NERACA
Jakarta -Kejar pertumbuhan bisisnya, PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) perluas pasar konstruksi di luar negeri. Saat ini, perseroan tengah membidik proyek pembangunan infrastruktur kereta commuter line di Filipina,”Saat ini, kita mengikuti tender untuk enam paket pengerjaan railway commuter line di Filipina,"kata Direktur Operasi II Adhi Karya, Pundjung Setya Brata di Jakarta, kemarin.
Menurut dia, proses tendernya berlangsung pada tahun ini dengan harapan pada tahun depan Adhi Karya setidaknya sudah mendapatkan satu kontrak railway di Filipina pada 2022. Terkait pasar luar negeri ini, lanjutnya, perseroan menyesuaikan dengan strategi jangka panjang di mana Adhi Karya saat ini sudah dinobatkan sebagai jawara atau champion dalam infrastruktur perkeretaapian atau railway engineering construction sehingga untuk pasar luar negeri pun dari sisi produknya yang dikejar yakni sektor railway engineering construction.
Kemudian, kata Pundjung, mengenai masalah wilayah atau geografisnya, Adhi saat ini menyasar pasar ASEAN dan negara yang sedang banyak proyek perkeretaapian saat ini adalah Filipina. Adhi Karya sekarang ini sedang mengerjakan beberapa proyek kereta api dengan proyek terbesarnya adalah LRT Jabodebek senilai Rp23 triliun.
Di samping itu, Adhi tengah menggarap proyek MRT Bundaran HI-Sarinah-Juanda yang merupakan proyek MRT Fase 2A Paket CP201 dan juga sedang mengikuti tender proyek MRT Fase 2A Paket CP202. Adhi juga membangun dua paket proyek kereta Bandara New Yogyakarta International Airport. Proyek kereta Bandara NYIA ini secara keseluruhan sepanjang empat km, yang dua km di antaranya digarap Adhi.
Perseroan menyebutkan hingga April 2021, kontrak baru yang telah dikantungi sebesar Rp 3,6 triliun di luar pajak. Realisasi itu menjadikan kontrak baru ADHI sudah mencapai 14,4% dari target yang ditetapkan Rp25 miliar.
Disampaikan Sekretaris Perusahaan Adhi Karya, Farid Budiyanto, kontribusi per lini bisnis pada perolehan kontrak baru bulan lalu adalah bisnis konstruksi dan energi sebesar 89%, properti 10%, dan sisanya dari lini bisnis lain-lain. Sedangkan pada tipe pekerjaan, perolehan kontrak baru terdiri dari proyek gedung 29%, jalan dan jembatan 29%, serta proyek Infrastruktur lainnya seperti pembuatan bendungan, bandara, jalan kereta api, dan proyek-proyek EPC 42%.
Berdasarkan segmentasi sumber dana, realisasi kontrak baru ADHI berasal dari pemerintah 70%, BUMN 22% dan swasta/lainnya 8%. Selanjutnya hingga akhir bulan lalu Adhi Karya melaporkan progres pembangunan prasarana LRT Jabodebek Tahap I telah mencapai 84,47%. Sesuai penugasan ADHI lewat Peraturan Presiden No. 98 Tahun 2015 beserta perubahannya, telah dilaksanakan pembangunan prasarana Kereta Api Ringan (Light Rail Transit/LRT) wilayah Jabodebek Tahap I sejak September 2015. Selanjutnya, Adhi Karya juga melaporkan progres pembangunan Jalan Tol Trans Sumatera ruas Sigli-Banda Aceh sudah mencapai 71,01% hingga 5 Mei 2021.
NERACA Jakarta — Dihantui perang dagang Amerika Serikat dan Cina, emiten furniture PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) masih optimis menargetkan pertumbuhan penjualan…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menargetkan pra-penjualan tahun ini sebesar Rp5 triliun dengan kontribusi dari…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini senilai Rp150 miliar.…
NERACA Jakarta — Dihantui perang dagang Amerika Serikat dan Cina, emiten furniture PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) masih optimis menargetkan pertumbuhan penjualan…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menargetkan pra-penjualan tahun ini sebesar Rp5 triliun dengan kontribusi dari…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini senilai Rp150 miliar.…