Oleh: Armitha Silalahi, GenBI Pematangsiantar, Universitas Simalungun
Dengan perkembangan teknologi yang pesat, mau tidak mau sistem pembayaran pun harus mengalami perubahan. Kemajuan teknologi dapat menggeser transaksi tunai yang sudah lazim dilakukan masyarakat ke transaksi yang lebih cepat, mudah, murah, aman dan handal. Oleh karena itu Bank Indonesia dan ASPI (Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia) mengembangkan sistem pembayaran QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard), yang merupakan standar nasional QR Code pada 17 Agustus 2019 dan diimplementasikan sejak 01 Januari 2020.
Setelah sosialisasi Bank Indonesia dengan Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta di Sumatera Utara, hingga saat ini QRIS menjadi favorit dikalangan anak Gen Z. Direktur BI Sumut, Andiwiana S mengapresiasi delapan perguruan tinggi yaitu USU, UMSU, UNIMED, UINSU, HKBP Nommensen, UMA, Panca Budi, dan POLMED yang semangat menggunakan QRIS untuk mendukung pelaksanaan serta tugas Bank Indonesia.
Seperti halnya anak-anak muda, transaksi dengan QRIS sudah di lakukan di hampir seluruh toko, kafe, parkir, bahkan tiket wisata dengan minimal transaksi pembayaran mulai dari Rp 1 dan maksimal Rp 10.000.000. Dengan meminimalisir uang hilang, dicuri atau tercecer kita hanya perlu isi saldo di E-wallet seperti Dana, Ovo, LinkAja, dan Go-pay.
Kini, sudah terdapat puluhan bank yang menyediakan layanan QRIS seperti Bank Mandiri, BRI, BCA, BNI, CIMB, Mega, Permata, Danamon, BSM, Maybank dan masih banyak lagi. Satu QR Code untuk semua, just scan and pay!, sesimpel itu. Cara yang efisien bagi kaum anak muda untuk sistem pembayaran CeMuMuAH (Cepat, Mudah, Mudah, Aman, dan Handal) apalagi saat nongkrong.
Bagi kaum mahasiswa juga yang anti ribet club apalagi saat jeda kelas dengan kelas berikutnya pasti perlu menghemat waktu tanpa mengantri panjang saat jajan di kantin. Mahasiswa di Universitas Sumatera Utara contohnya akan mengandalkan QRIS dalam pembayaran dengan cara cepat yaitu bagi mahasiswa yang sudah punya aplikasi OVO, Gojek, Dana, Link aja atau aplikasi mobile banking tinggal pilih opsi bayar lalu unggah QR Code melalui menu kanan atas, input jumlah nominal yang ingin dibayarkan, lalu masukkan nama lengkap dan eksekusi pembayaran. Selain itu QRIS juga lebih ekonomis karena tidak ada potongan admin, jadi sama saja seperti pembayaran tunai tapi bedanya lebih menghemat waktu, Keren kan?.
Namun ada dampak negatif dari QRIS jika anak-anak muda tidak bisa mengendalikan pengeluarannya yaitu pemborosan, selalu ingin membeli barang yang tidak dipakai. Oleh karena itu mahasiswa harus bisa mengalokasikan dana sesuai kebutuhan dengan cara pisahkan kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder.
Selain hanya bisa dipakai di kantin, kafe atau tempat tongkrongan lainnya, mahasiswa berharap ke depan metode QRIS dapat juga diaplikasikan dalam transaksi lingkungan kampus, seperti transaksi untuk pembayaran uang kuliah atau UKT karena akan memberikan kemudahan tanpa harus menyetor dan antre di bank apalagi harus bertabrakan dengan jam mata kuliah. Selain itu, mahasiswa berharap seluruh sistem pembayaran bisa menggunakan QRIS juga, seperti halnya dalam pengutipan uang kemalangan. Mahasiswa berharap BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) kampus sudah punya QR Code tersendiri tanpa harus memasuki setiap kelas-kelas mengutip uang cash, karena akan lebih ribet dan memakan waktu yang lama.
Harapannya, seluruh perguruan Tinggi Negeri maupun swasta di Kawasan Sumatera Utara juga bisa mengaplikasikan QRIS di lingkungan kampus untuk mendukung ekonomi digital dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Oleh : Rivka Mayangsari, Pemerhati Kesehatan Masyarakat Di awal masa pemerintahannya, Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen yang kuat untuk…
Oleh : Kenzo Malik, Pengamat Sosial Budaya Judi daring atau judi online tidak lagi sekadar menjadi persoalan moral,…
DEMI KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN BURUH: Mendesak Revisi Menyeluruh atas Sistem Outsourcing Oleh: Achmad Nur Hidayat, Ekonom UPN Veteran Jakarta Sistem…
Oleh : Rivka Mayangsari, Pemerhati Kesehatan Masyarakat Di awal masa pemerintahannya, Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen yang kuat untuk…
Oleh : Kenzo Malik, Pengamat Sosial Budaya Judi daring atau judi online tidak lagi sekadar menjadi persoalan moral,…
DEMI KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN BURUH: Mendesak Revisi Menyeluruh atas Sistem Outsourcing Oleh: Achmad Nur Hidayat, Ekonom UPN Veteran Jakarta Sistem…