Prospek Pengawasan Bank di Malaysia

 

Oleh: Achmad Deni Daruri, President Director Center for Banking Crisis

Turunnya harga komoditas menyebabkan perekonomian Malaysia mengalami tekanan yang cukup serius. Tekanan ini pada gilirannya juga akan membuat “stress” perbankan di Malaysia. Perbankan di Malaysia yang mengalami “stress” akan bertambah “stress” jika bank tersebut juga membuka cabang di negara yang perekonomiannya mengalami penurunan harga ekspor komoditas seperti Indonesia.

Terjadinya perubahan mendadak dan dramatis dari term of trade mengancam keberlangsungan usaha perbankan di Malaysia. Pertumbuhan ekonomi Malaysia tahun 2015 dan tahun 2016 dengan perhitungan ekonometrik, penulis proyeksikan akan lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun jika tahun 2015 perekonomian Indonesia hanya tumbuh 4,7% maka Malaysia akan tumbuh lebih tinggi yaitu 4,8%.

Bagaimana jika kondisi ini membuat perbankan di Malaysia mengalami krisis karena risiko sistemik mengingat Malaysia tidak melakukan pengawasan perbankan yang berbeda dengan sebelumnya? Turunnya harga sawit di pasaran internasional dan domestik boleh jadi akan menjadi pencetus bagi krisis perbankan di Malaysia karena penyelauran kredit perbankan kepada industri sawit relatif besar termasuk industri turunan sawit yang semakin tidak efisien dengan turunnya harga minyak dunia.

Belum lagi perkebunan sawit juga tidak ramah lingkungan karena bersifat monoculture dan menyedot banyak air tanah. Seringnya banjir yang melanda Malaysia baru-baru ini tentu akibat perkebunan sawit yang merusak tata pembangunan daerah yang ujung-ujungnya merugikan usaha yang dibiayayi oleh perbankan.

Turunnya harga minyak justru akan membuat perbankan Malaysia akan mendapatkan keuntungan positif walaupun perbankan yang banyak menggantungkan penyaluran kredit kepada sektor minyak tentu akan dirugikan. Kelebihan Malaysia adalah dalam hal profesionalitas gubernur Bank Sentral yang jauh di atas kemampuan gubernur Bank Sentral Indonesia.

Gubernur Bank Sentral Malaysia telah teruji sejak menghadapi krisis perbankan Asia tahun 1997 yang lalu, sementara gubernur Bank Indonesia saat ini belum memiliki pengalaman tersebut. Jika gubernur Bank Sentral Malaysia adalah regulator moneter dan perbankan yang handal serta anti neo liberal, maka gubernur Bank Indonesia boleh dibilang anak kemaren sore dan bagian dari antek neo liberal.

Bank Sentral Malaysia tidak pernah melakukan kebijakan moneter dengan menanam cabai seperti yang dilakukan oleh Bank Indonesia saat ini. Secara akademik gubernur bank sentral Malaysia adalah doktor ekonomi moneter dari Universitas Pennsylvania dengan disertasi kebijakan moneter dalam konteks capital flow.

Bandingkan misalnya dengan gubernur Bank Indonesia yang hanya lulus strata satu dari universitas lokal. Bahkan di jaman Suharto kualitas pendidikan gubernur Bank Indonesia jauh lebih baik dari saat ini yang semuannya doktor lulusan luar negeri. Dengan demikian dapatlah diperkirakan bahwa Malaysia akan mampu mengawasai perbankannya dengan baik karena the right man on the right job. Istilahnya Nabi Muhammad SAW menempatkan seseorang sesuai dengan keahliannya.

Karena itu walaupun krisis Asia menghantam perbankan Malaysia dan krisis Amerika Serikat hingga Eropa saat ini juga menghantam perbankan mereka, krisis perbankan di Malayisa jauh panggang dari api. Indonesia mengalami kasus bank Century tetapi Malayisia tak mengalami kasus tersebut. Sekali lagi apapun sistem perbankannya, apapun ancaman perbankannya, jika gubernur bank sentralnya adalah orang yang cerdas dan kompeten dalam bidangnya maka semua ancaman krisis itu akan tertangani dengan baik.

