Program Guru Muda Garda Terdepan - Semangat Guru Muda Melawan Ketimpangan Pendidikan

Setiap warga negara Indonesia baik di kota maupun di daerah prasejahtera atau 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) di Indonesia memiliki hak yang sama mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas untuk kehidupan yang lebih baik. Namun faktanya, keterbatasan infrastruktur hingga tenaga pengajar membuat mutu dan kualitas pendidikan di daerah tertinggal dan bahkan angka putus sekolahnya juga tinggi. Sehingga kondisi inilah yang membuat ketidakadilan akses pendidikan bagi masyarakat di daerah pedalaman, seperti kawasan Timur Indonesia terbuka lebar.

Menurut Provinsial Manajer Program INOVASI NTT, Hironimus Sugi, jumlah anak usia sekolah yang mengalami putus sekolah di NTT sangat banyak sesuai data Susenas Pendidikan 2018 yaitu sebanyak 111.040 orang. Oleh karena itu, pemerintah NTT perlu melakukan berbagai upaya agar anak-anak ini dapat kembali ke sekolah formal atau dapat mengakses pendidikan luar sekolah lainnya. Kondisi ini diperburuk dengan tenaga pengajar di NTT yang kualitasnya masih rendah, sehingga ini berdampak pada mutu pendidikan para siswa. Padahal citra guru masa kini adalah protret bangsa masa depan. Pasalnya, gurulah yang menentukan masa depan bangsa ini dan di tangan guru pula masa depan bangsa ini dipertaruhkan.

Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur, Yohana Lisapaly mengakui, kompetensi guru di provinsi NTT masih rendah yang berdampak pada rendahnya mutu pendidikan yang masih berada di bawah rata-rata nasional. “Berdasarkan evaluasi dari pemerintah pusat untuk NTT terkait uji kompetensi guru terbilang rendah dan masih di bawah rata-rata nasional sehingga mutu di NTT masih jauh dari harapan,”ungkapnya.

Tidak hanya itu, kendala lainnya adalah kesejahteraan para guru juga belum memadai memicu tenaga pengajar dari luar untuk mengabdi di NTT kurang peminatnya. Padahal sesuai amant UU Guru dan Dosen menyebutkan bahwa ketersediaan jumlah guru, kualitas, kompetensi, dan penyebaranannya, dan tentu saja kesejahteraannya menjadi tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Meski demikian, hal tersebut tidak menjadi hambatan bagi Maria Marseli, guru honorer di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT) untuk terus mengajar dan dedikasinya, patut diapresiasi karena dengan gaji minim dan keringat bercucuran dia berusaha mencerdaskan anak bangsa walau di bawah terik matahari. Pengabdian Maria bersama teman sejawatnya dilakukan di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Kepiketik, Desa Persiapan Mahe Kalen, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka, NTT. Saat ini, guru perempuan itu hanya menerima gaji sebesar Rp75.000 per bulan. Mirisnya, gaji tersebut diberikan 1 kali dalam 3-6 bulan.

Maria mengungkapkan, honor yang minim tersebut memang sangat tidak bisa untuk mencukupi kehidupan keluarganya. Tetapi, bukan itu yang dikejar. Masa depan anak-anak menjadi alasan utamanya tetap setia mengabdi di sekolah itu. “Saya mengabdi dengan tulus di sini. Satu hal yang paling penting adalah masa depan anak-anak. Kalau tidak ada yang mengajar di sini, masa depan anak-anak pasti suram. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa ini,” ungkapnya.

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, suami Maria, Mikael Wilson mencari nafkah dengan berdagang keliling meninggalkan keluarga.  Sang suami menjual ikan di kampung untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Dirinya pun berharap berharap kepada Pemda Sikka agar bisa memperhatikan nasib guru honorer.

 

Wujudkan Indonesia Cerdas

 

Berangkat upaya mencerdaskan bangsa dan kemajuan pendidikan di Indonesia tidak bisa berjalan dengan sendirinya dan hal ini mendorong PT. Astra International Tbk melalui Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR) mengajak para generasi muda untuk berkontribusi mencerdaskan bangsa dengan ikut program Guru Muda Garda Depan (GMGD). Program Guru Muda Indonesia mempunyai peran sebagai mitra sekolah, pendamping, inisiator, jembatan penghubung, serta fasilitator yang membantu sekolah dalam mengimplementasikan Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Sekretaris YPA-MDR, Kristanto mengatakan, program ini diselenggarakan dalam rangka terciptanya misi besar YPA-MDR untuk meningkatkan mutu pendidikan di wilayah prasejahtera dengan menghadirkan guru-guru muda yang mempunyai kompetensi dan idealisme memajukan pendidikan di Indonesia”. “Program ini merupakan salah satu upaya kami untuk daerah cerdas berprestasi serta akselerasi sekolah unggul. Kehadiran guru-guru muda ini diharapkan menghasilkan peserta didik yang berkualitas dalam bidang akademik, berkarakter positif dan mempunyai kecakapan hidup serta melestarikan seni budaya daerahnya,”ujarnya.

