NERACA
Jakarta - Perkuat modal dalam mendanai ekspansi bisnisnya dan juga modal kerja, PT Anabatic Technologies Tbk (ATIC) akan menggelar rights issue atau melepas sebanyak 440.143.192 lembar saham baru atau setara 19,01% dari modal ditempatkan dan disetor penuh melalui mekanisme Penambahan Modal Dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD).
Dalam siaran persnya di Jakarta, kemarin disebutkan, perseroan telah menetapkan harga pelaksanaan Rp 900 per lembar saham sehingga berpotensi meraup dana sebesar Rp 396,128 miliar. Perseroan menyebutkan, setiap pemegang 426 saham yang namanya tercatat dalam Daftar Pemegang Saham (DPS) perseroan pada pukul 16.00 WIB tanggal 26 September 2019 berhak atas 100 saham right. Selanjutnya, setiap satu saham rights issue berhak untuk membeli satu saham baru.
ATIC hanya menerima uang tunai senilai Rp248,62 miliar, sedangkkan Rp133,87 miliar dalam bentuk penyetoran saham dalam atau inbreng. Adapun TIS Inc bertindak sebagai pembeli siaga berdasarkan perjanjian pembelian sisa saham baru. Rincinya, PT Artha Investama Jaya akan mengalihkan sebanyak 148.747.934 saham right-nya kepada para pemegang saham CTI dan sebanyak 7.211.490 saham right kepada TIS Inc.
Bahkan, TIS Inc, akan melaksanakan saham right-nya sebanyak 134.282.491 lembar saham dan apabila saham baru yang ditawarkan dalam PUT II ini tidak seluruhnya diambil atau dibeli oleh pemegang saham perseroan, maka sisa saham baru wajib dibeli oleh TIS Inc. Hasilnya, setelah aksi korporasi ini, TIS. Inc akan memegang 37,3% dari sebelumnya 30,51% atau menjadi pemegang saham mayoritas.
Perseroan mengungkapkan, kebutuhan akan berbagai solusi smart city akan tumbuh luar biasa dalam enam tahun ke depan. Chief Executive Officer (CEO) ATIC, Harry Surjanto pernah bilang, pasar bisnis smart city akan mencapai nilai US$ 237,6 miliar pada 2025, dengan CAGR sebesar 18,9% dari 2019 sampai 2025. "Pertumbuhan populasi penduduk dan tantangan mengelola sumber daya alam yang terbatas dan tuntutan menjaga pelestarian lingkungan, menjadi alasan mengapa smart city akan berkembang pesat. Masih banyak potensi yang bisa digali di Indonesia karena perkembangannya masih sangat awal," tuturnya.
Harry juga melihat persoalan seperti urbanisasi, infrastruktur kota yang menua, hingga kebutuhan akan peningkatan kualitas hidup, juga menjadi pendorong kebutuhan solusi kota berbasis teknologi. Dengan demikian, menurut Harry, harapan mewujudkan kota dengan mobilitas efisien, pemanfaatan energi yang optimal, peningkatan bangunan dan rumah, serta layanan administrasi yang baik dapat terwujud.
Lebih jauh, Harry menjelaskan pihaknya sudah fokus bekerja dan menggarap penyediaan solusi infrastuktur teknologi Informasi, sejak beberapa tahun lalu. Melalui anak perusahaannya, PT Blue Power Technology (BPT) perseroan yang memiliki tiga kantor representatif di Singapura, Malaysia, dan Filipina ini, membantu pengelolaan kota seperti meningkatkan keamanan hingga pengaturan lalu lintas.
NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Intanwijaya Internasional (INCI) berencana membagikan dividen tunai tahun buku 2024…
NERACA Jakarta – Di kuartal pertama 2025, PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), salah satu pemain di sektor perdagangan komoditas…
Berhasil mencatatkan pertumbuhan laba di kuartal pertama 2025 dan juga seiring tren kenaikan harga, likuiditas, dan market capital membuat saham…
NERACA Jakarta – Sebagai bentuk apresiasi kepada pemegang saham, PT Intanwijaya Internasional (INCI) berencana membagikan dividen tunai tahun buku 2024…
NERACA Jakarta – Di kuartal pertama 2025, PT Daaz Bara Lestari Tbk (DAAZ), salah satu pemain di sektor perdagangan komoditas…
Berhasil mencatatkan pertumbuhan laba di kuartal pertama 2025 dan juga seiring tren kenaikan harga, likuiditas, dan market capital membuat saham…