Sekali lagi kepemimpinan juga bukan masalah pria atau wanita, karena gubernur bank sentral Malaysia yang hebat itu adalah seorang wanita. Perekonomian Malaysia saat ini mampu menetralisir turunnya harga komoditas sawit dengan peningkatan produktivitas ekspor gas sehingga secara netta dampaknya sampai saat ini masih positif yang pada gilirannya juga sangat membantu kinerja perbankan di Malaysia saat ini.

Tak heran jika bank sentral Malaysia secara khusus mengawasi perbankan yang banyak memberikan kredit kepada sektor perkebunan khususnya sawit. Jika perbankan di Indonesia cenderung melakukan aktivitas yang bersifat shadow banking seperti gesek tunai dengan alat gesek yang lemot, maka perbankan di Malaysia melakukannya dengan bukan saja alat gesek yang canggih tetapi juga sangat efisien.

Perbankan Malaysia menyiapkan strategi gesek tunai yang efisien dimana biayanya lebih murah dari pada money changer di seantero ASEAN. Misalnya, bank CIMB Group memiliki cabang di negara negara ASEAN seperti di Malaysia, Singapore, Indonesia, Kamboja dan Thailand sehingga pelanggan dapat tarik uang di ATM dengan mudah dijumpai dimanapun bahkan tanpa biaya tarik, padahal di bank lain penarikan uang di ATM luar negeri dikenai biaya kira kira Rp 25.000 sekali tarik. 

Dengan diadakannya ASEAN Community di tahun 2015, Bank CIMB bertekad untuk menjadi bank terluas dengan memperluas cabang dan jaringan perbankan di seluruh ASEAN. Berbeda dengan Bank Indonesia, kelebihan strategi gesek tunai perbankan Malaysia adalah maksimum suku bunga yang lebih rendah ketimbang Indonesia, maksimum suku bunga gesek tunai di Malaysia adalah 18% per tahun sementara di Indonesia 36% per tahun.

Semakin jelas bahwa pengawasan perbankan di Malaysia bukan saja bersandar kepada the right man on the right job tetapi juga secara relatif berupaya mengurangi riba di dalam perekonomian yang cenderung menyebabkan kredit macet membengkak! Dengan upaya pengawasan perbankan yang ceteris paribus sama, maka pengawasan perbankan di Malaysia akan lebih efektif ketimbang Indonesia.

BERITA TERKAIT

BI Rate Kompetitif, Stimulus Cegah Pelemahan Ekonomi

    Oleh: Bara Winatha, Pemerhati Ekonomi Moneter   Bank Indonesia (BI) resmi mengambil langkah strategis dalam merespons dinamika ekonomi…

Apresiasi Penangkapan Sindikat Judi Daring Jaringan Kamboja

    Oleh : Muhammad Putra, Pemerhati Sosial dan Budaya   Penangkapan dua anggota sindikat judi daring jaringan Kamboja oleh…

Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Kunci Sukses Swasembada Pangan

    Oleh: Heriza Sativa, Pengamat Pertanian   Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menandai babak baru dalam upaya mewujudkan swasembada pangan…

BERITA LAINNYA DI Opini

BI Rate Kompetitif, Stimulus Cegah Pelemahan Ekonomi

    Oleh: Bara Winatha, Pemerhati Ekonomi Moneter   Bank Indonesia (BI) resmi mengambil langkah strategis dalam merespons dinamika ekonomi…

Apresiasi Penangkapan Sindikat Judi Daring Jaringan Kamboja

    Oleh : Muhammad Putra, Pemerhati Sosial dan Budaya   Penangkapan dua anggota sindikat judi daring jaringan Kamboja oleh…

Kolaborasi Pemerintah dan Swasta Kunci Sukses Swasembada Pangan

    Oleh: Heriza Sativa, Pengamat Pertanian   Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto menandai babak baru dalam upaya mewujudkan swasembada pangan…

Berita Terpopuler