NERACA
Jakarta – Kekhawatiran pelaku pasar akan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terus bergerak fluktuatif, memicu aksi jual untuk menyelamatkan portofolio investasi. Namun ada baiknya mengkoleksi saham properti ditengah ketidak pastian arus indeks BEI.
Kata Kepala Riset PT Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo, pergerakan saham di sektor properti pada pekan ini masih akan mengikuti arus pergerakan IHSG. Namun ada beberapa saham properti yang masih cukup kuat di banding sektor-sektor lainnya, “Saham properti masih layak beli, diantaranya saham PT Alam Sutra Reality Tbk (ASRI) yang harga sahamnya masih belum turun. Tetapi katanya, harga saham properti sebenarnya relatif sudah terkoreksi dari level tertinggi sejak April lalu yang rata-rata turun hingga 15-20%,”katanya kepada Neraca di Jakarta, Senin (28/5)..
Lebih lanjut, Satrio menjelaskan harga saham properti yang turun tidak separah saham otomotif yang terjun bebas terkait aturan DP. Oleh karena itu, dia menyakini saham properti masih kuat dikarenakan turunnya belum terlalu jauh.
Dia merekomendasikan saham-saham yang perlu dikoleksi pada pekan ini, saham-saham yang Price Earning Ratio (PER) nya masih dibawah 17. Seperti contohnya saham PT Ciputra Surya Tbk (CTRS), PT Modernland Realty Tbk (MDLN) dan PT Alam Sutera Realty (ASRI). Kemudian saham yang harus dihindari adalah saham yang PER-nya di atas 25, seperti saham PT Sentul City (BKSL), dan PT Jaya Real Property Tbk (JPRT).
Dihubungi terpisah, Managing Research PT Indosurya Asset Management Reza Priyambada mengatakan bahwa pergerakan saham properti sepekan ke depan masih akan mengalami tekanan dari bursa secara keseluruhan.
Menurutnya, pelaku pasar cenderung melakukan aksi jual. “Emiten properti yang berbasis pengembang lahan atau industri pasti akan terkena imbasnya,” ujarnya.
Kendati demikian, Reza menuturkan, masih ada saham properti yang masih layak untuk diharapkan diantaranya adalah PT Ciputra Development Tbk (CTRA, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA), dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE). Alasannya menuruut Reza adalah karena pergerakan saham-saham tersebut masih berpotensi untuk naik secara teknikal.
Pergerakan sanham properti lainnya, lanjut Reza, sebenarnya secara fundamental tidak ada masalah. Tetapi pergerakan sahamnya terkadang rentan terhadap sentimen.
Pengamat pasar modal dari Universitas Indonesia (UI) Budi Frensidy mengungkapkan pergerakan sasham properti selama sepekan ke depan akan dipengaruhi oleh melemahnya nilai rupiah dan kuatnya nilai dolar Amerika. “Tidak terlalu bagus pergerakannya,” ujarnya.
Menurut Budi, investor harus lebih selektif dalam sepekan atau sebulan ini. Karena menurutnya pergerakan saham masih terpengaruh oleh krisis di Yunani yang membuat pergerakan saham jadi tidak menentu. Budi memprediksikan, saham-saham yang terkoreksi akan terecovery pada kuartal III 2012.
Namun Budi masih merekomendasikan beberapa saham properti yang masih layak untuk dikoleksi, diantaranya seperti PT Pembangunan Jaya Ancol (PJAA) dan PT Metropolitan Land Tbk (MTLA).
Sementara itu, analis PT Panin Sekuritas Tbk, Purwoko Sartono mengatakan, pemodal sepertinya kembali memburu saham-saham di lantai bursa terkait harga saham yang cukup murah atau di bawah harga wajarnya, terpengaruh pelemahan IHSG sepanjang pekan lalu yang mencapai 1,96%."Tentunya, pekan ini aksi beli ramai lagi karena IHSG bakal rebound mengikuti bursa regional Asia," ujarnya.
Dia menuturkan, penurunan IHSG pada perdagangan terakhir pekan lalu yang ditutup anjlok 2,07% dan secara kumulatif mencapai 1,96% sepanjang pekan lalu dipicu anjloknya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dalam dua hari terakhir. “Untuk itu, dengan lemahnya investasi di mata uang, investor sepertinya melirik saham-saham sektor properti yang selalu diminati saat pasar uang bergejolak," ujar Purwoko.
Purwoko merekomendasikan, saham properti di antaranya PT Ciputra Development Tbk (CTRA) dan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) yang memiliki fundamental positif dan banyak menggelar aksi korprorasi. (didi)
NERACA Jakarta — Dihantui perang dagang Amerika Serikat dan Cina, emiten furniture PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) masih optimis menargetkan pertumbuhan penjualan…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menargetkan pra-penjualan tahun ini sebesar Rp5 triliun dengan kontribusi dari…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini senilai Rp150 miliar.…
NERACA Jakarta — Dihantui perang dagang Amerika Serikat dan Cina, emiten furniture PT Integra Indocabinet Tbk. (WOOD) masih optimis menargetkan pertumbuhan penjualan…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) menargetkan pra-penjualan tahun ini sebesar Rp5 triliun dengan kontribusi dari…
NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) menyiapkan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini senilai Rp150 miliar.…