NERACA

Semarang  - Ketua Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Pasar Modal (LP3M) Investa Semarang, Hari Prabowo menilai fluktuasi harga saham merupakan seni dalam dunia pasar modal.”Saya katakan seninya begitu. Bisnis di perusahaan juga ada naik turunnya, di situlah seninya. Kalau pasar statis, tidak akan menarik investor," ujarnya di Semarang, kemarin.

Menurut dia, karakter harga saham perusahaan di pasar modal memang mengalami fluktuasi yang sangat cepat, tetapi sebenarnya menjadi peluang bisnis jika memahami karakternya.”Saat ini, ada 580 perusahaan di Indonesia yang sudah terseleksi baik yang sahamnya diperjualbelikan. Ada perusahaan pertanian, perdagangan, keuangan, silakan pilih," katanya.

Namun, dirinya menolak jika dikatakan dunia pasar modal identik dengan "gambling" atau ketidakpastian, sebab ada pendekatan dan analisis yang dilakukan untuk terjun di pasar modal.”Jadi, tidak 'gambling. Ada pendekatan, analisis-analisis. Misalnya, petani tembakau pasti memperhitungkan musim, harga, ketika menanam. Kapan menanam, kapan panen," katanya.

Persoalan suatu saat apakah yang sudah dianalisa tersebut tidak sesuai harapan berbeda soal, lanjut dia, sebab suatu bisnis pasti ada risikonya meski sudah dilakukan perhitungan.”Makanya, kami sarankan kalau ada nasabah yang masuk masuk pasar modal, ikut pendidikan dulu. Kami juga tidak menyarankan nasabah menyerahkan sepenuhnya kepada pialangnya," jelasnya.

Dari 580 perusahaan yang sahamnya diperjualbelikan di pasar modal, kata Executive Vice President (EVP) BNI Sekuritas Semarang itu, memiliki karakter tersendiri yang bisa dipilih untuk berinvestasi.”Ada saham perusahaan yang naiknya landai saja, terukur. Namun, ada yang lebih cepat berfluktuasi. Semakin cepat berfluktuasi, tentu risikonya lebih besar. Namun, kan bisa dicek, riil," katanya.
Dirinya mencontohkan, harga saham perusahaan taksi beberapa waktu lalu yang semula hanya Rp60/saham, namun begitu ada isu di media bahwa akan diakuisi transportasi dalam jaringan harganya melejit sampai 300%.”Ya, makanya bukan 'gambling'. Sekarang ini kan eranya bisnis informasi, apa yang muncul di media akan cepat direspons pasar. Makanya, investor harus memahami perkembangan informasi," kata Hari.

Sebelumnya, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan, Hamdi Hassyarbaini pernah bilang, di tengah tren penurunan IHSG sebagai sentimen The Fed Rate dan perang dagang Amerika dengan China, investor diminta untuk tidak panik dan khawatir. Pasalnya, industri pasar modal Indonesia masih positif sejalan dengan fundamental ekonomi nasional yang kondusif. Dengan demikian, potensi IHSG berbalik arah cukup terbuka ke depannya.”Pergerakan IHSG jangka pendek memang bergerak fluktuatif, namun kalau secara jangka panjang fluktusi itu akan terlihat meningkat," ujar Hamdi.

Namun, dirinya mengharapkan, masyarakat Indonesia mengambil momentum ini untuk melakukan investasi pada aset saham karena menawarkan imbal hasil yang bagus ke depannya. (ant/bani)