NERACA
Jakarta - Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Barito Pacific Tbk (BRPT) memutuskan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham sebesar US$ 18 juta. Dengan kata lain, rasio pembayaran dividen tahun buku 2020 sebesar 50% dari laba bersih yang tercatat sebesar US$ 36,27 juta.”Jumlah dividen yang dibagikan sebesar US$ 18 juta atau setara 50% dari laba bersih tahun 2020 yang sebesar US$ 36,27 juta,”kata Direktur BRPT, David Kosasih di Jakarta, kemarin.
Selain itu, dirinya juga menambahkan, RUPST juga menyepakati 49% laba bersih tahun 2020 akan digunakan untuk membiayai kegiatan perseroan. Kemudian sisanya sekitar 1% atau US$ 362.745 akan disisihkan sebagai cadangan guna menjalankan amanah Pasal 70 ayat 1 UU Perseroan Terbatas. Dirinya menjelaskan, total pendapatan sepanjang tahun 2020 tercatat sebesar US$ 2,334 miliar atau turun 2,83% dibanding tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 2,402 miliar.
Tapi, beban pokok pendapatan tercatat sebesar US$ 1,75 miliar atau turun 3,84% dibanding akhir tahun 2019, yang tercatat sebesar US$ 1,823 miliar. Sehingga, laba kotor tumbuh 0,69% menjadi sebesar US$ 593,39 juta. Dia juga menyampaikan, tahun 2020 merupakan tahun penuh tantangan karena pandemi Covid-19, sehingga mempengaruhi industri petrokimia terutama pada awal tahun.
Memasuki semester II 2020, kata dia, kondisi pasar mengalami perbaikan dan disertai oleh upaya dalam mewujudkan strategi penghematan biaya guna meningkatkan laba perseroan. Sebelumnya analis Trimegah Sekuritas, Hasbie dan Willinoy Sitorus mengungkapkan, konsistensi Barito Pacific untuk meningkatkan kapasitas produksi akan menopang pertumbuhan kinerja keuangan dan kenaikan harga saham BRPT dalam jangka panjang.
Barito Pacific melalui anak usahanya, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), merupakan produsen petrokimia terbesar di Indonesia. Barito Pacific juga memiliki Star Energy Group, anak usaha yang bergerak di bidang pembangkit listrik panas bumi atau geotermal. Adapun kapasitas produksi Chandra Asri mencapai 4.231 ktpa dan Star Energy memiliki kapasitas 875 MW. “Kedua perusahaan itu memang tidak memiliki sinergi operasional, tetapi satu sama lain saling melengkapi. Chandra Asri merupakan perusahaan dengan keuangan yang sehat dan harga jual produk yang cenderung naik,” tulis Hasbie dan Willinoy dalam risetnya.
Tahun ini, perseroan mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) US$ 170-175 juta atau naik 12,9% dari realisasi tahun 2020 sebesar US$ 155 juta. Direktur Keuangan Barito Pacific, David Kosasih pernah bilang, pendanaan belanja modal berasal dari kas internal. Dimana sebagian besar belanja modal 2021 akan diserap untuk pemeliharaan operasional pabrik anak usaha perseroan, PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) dan aktivitas pengeboran Star Energy Geothermal.
Dukung program pemerintah dalam membangun ketahanan pangan, PT Pertamina Geothermal Energi Tbk (PGE) bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) mengembangkan…
Partisipasi aktif dari sektor pendidikan memiliki peran penting dalam percepatan transformasi energi terbarukan yang adil dan inklusif. Karenanya, pengembangan pengetahuan…
PT Pintu Kemana Saja (PINTU), aplikasi crypto all-in-one pertama di Indonesia terus berkomitmen untuk mendorong lebih luas penetrasi aset crypto…
Dukung program pemerintah dalam membangun ketahanan pangan, PT Pertamina Geothermal Energi Tbk (PGE) bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) mengembangkan…
Partisipasi aktif dari sektor pendidikan memiliki peran penting dalam percepatan transformasi energi terbarukan yang adil dan inklusif. Karenanya, pengembangan pengetahuan…
PT Pintu Kemana Saja (PINTU), aplikasi crypto all-in-one pertama di Indonesia terus berkomitmen untuk mendorong lebih luas penetrasi aset crypto…