NERACA
Jakarta – Di penghujung akhir tahun 2020, perusahaan yang berniat mencatatkan sahamnya di pasar modal masih mengalami antrian dan salah satunya adalah PT Victoria Care Indonesia Tbk berencana menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sebanyak 1 miliar saham ke publik. Adapun, target dana yang bisa diraih dari aksi tersebut sekitar Rp 100,8 miliar.
Seperti dikutip dalam laman PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) di Jakarta, kemarin disebutkan, perseroan bakal melepas sebanyak 1 miliar saham ke publik dengan harga penawaran sebesar Rp 100 per saham. Sedangkan harga nominal sebesar Rp 50 per saham. Selain menggelar IPO saham, Victoria Care merencanakan employee stock allocation (ESA) setara dengan 7,77% dari jumlah yang ditawarkan atau sebanyak 78,39 juta saham.
Perseroan telah mendapatkan pernyataan efektif IPO saham dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 4 Desember 2020. Masa penawaran umum akan digelar pada 8-11 Desember 2020 dan pencatatan di Bursa Efek Indonesia (BEI) dijadwalkan pada 17 Desember 2020. Bertindak sebagai penjamin pelaksana emisi efek adalah PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia. Victoria Care Indonesia adalah perusahaan yang bergerak di bidang kosmetik dan perlengkapan mandi. Perusahaan ini berdiri tahun 1988 dengan nama PT Karya Asri Perdana Mandiri. Namun kemudian pada 2007, perusahaan tersebut diambil alih dan menjadi Victoria Care sampai kini.
Victoria Care merupakan satu dari 11 perusahaan yang berniat melaksanakan IPO saham pada Desember 2020. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna mengatakan, dari 20 perusahaan yang masuk dalam pipeline pencatatan saham BEI, sebanyak 11 perusahaan akan melakukan IPO pada Desember 2020. Dari 11 perusahaan tersebut, sebanyak 3 perusahaan merupakan perusahaan dengan aset skala menengah atau memiliki aset sebesar Rp 50 hingga Rp 250 miliar. “Kemudian 8 perusahaan merupakan perusahaan skala besar atau memiliki aset di atas Rp 250 miliar,”ujarnya.
Dari segi sektor, sebanyak 11 perusahaan yang berniat IPO saham berasal dari sektor trade, services and investment sebanyak 3 perusahaan. Kemudian dari sektor property, real estate and building construction sebanyak 2 perusahaan. Selanjutnya, dari sektor consumer goods industry sebanyak 2 perusahaan. Nyoman menyebutkan, sebanyak 2 perusahaan dari sektor agriculture juga berencana melakukan IPO. Lalu, sektor miscellaneous industry sebanyak 1 perusahaan dan sektor keuangan sebanyak 1 perusahaan. Dengan 11 perusahaan yang akan IPO, jumlah perusahaan yang akan IPO tahun ini mencapai 57 perusahaan. Pasalnya, hingga 30 November 2020, sudah ada 46 perusahaan yang melakukan IPO denga nilai emisi sebesar Rp 5,22 triliun. Jumlah IPO sebanyak 57 perusahaan lebih banyak dibandingkan tahun lalu yang mencapai 55 perusahaan.
Emiten properti, PT Modernland Realty Tbk. (MDLN) membukukan laba bersih konsolidasian di kuartal pertama 2025 sebesar Rp761,3 miliar, berbalik arah…
NERACA Jakarta -Kuartal pertama 2025, PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,31 triliun atau meningkat 1,26%…
NERACA Jakarta – Dalam rangka menjaga kesehatan keuangan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah fokus pada bisnis inti dan akan…
Emiten properti, PT Modernland Realty Tbk. (MDLN) membukukan laba bersih konsolidasian di kuartal pertama 2025 sebesar Rp761,3 miliar, berbalik arah…
NERACA Jakarta -Kuartal pertama 2025, PT Indosat Tbk. (ISAT) atau Indosat Ooredoo Hutchison mencatatkan laba bersih sebesar Rp1,31 triliun atau meningkat 1,26%…
NERACA Jakarta – Dalam rangka menjaga kesehatan keuangan, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah fokus pada bisnis inti dan akan…