NERACA
Jakarta – Danai pelunasan utang, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) mengumumkan telah menyelesaikan penerbitan obligasi berkelanjutan IV Tower Bersama Infrastructure tahap III tahun 2021 (Obligasi TBIG IV tahap III). Informasi tersebut disampaikan perseroan dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin.
Helmy Yusman Santoso, CFO dari TBIG mengatakan, total penerbitan obligasi TBIG IV tahap III sebesar Rp2.915 miliar yang terdiri dari Rp1.898 miliar pada tingkat bunga tetap 5,50% untuk tenor 370 hari dan Rp1.017 miliar pada tingkat bunga tetap 6.75% untuk tenor 3 tahun. “Bunga untuk obligasi ini akan dibayarkan setiap kuartal. Obligasi TBIG IV tahap III adalah setara kewajiban senior tanpa jaminan khusus dari TBIG,”ujarnya.
Disampaikan Helmy, penggunaan dana dari penawaran ini, setelah dikurangi biaya penerbitan, akan digunakan untuk pembayaran sebagian kewajiban finansial dari entitas anak perseroan, khususnya fasilitas pinjaman revolving US$275 juta dari credit facilities yang ada. Perseroan, lanjutnya, terus memiliki visibilitas arus kas yang kuat dan pertumbuhan yang kuat. Dimana obligasi TBIG IV tahap III adalah penerbitan terbesar perseroan di pasar obligasi rupiah dengan harga terendah.
Kedepan, perseroan berharap dapat terus mengakses pasar obligasi rupiah seiring dengan pertumbuhan bisnis perseroan. Sebagai informasi, obligasi TBIG IV tahap III dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada tanggal 18 Februari 2021. Per 30 September 2020, total pinjaman (debt) perseroan, jika pinjaman dalam mata uang dollar AS yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp22.407 miliar dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp10.200 miliar. Dengan saldo kas yang mencapai Rp574 miliar, maka total pinjaman bersih (net debt) menjadi Rp21.833 miliar dan total pinjaman senior bersih (net senior debt) Perseroan menjadi Rp9.625 miliar.
Menggunakan EBITDA triwulan ketiga 2020 yang disetahunkan, maka rasio pinjaman senior bersih terhadap EBITDA adalah 2,04x dan total pinjaman bersih terhadap EBITDA adalah 4,63x, dibawah ketentuan surat utang perseroan yang mensyaratkan rasio total pinjaman (diukur dengan menggunakan kurs lindung nilai) terhadap EBITDA kuartal terakhir yang disetahunkan untuk tidak lebih dari 6.25x.
Sebelumnya analis Indo Premier Sekuritas Hans Tantio pernah bilang, jumlah menara milik Tower Bersama akan bersaing dengan kompetitornya setelah mengakuisisi 3.000 menara dari PT Inti Bangun Sejahtera Tbk. (IBST),”TBIG akan memperkecil selisih jumlah menara dengan Mitratel (TLKM) dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk. (TOWR),” tulis Hans dalam risetnya. Setelah akuisisi itu, TBIG akan memiliki sekitar 19.100 menara sementara Mitratel memiliki 22.000 menara dan TOWR memiliki 21.300 menara.
Selain itu, Hans menilai akuisisi menara yang dilakukan TBIG ini akan menguntungkan perseroan karena menara-menara tersebut akan membawa tenant dari Telkomsel dan juga berpotensi menambah tenant dari PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN). Terlebih lagi, Telkomsel dan FREN telah memenangkan lelang spektrum 5G pertama.
Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut dugaan kredit macet yang melilit PT BPD Kaltim-Kaltara senilai…
NERACA Jakarta – Kuartal pertama 2025, PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan kenaikan laba bersih dan pendapatan. Dimana emiten tambang dan…
NERACA Jakarta -Emiten produsen beras ternama merek ‘Topi Koki’, PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) mencatat penjualan bersih sebesar Rp365,3…
Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengusut dugaan kredit macet yang melilit PT BPD Kaltim-Kaltara senilai…
NERACA Jakarta – Kuartal pertama 2025, PT Timah Tbk (TINS) mencatatkan kenaikan laba bersih dan pendapatan. Dimana emiten tambang dan…
NERACA Jakarta -Emiten produsen beras ternama merek ‘Topi Koki’, PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) mencatat penjualan bersih sebesar Rp365,3…