BUMI. Oleh karena itu, dia meminta agar investor memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas pemerintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya, mengkaji kembali rencana aksi korporasi perusahaan tercatat apabila rencana tersebut belum mendapatkan persetujuan RUPS, dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan.
Pengumuman UMA, ditambahkannya, tidak serta merta menunjukkan adanya pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan dibidang pasar modal. Sekadar informasi, harga saham perseroan pada perdagangan Selasa kemarin, melemah Rp8 ke posisi Rp75 setelah dibuka di level Rp84 per saham. Volume transaksi perdagangan saham BUMI ditutup sebesar 425,1 juta lembar saham senilai Rp33 miliar. Perseroan mencatat ada 4.361 kali frekuensi dan sempat menyentuh level tertinggi di Rp84 per saham.
Belum lama ini, BUMI kembali merencanakan aksi korporasi demi memuluskan jalan berkelit dari gagal bayar (default). Disebutkan, perseroan akan mengubah sebagian besar utangnya menjadi saham. Dalam salah satu skema restrukturisasi baru yang diajukan kepada kreditor, BUMI akan menambah saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (non-HMETD) sebesar 32,5% dari modal ditempatkan dan disetor penuh. Saham baru itu akan ditukar dengan utang BUMI senilai US$ 1,9 miliar.
Direktur Keuangan BUMI Andrew Christopher Beckham pernah bilang, harga saham baru tersebut sekitar Rp 1.100 per saham. Nilai itu jauh di atas harga saham BUMI saat ini yang belum berkutik dari angka Rp 50 per saham. "Harga saham baru itu berdasarkan valuasi BUMI saat ini," ujar Andrew.
Menurut dia, nilai valuasi BUMI saat ini mencapai US$ 4,6 miliar. Yang perlu diwaspadai, aksi korporasi ini menimbulkan efek dilusi yang cukup besar bagi para pemegang saham, termasuk investor publik. Sebab, harga saham private placement itu mencapai 22 kali dari harga saat ini. Saat ini, Longhaul Holdings Ltd melalui Credit Suisse menguasai 23,15% saham BUMI. PT Damar Reka Energi menguasai sekitar 6,28%. Publik menguasai 70,57% saham BUMI. "Kepemilikan semua pemegang saham akan terdilusi. Namun, manfaat private placement ini akan bagus dalam jangka panjang," papar Andrew. (bani)
NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Intanwijaya Internasional (INCI) berencana membagikan dividen tunai tahun buku 2024…
NERACA Jakarta – Di kuartal pertama 2025, PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), salah satu pemain di sektor perdagangan komoditas…
Berhasil mencatatkan pertumbuhan laba di kuartal pertama 2025 dan juga seiring tren kenaikan harga, likuiditas, dan market capital membuat saham…
NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Intanwijaya Internasional (INCI) berencana membagikan dividen tunai tahun buku 2024…
NERACA Jakarta – Di kuartal pertama 2025, PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), salah satu pemain di sektor perdagangan komoditas…
Berhasil mencatatkan pertumbuhan laba di kuartal pertama 2025 dan juga seiring tren kenaikan harga, likuiditas, dan market capital membuat saham…