NERACA
Jakarta - Berbagai proyek pembangunan pembangkit berbasis energi terbarukan untuk kemandirian energi nasional terancam oleh kampanye hitam berkait lingkungan. Ada upaya-upaya yang diduga menggunakan segala cara termasuk meniupkan argumentasi keliru dan didramatisasi untuk menghalangi pembangunan pembangkit listrik berbasis energi terbarukan di Indonesia.
Aksi ini diduga turut melibatkan ilmuwan asing untuk menyerang sejumlah proyek infrastruktur yang merupakan Proyek Strategis Nasional Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Mereka mengabaikan kolaborasi pemerintah dan swasta mengembangkan energi terbarukan ramah lingkungan untuk memacu pemerataan pembangunan di luar Pulau Jawa.
Pakar konservasi sumber daya hutan dan ekowisata Institut Pertanian Bogor DR Ricky Avenzora di Jakarta, Senin (20/8), mengatakan praksis dramatisasi data yang tidak tepat digunakan untuk menakut-nakuti publik. Padahal, kata Ricky, kajian ilmuwan asing yang digunakan banyak yang tidak sesuai kenyataan lapangan. "Berbagai dinamika yang ada menunjukan bahwa relatif sangat banyak NGO yang bertindak dengan pola-pola yang masuk dalam kriteria kriminal" kata Ricky.
Indikator kriminalitas terlihat dari adanya manipulasi data dan interpretasi yang dilebih-lebihkan (hiperbola). Salah satu kampanye hitam yang dihembuskan adalah hasil riset kelompok ilmuwan yang mendiskreditkan Pembangkit Listrik Tenaga Air Batang Toru di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. Mereka menyatakan, proyek PLTA Batang Toru akan memicu deforestasi dengan pembangunan dam raksasa untuk menampung air, jalan akses, dan jaringan transmisi listrik.
Dalam rapat di DPRD Sumatera Utara, Medan, Selasa (31/7/2018), pengembang PLTA Batangtoru, PT North Sumatera Hydro Energy, menyatakan, pembangkit yang akan menjawab krisis listrik di Sumatera itu disiapkan dengan teknologi tinggi sehingga tak butuh bendungan raksasa. Pembangkit berteknologi canggih ini didesain irit lahan dengan hanya memanfaatkan badan sungai seluas 24 Hektare (Ha) dan lahan tambahan di lereng yang sangat curam seluas 66 Ha sebagai kolam harian untuk menampung air.
Air kolam harian tersebut akan dicurahkan melalui terowongan bawah tanah menggerakkan turbin yang menghasilkan tenaga listrik sebesar 510 MW. PLTA Batang Toru sangat efisien dalam penggunaan lahan, terutama jika dibandingkan dengan Waduk Jatiluhur di Jawa Barat yang membutuhkan lahan penampung air seluas 8.300 Ha untuk membangkitkan tenaga listrik berkapasitas 158 MW.
Secara terpisah, Guru Besar Fakultas Kehutanan IPB, Prof. Yanto Santosa, menyatakan, jika pembangunan pembangkit listrik tersebut sangat mendesak maka yang harus dipikirkan oleh akademisi, pakar dan penggiat lingkungan adalah bagaimana solusi agar dampak operasionalnya minimal terhadap ekologi, termasuk keberadaan orangutan. "Dilihat urgensinya. Kalau memang sangat penting, jangan dipertentangkan. Tapi harus tetap berjalan dengan solusi dampak minimal bagi orangutan," katanya.
Yanto juga menyatakan, semua akademisi dan pakar terkait serta para pegiat lingkungan perlu duduk bersama untuk membahas secara komprehensif dan konstruktif dampak pembangunan PLTA Batangtoru. "Biar semuanya jelas dan tidak ada yang ditutupi," katanya.
NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengatakan sekitar 20 ribu debitur UMKM sudah…
NERACA Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan tengah menghitung dampak dari stimulus Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan Jaminan…
NERACA Jakarta – Pemerintah kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dengan merilis serangkaian stimulus…
NERACA Jakarta - Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman mengatakan sekitar 20 ribu debitur UMKM sudah…
NERACA Jakarta - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menyampaikan tengah menghitung dampak dari stimulus Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan Jaminan…
NERACA Jakarta – Pemerintah kembali menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas dan mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional dengan merilis serangkaian stimulus…