NERACA
Jakarta – Menjaga pertumbuhan harga saham di pasar, PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO) tengah mengkaji kemungkinan pembelian kembali atau buyback saham. “Sekarang ini perusahaan-perusahaan terbuka, tidak hanya BUMN tapi juga swasta, mereka memanfaatkan kondisi saham yang lagi terkoreksi, Mandiri dan BRI juga melakukan buyback, di sini kita juga mengkaji,” kata Direktur Keuangan PGEO, Yurizki Rio di Jakarta, kemarin.
Disampaikannya, perseroan saat ini tengah mengkaji ihwal alokasi dana yang akan digunakan untuk membeli kembali saham perseroan. Kendati demikian, dia memastikan, PGEO belakangan memiliki posisi arus kas yang kuat dengan kas setara sekitar US$657,6 juta dan posisi liabilitas yang relatif susut secara tahunan.
Di sisi lain, PGEO masih mencatat dana IPO yang belum terserap sekitar Rp4,47 triliun sampai awal tahun ini. Sisa dana itu ditempatkan dalam bentuk deposito dolar Amerika Serikat (AS) sebesar US$200 juta dengan tingkat suku bunga 6,05% di PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN). Sisanya, sebesar US$76.769.607 ditempatkan dalam bentuk deposito dengan tingkat suku bunga 5,71% di PT Bank Mandiri Tbk (BMRI). “Kita sejujurnya sekarang lagi mengkaji dulu terkait dengan kelebihan kas kita berapa, dan kedua perlu di-take into acccount, kalau Mandiri dan BRI itu kan mereka floating-nya sangat besar, mungkin 20% sampai 30%,” kata Yurizki.
Sementara itu, lanjutnya, batas minimal ketentuan saham publik atau free float dari PGEO berada di level 10%. Dengan demikian, dia menegaskan, perseroannya bakal berhati-hati untuk mengesekusi program buyback tersebut. “Jadi kita harus hati-hati kalau kita melakukan buyback,”ucapnya.
Seperti diketahui, saham PGEO belakangan telah terkoreksi ke level Rp825 per saham, atau minus 5,71% dari harga saat penawaran umum perdana saham atau IPO pada 24 Februari 2023 lalu di level Rp875 per saham. Selain itu, konsensus analis memperkirakan laba bersih PGEO tumbuh terbatas pada tahun 2024. Berdasarkan konsensus 5 analis yang dihimpun Bloomberg, estimasi perkiraan laba PGEO berada di level US$165,40 juta sepanjang 2024, naik tipis 1,1% dari posisi laba bersih tahun 2023 di level Rp163,59 juta. Perkiraan laba itu turut didorong penurunan laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) dari US$375,8 juta pada 2023 menjadi US$340,25 juta pada tahun 2024. (bani)
NERACA Jakarta –Emiten properti, PT Lippo Cikarang Tbk. (LPCK) melakukan perubahan susunan Dewan Komisaris dan Direksi usai Anand Kumar dan…
NERACA Jakarta -Perdagangan sahamnya disuspensi oleh PT Bursa Efek Indonesia (BEI) lantaran terjadi lonjakan harga membuat reaksi manajemen PT Hotel…
NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (21/5) sore ditutup menguat seiring Bank…
Genjot pertumbuhan transaksi dan bisnisnya, JCB International Co., Ltd., anak perusahaan untuk operasional internasional dari JCB Co., Ltd., satu-satunya merek…
Sehubungan dengan pernyataan resmi dari Kejaksaan Agung Republik Indonesia mengenai proses hukum atas pemberian fasilitas kredit kepada PT Sritex pada…
Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk.yang diselenggarakan Rabu (21/5) telah menyetujui laba bersih…