Triputra Agro Cetak Laba Bersih Rp1,61 Triliun

NERACA

Jakarta -Hingga kuartal tiga 2024, PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG) mencetak peningkatan laba bersih sebesar Rp1,61 triliun. Laba bersih ini naik 46,58% dibandingkan dengan akhir September 2023 sebesar Rp1,1 triliun. Laba per saham TAPG pun ikut meningkat di periode ini menjadi Rp81 per saham, dari sebelumnya Rp56 per saham pada kuartal III/2023. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan yang dipublikasi di Jakarta, kemarin.

Emiten sawit Grup Triputra ini juga membukukan pendapatan sebesar Rp6,24 triliun hingga kuartal III/2024. Pendapatan ini naik 3,37% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp6,03 triliun.  Berdasarkan produknya, pendapatan tersebut dikontribusikan oleh produk kelapa sawit dan turunannya sebesar Rp6,22 triliun, dan produk karet dan turunannya senilai Rp22,06 miliar.

Sementara itu, berdasarkan pelanggannya, pendapatan TAPG diperoleh dari PT Sinar Alam Permai senilai Rp1,6 triliun, PT Kutai Refinery Nusantara sebesar Rp1,52 triliun, dan dari PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (SMAR) senilai Rp811,9 miliar. Hingga 9 bulan 2024, TAPG mencatatkan beban pokok penjualan sebesar Rp4,23 triliun. Beban pokok penjualan ini turun 6,5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp4,53 triliun. 

Turunnya beban pokok penjualan ini membuat laba bruto TAPG meningkat 33,2% secara tahunan menjadi Rp2 triliun. Capaian ini naik dibandingkan dengan akhir kuartal III/2023 yang sebesar Rp1,5 triliun. Sementara itu, hingga akhir September 2024 TAPG mencatatkan total aset senilai Rp14,08 triliun. Jumlah aset ini naik dari akhir Desember 2023 yang sebesar Rp13,86 triliun. 

Hingga 30 September 2024, total liabilitas TAPG sebesar Rp2,94 triliun dan total ekuitas Triputra Agro tercatat Rp11,13 triliun. Sebagai informasi, perseroan optimis akan mencapai target produksi di tahun ini. Dimana proporsi produksi pada tahun 2024 akan mencapai fase normal di semester pertama yaitu mencapai 45% dari total produksi di tahun 2024. Sementara, di semester dua mencapai 55%, karena merupakan puncak panen.

Corporate Secretary Triputra Agro Persada, Joni Tjeng seperti dikutip Kontan pernah bilang, kinerja harga CPO pada tahun 2024 masih berada pada level yang cukup tinggi. Kondisi suplai minyak nabati global yang belum meningkat signifikan, khususnya minyak kedelai, serta harga minyak bumi mentah masih cukup tinggi akibat kondisi geopolitik. Sentimen tersebut pun  menjaga harga CPO di semester I 2024.

Di tahun 2024, TAPG menerapkan sejumlah strategi untuk menjaga kinerja. Yaitu, optimalisasi hasil produksi melalui program pemupukan, serta optimalisasi infrastruktur pendukung untuk memaksimalkan produksi dan delivery dalam segala kondisi iklim. Terkait risiko harga pupuk, kebijakan TAPG selalu memantau pergerakan pupuk dan terus melakukan kajian untuk menentukan waktu yang tepat untuk melakukan pembelian untuk 6 bulan – 12 bulan ke depan. (bani)

BERITA TERKAIT

Intanwijaya Tebar Dividen Rp35 Per Saham

NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Intanwijaya Internasional (INCI) berencana membagikan dividen tunai tahun buku 2024…

Daaz Bara Lestari Kantongi Pendapatan Rp3,08 Triliun

NERACA Jakarta – Di kuartal pertama 2025, PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), salah satu pemain di sektor perdagangan komoditas…

ANTM Berpeluang Masuk Indeks MSCI dan FTSE

Berhasil mencatatkan pertumbuhan laba di kuartal pertama 2025 dan juga seiring tren kenaikan harga, likuiditas, dan market capital membuat saham…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Intanwijaya Tebar Dividen Rp35 Per Saham

NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Intanwijaya Internasional (INCI) berencana membagikan dividen tunai tahun buku 2024…

Daaz Bara Lestari Kantongi Pendapatan Rp3,08 Triliun

NERACA Jakarta – Di kuartal pertama 2025, PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), salah satu pemain di sektor perdagangan komoditas…

ANTM Berpeluang Masuk Indeks MSCI dan FTSE

Berhasil mencatatkan pertumbuhan laba di kuartal pertama 2025 dan juga seiring tren kenaikan harga, likuiditas, dan market capital membuat saham…