Sejumlah perusahaan multinasional yang masuk dalam daftar boikot kembali melakukan strategi pendekatan kepada komunitas muslim selama bulan Ramadan. Mereka menawarkan berbagai diskon, mensponsori acara keislaman, dan mengadakan buka puasa bersama dengan umat Islam.
Langkah ini berbeda dengan dua tahun sebelumnya, ketika serangan Israel terhadap Palestina di Jalur Gaza masih berlangsung. Kala itu, perusahaan-perusahaan ini aktif berdonasi bagi Palestina melalui organisasi filantropi Islam serta berupaya menepis keterkaitan bisnis mereka dengan Israel.
Merespon hal tersebut, Majelis Ulama Indonesia (MUI) kembali menegaskan seruan solidaritas bagi Palestina serta ajakan untuk memboikot produk-produk yang terafiliasi dengan Israel selama Ramadan. MUI menilai, meskipun telah ada kesepakatan gencatan senjata di Jalur Gaza pada awal 2025, situasi masih jauh dari kata damai. “Hingga saat ini selalu saja ada upaya-upaya dari pihak Israel untuk mengkhianati perjanjian gencatan senjata dan memblokade bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza,” kata Ketua MUI Bidang Hubungan Luar Negeri dan Kerja Sama Internasional, Prof. Sudarnoto Abdul Hakim di Jakarta, beberapa waktu lalu
Dirinya menegaskan bahwa MUI menghargai upaya kemanusiaan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan tersebut. Namun, MUI juga meminta agar mereka tidak menjalin hubungan dagang dengan Israel dalam bentuk apa pun.“Kami katakan, jangan juga tetap memberikan dukungan kepada Israel, misalnya dengan melakukan perdagangan dengan Israel. Jadi, ini kamuflase yang harus dihindari,” ujarnya.
Menurutnya, jika memang mendukung Palestina, harus secara genuine tidak melakukan hubungan bisnis dengan Israel dalam bentuk apa pun. Lebih lanjut, dia menegaskan bahwa boikot merupakan kewajiban bagi umat Islam sebagaimana termaktub dalam Fatwa MUI Nomor 83 Tahun 2023. “Fatwa itu menegaskan haram hukumnya mengonsumsi, membeli, dan memiliki produk-produk Israel dan yang terafiliasi dengan Israel,” kata Prof. Sudarnoto.
Ditegaskannya, fatwa ini harus dikawal dan MUI tidak pernah mencabutnya. Sebagai informasi, dalam dua tahun terakhir, perusahaan ini menyalurkan dana ratusan juta rupiah untuk warga Palestina melalui lembaga filantropi Islam serta menjadi sponsor kegiatan keagamaan selama Ramadan. Hal serupa juga dilakukan oleh Unilever Indonesia, anak perusahaan Unilever PLC yang berbasis di London.
Pada awal 2024, Unilever Indonesia mengalokasikan bantuan sebesar 1,5 miliar rupiah untuk Palestina. McDonald’s pun turut berkontribusi dengan menyumbangkan jumlah yang sama serta menyediakan kode QR khusus bagi pelanggan yang ingin berdonasi untuk rakyat Palestina. Namun, ketiga perusahaan ini, bersama tujuh merek lainnya—Starbucks, Zara, Mondelez Internasional, Nestlé, Burger King, Coca-Cola, dan Kraft—termasuk dalam daftar yang direkomendasikan untuk diboikot oleh Yayasan Konsumen Muslim Indonesia.
Sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat Indonesia turun ke jalan melakukan aksi protes “Global Strike for Palestine” di Jakarta pada Selasa…
Dibalik potensi industri tambang yang mendukung perekonomian negara secara signifikan masih menghadapkan tantangan soal limbah yang belum ditangani serius. Bila…
Tren peningkatan penyakit stroke di Indonesia seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi hal yang mengkhawatirkan. Namun tahukah…
Sejumlah elemen mahasiswa dan masyarakat Indonesia turun ke jalan melakukan aksi protes “Global Strike for Palestine” di Jakarta pada Selasa…
Dibalik potensi industri tambang yang mendukung perekonomian negara secara signifikan masih menghadapkan tantangan soal limbah yang belum ditangani serius. Bila…
Tren peningkatan penyakit stroke di Indonesia seiring dengan perubahan gaya hidup dan pola makan menjadi hal yang mengkhawatirkan. Namun tahukah…