Laba Bersih Indo Rama Synthetic Anjlok 49,7%

NERACA

Jakarta -Sepanjang tahun 2022, PT Indo-Rama Synthetic Tbk (INDR) mencatatkan laba bersih US$ 42,537 juta atau amblas 49,7% dibanding tahun 2021 yang terbilang US$ 84,569 juta. Akibatnya, laba per saham dasar turun ke level US$ 0,065 per lembar, sedangkan akhir tahun 2021 berada di level US$ 0,1292. Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam laporan keuangan telah audit di Jakarta,kemarin.

Emiten tekstil ini membukukan pendapatan bersih tumbuh 5,8% menjadi US$ 936,14 juta yang ditopang peningkatan penjualan ke pasar dalam negeri sebesar  29,06% menjadi US$ 444,04 juta. Tapi nilai ekspor melorot 8,7% menjadi US$ 493,87 juta. Sementraa total beban pokok pendapatan bengkak 13,3% menjadi US$ 855,33 juta. Salah satu pemicunya, beban bahan baku yang digunakan bengkak naik 18,3% menjadi US$ 614,2 juta. Akibatnya, laba kotor menyusut 37,9% menjadi US$ 80,811 juta.

Sementara itu, total kewajiban berkurang 8,3% menjadi US$ 404,64 juta. Pada sisi lain, ekuitas terkerek 0,4% menjadi US$ 465,15 juta. Sebagai informasi, tahun ini perseroan menganggarkan belanja modal bertambah menjadi US$ 90 juta. Dana ini dipersiapkan untuk pembangunan pabrik benang pintal di Indonesia dan Turki serta rencana investasi di anak perusahaan PT Cikondang Kancana Prima untuk pertambangan emas di Indonesia.

Asal tahu saja, perseroan tengah melaksanakan ekspansi perluasan pabrik benang pintal di Indonesia dan Turki. Perusahaan menargetkan, ekspansi ini rampung pada tahun 2023 hingga tahun 2024 mendatang. Disebutkan, pembangunan pabrik benang pintal di Indonesia dengan kapasitas 12.000 ton per tahun diperkirakan akan mulai beroperasi pada kuartal II-2023. Sedangkan pembangunan pabrik benang pintal di Turki berkapasitas 11.000 ton per tahun diperkirakan mulai beroperasi pada kuartal I-2024.

Saat ini, INDR mengekspor produknya ke lebih dari 70 negara di dunia. Rinciannya, penjualan ke Asia (kecuali Indonesia) sebanyak 38% dari total penjualan, ke Eropa 12%, Amerika 11%, dan negara-negara ROW sebesar 8%. Adapun penjualan di dalam negeri sendiri mencapai 30% dari penjualan.

Presiden Direktur INDR, Vishnu Swaroop Baldwa pernah bilang, permintaan poliester secara global akan terus menguat hal ini serta merta berdampak pada peningkatan produksi poliester dunia di tahun-tahun yang akan datang. “Terdapat sejumlah dinamika industri yang mempengaruhi tren konsumsi poliester, di antaranya pertumbuhan populasi, urbanisasi kelas menengah, tingkat pendapatan yang tinggi, pembangunan infrastruktur, dan lainnya,” jelasnya.

Peningkatan jumlah populasi dan perubahan demografi menyebabkan permintaan produk poliester dan pintal meningkat. Adanya urbanisasi kelas menengah membuat permintaan polietser berpotensi meningkat jika masyarakat di negara berkembang mencapai tingkat konsumsi global rata-rata saat ini. Adapun dengan tingkat pendapatan yang tinggi akan mendorong permintaan terhadap kebutuhan rumah tangga dan tekstil.

 

BERITA TERKAIT

Modernland Balikkan Rugi Jadi Laba Rp761,3 Miliar

Emiten properti, PT Modernland Realty Tbk. (MDLN) membukukan laba bersih konsolidasian di kuartal pertama 2025 sebesar Rp761,3 miliar, berbalik arah…

Indosat Cetak Laba Bersih Rp1,31 Triliun

NERACA Jakarta -Kuartal pertama 2025, PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,31 triliun atau meningkat 1,26%…

Fokus Bisnis Inti Konstruksi - PTPP Tengah Siapkan Divestasi Anak Usaha

NERACA Jakarta – Dalam rangka menjaga kesehatan keuangan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah fokus pada bisnis inti dan akan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Modernland Balikkan Rugi Jadi Laba Rp761,3 Miliar

Emiten properti, PT Modernland Realty Tbk. (MDLN) membukukan laba bersih konsolidasian di kuartal pertama 2025 sebesar Rp761,3 miliar, berbalik arah…

Indosat Cetak Laba Bersih Rp1,31 Triliun

NERACA Jakarta -Kuartal pertama 2025, PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,31 triliun atau meningkat 1,26%…

Fokus Bisnis Inti Konstruksi - PTPP Tengah Siapkan Divestasi Anak Usaha

NERACA Jakarta – Dalam rangka menjaga kesehatan keuangan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah fokus pada bisnis inti dan akan…

Berita Terpopuler