Pengaruh Sistem Pembayaran Terhadap Munculnya Fasisme di Eropa

 

Oleh: Achmad Deni Daruri, President Director Center for Banking Crisis

 

Sistem pembayaran yang sukses akan menghasilkan sistem ekonomi yang mampu mendemonstrasikan kesuksesan dan mempromosikan penyebaran ide-ide baru yang produkstif. Sebaliknya sistem pembayaran yang gagal tidak akan mampu menghasilkan hal tersebut sehingga terjadi ketimpangan dan keterbelakangan dalam kinerja perekonomian pada seklompok masyarakat yang pada gilirannya mudah disulut oleh ajaran fasisme dan terorisme. Kemenangan Angela Merkel dan Emmanuel Macron memperlihatkan bahwa sistem pembayaran di Jerman dan Perancis dapat dikatakan sangat sehat yang juga berimpilikasi bahwa sistem pembayaran di Uni Eropa sangatlah positif.  Baker berdalil bahwa terdapat sistem ekonomi yang dapat dikenali dalam fasisme, yang memuat karakteristik pokok yang diamalkan oleh bangsa-bangsa fasis, yang berbeda dengan sistem ekonomi lain yang dianjurkan oleh ideologi lain. Payne, Paxton, Sternhell, dan kawan-kawan setuju bahwa ekonomi-ekonomi fasis berbagi beberapa keserupaan, tidak terdapat bentuk pembeda dari organisasi ekonomi fasis.

Feldman dan Mason berpendapat bahwa fasisme dapat dibedakan oleh tidak-hadirnya ideologi ekonomi yang bertalian secara logis dan tidak-hadirnya pemikir ekonomi yang serius. Mereka menyatakan bahwa keputusan-keputusan yang diambil oleh para pemimpin fasis tidak dapat dijelaskan dalam kerangka kerja ekonomi yang logis. Sejarah memperlihatkan bahwa sistem ekonomi yang fasis didukung oleh korporatisme karena sistem pembayaran yang ada dibentuk oleh korporatisme yang juga beraliran fasis. Fasisme Italia mendukung sistem ekonomi korporatisme, yaitu sistem yang menghubungkan sindikat majikan dan pekerja dalam asosiasi-asosiasi agar dapat secara kolektif mewakili produsen ekonomi bangsa dan bekerja sama dengan negara untuk menetapkan kebijakan ekonomi nasional. Mereka mendukung korporatisme sebagai alternatif dari kapitalisme dan Marxisme, yang menurut mereka sudah usang". Para fasis ingin sistem tersebut menyelesaikan konflik kelas melalui kolaborasi antar kelas. 

Fasisme Italia menentang liberalisme dan sosialisme, namun juga menentang konservatisme reaksioner yang dikembangkan oleh Joseph de Maistre. Para fasis yakin bahwa keberhasilan nasionalisme Italia hanya dapat dicapai bila rakyat menghormati tradisi, merasa memiliki masa lalu yang sama, dan berkomitmen untuk memodernisasi Italia. Hal yang sama dilakukan oleh Hitler. Fasisme pada galibnya merupakan ideologi yang berdasarkan pada prinsip kepemimpinan dengan otoritas absolut di mana perintah pemimpin dan kepatuhan berlaku tanpa pengecualian. Pasukan dengan otoritas (atau militer) menjadi sangat penting dalam ideologi fasis, karena ideologi ini selalu membayangkan adanya musuh, sehingga pemimpin dan militer harus kuat menjaga negara. Gerakan ini memiliki satu tujuan: menghancurkan musuh, dimana musuh dikonstruksikan dalam kerangka konspirasi atau ideologi lain. Dalam pola pikir fasis, musuh berada di mana-mana baik di medan perang maupun dalam bangsa sendiri sebagai elemen yang tidak sesuai dengan ideologi fasis.

Dalam ideologi fasis, akibatnya adalah individualitas manusia hilang, dan pengikut menjadi massa yang seragam dimana individu hanya menjadi alat untuk mencapai tujuan gerakan fasis tersebut. Gerakan fasis termasuk adalah gerakan radikal ideologi nasionalis otoriter politik. Dalam ideologi fasis, massa tak boleh mempunyai identitas yang beragam dan wajib seragam. Individualitas hilang karena kebhinekaan dilarang, hancurnya identitas individu berdampak massa mengambang yang dengan dipimpin oleh pemimpin karismatik dengan kekuasaan absolut.

Dalam negara fasis biasanya struktur ekonomi kapitalis berjalan dengan menempatkan manusia sebagai alat pembangunan negara. Elit politik dan elit ekonomi bekerja sama dan ideologi bangsa ultra nasionalis membuat warga biasa tidak sadar atau tidak peduli hierarki ekonomi-politik.  Mereka menganjurkan pembentukan partai tunggal negara totaliter yang berusaha mobilisasi massa suatu bangsa dan terciptanya "manusia baru" yang ideal untuk membentuk suatu elit pemerintahan melalui indoktrinasi, pendidikan fisik, dan termasuk eugenika kebijakan keluarga. Fasis percaya bahwa bangsa memerlukan kepemimpinan yang kuat, identitas kolektif tunggal, dan kemampuan untuk melakukan kekerasan dan berperang untuk menjaga bangsa yang kuat.

Pemerintahan Fasis melarang dan menekan oposisi terhadap negara. Fasis meninggikan kekerasan, perang, dan militerisme sebagai memberikan perubahan positif dalam masyarakat, dalam memberikan renovasi spiritual, pendidikan, menanamkan sebuah keinginan untuk mendominasi dalam karakter orang, dan menciptakan persaudaraan nasional melalui dinas militer . Fasis kekerasan melihat dan perang sebagai tindakan yang menciptakan regenerasi semangat, nasional dan vitalitas. Fasisme merupakan paham yang anti-komunisme, anti-demokratis, anti-individualis, anti-liberal, anti-parlemen, anti-konservatif, anti-borjuis dan anti-proletar, dan dalam banyak kasus anti-kapitalis Fasisme. menolak konsep-konsep egalitarianisme, materialisme, dan rasionalisme yang mendukung tindakan, disiplin, hierarki, semangat, dan keinginan.

Dalam ilmu ekonomi, fasis menentang liberalisme (sebagai gerakan borjuis) dan Marxisme (sebagai sebuah gerakan proletar) untuk menjadi eksklusif ekonomi berbasis kelas gerakan Fasis ini. Ideologi mereka seperti yang dilakukan oleh gerakan ekonomi trans-kelas yang mempromosikan menyelesaikan konflik kelas ekonomi untuk mengamankan solidaritas nasional Mereka mendukung, diatur multi-kelas, sistem ekonomi nasional yang terintegrasi.

Pada perekonomian fasisme di Italia dan jerman pada jaman fasisme, sistem pembayaran juga tidak mampu menghasilkan keahlian-keahlian yang mampu membuka kesempatan pasar baru. Yang pada gilirannya sistem pembayaran diarahkan untuk mendukung upaya untuk menghasilkan senjata pemusnah massal. Seperti yang dikatakan oleh Shafik yang juga direktur dari London School of Economics, dalam era dimana informasi menjadi semakin penting maka peren para ahli akan menjadi semakin penting ketimbang dalam periode sebelumnya. Sepanjang para ahli tidak terkooptasi oleh kekuatan fasisme maka peran sistem pembayaran di Eropa akan terus memberikan sumbangan yang positif bagi perekonomian Eropa sehingga kekuatan politik non fasis yang demokratis tetap unggul di Eropa.

BERITA TERKAIT

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…