Sementara Ketua Pengurus YPA-MDR, Herawati Prasetyo menambahkan, melalui program Guru Muda Indonesia menargetkan adanya perubahan sikap positif siswa, guru, kepala sekolah, dan aktor pendidikan terkait, lengkapnya administrasi pembelajaran di kelas, terlibatnya warga sekolah, orang tua, dan dinas pendidikan. Selain itu, lanjutnya, perpustakaan sekolah dapat terkelola dengan baik, terlaksana pembinaan siswa dan guru untuk persiapan kompetisi pendidikan, terlaksana ekstrakurikuler pendukung, sekolah meraih prestasi di bidang akademik dan non akademik, terbentuk sekolah berkarakter, sekolah mendapat akreditasi A serta menjadikan sekolah unggul dalam 5 tahun.

Alumni Program GMGD angkatan pertama, Henry Alvredh mengaku bangga dapat menjadi bagian dari program guru muda yang diinisiasi YPA MDR karena dari saba banyak sekali manfaat yang didapat. "Berbagai inovasi kami lakukan untuk dapat meningkatkaan kemampuan siswa dan memberikan dampak positif terhadap kemajuan pendidikan di sekolah,"ujarnya.

Hal senada juga disampaikan Syukeyath Da Trus Pandong, S.Pd yang menjadi salah satu dari 13 tenaga Guru Muda Garda Depan yang ditempatkan bertugas di Kecamatan Rote Barat oleh Yayasan Pendidikan Astra-Michael D. Ruslim (YPA-MDR) sejak Juli 2021. Biasa dipanggil Ibu Seas, dirinya mengajar murid kelas 4 di SD Negeri Manggis di Dusun Manggis, Desa Oenitas, Kecamatan Rote Barat, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur mengungkapkan pengalamannya bisa terlibat dan membantu peningkatan kualitas pendidikan di NTT. “Banyak yang harus dibantu terhadap para murid karena mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk maju dengan anak-anak SD di kota besar lainnya,”jelasnya. 

Sebelum masa penugasan para peserta diberikan pelatihan secara intensif dan diharapkan dapat memberikan dampak positif serta menghasilkan peserta didik yang berkualitas. Pengiriman GMGD sebenarnya mulai berjalan pada tahun ajaran 2019/2020. Namun saat itu, semua tenaga pendidik ditarik dan dipulangkan ke daerah masing-masing akibat pandemi Covid-19 tetapi mereka tetap melakukan tugasnya secara online hingga Juni 2020. Teranyar, YPA-MDR kembali mengirim Guru Muda Garda Depan (GMGD) angkatan ketiga kepada Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Wakil Bupati Kabupaten Rote Ndao, Stefanus M. Saek, S.E., M.Si. mengatakan, pemerintah Kabupaten Rote Ndao bersama seluruh warga Kecamatan Rote Barat sangat berbahagia dan menjunjung penuh apa yang telah diberikan oleh Astra melalui YPA-MDR melalui program Guru Muda Garda Depan.”Kami mendukung dan berterima kasih atas perhatian yang luar biasa dengan penuh sungguh-sungguh dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Rote Barat. Kemudian dengan penempatan Guru Muda Garda Depan ini akan tercipta metode pembelajaran yang baik dan dapat dijadikan contoh oleh sekolah-sekolah lain di luar Kecamatan Rote Barat,”jelasnya.

Kedepan program GMGD akan berlanjut di beberapa daerah yang menjadi binaan YPA-MDR. Hingga saat ini, YPA-MDR telah membina 110 sekolah (jenjang SD, SMP dan SMK/SMA) yang tersebar di 13 kabupaten, yaitu Kabupaten Lampung Selatan, Serang, Tangerang, Bogor, Majalengka, Kapuas, Kutai Barat, Barito Utara, Bantul, Gunung Kidul, Pacitan, Kupang dan Rote Ndao.

BERITA TERKAIT

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…

BERITA LAINNYA DI CSR

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…