Minat Anak Usaha BUMN IPO Cukup Besar

NERACA

Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengaku‎ banyak anak usaha BUMN yang sudah berkomunikasi dengan pihak bursa dan berminat menjalankan penawaran umum perdana saham (IPO).”Dari anak usaha BUMN kita belum dapat registrasi dari mereka tetapi sudah ada yang sounding dari mereka dan dipastikan 2018,”kata Direktur Penilaian Investasi BEI, Samsul Hidayat di Jakarta, pekan kemarin.

Hingga semester I-2018, bursa menyatakan telah ada delapan perusahaan yang masuk dalam pipeline atau daftar di manajemen bursa‎ untuk menjalankan IPO. Dari semua perusahaan tersebut, tidak ada satu pun nama anak usaha BUMN yang berminat IPO. Dia mengungkapkan hal tersebut baru sebatas rencana anak usaha BUMN. "Yang di-sounding ke kita hanya rencana untuk IPO,”ungkapnya.

Sebanyak delapan perusahaan yang telah masuk pipeline, lanjut dia, akan menggunakan laporan keuangan per September 2017. Hasilnya, mereka diperkirakan akan resmi listing atau tercatatkan di bursa pada akhir Maret atau April 2018.”Kita perkirakan akhir kuartal pertama 2018 sudah ada minimal delapan yang dicatatkan," jelas Samsul.

‎Pada kuartal I tahun ini, telah ada satu perusahaan yang menjadi emiten baru di bursa, yakni PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM). Perusahaan melepas  melepas saham sebanyak-banyaknya 200 juta lembar di harga Rp208 per saham. Dari aksi IPO perusahaan meraup dana segar lebih dari Rp41,6 miliar dari proses hajatan IPO tersebut. Dana‎ segar dari hasil IPO setalah dikurangi biaya emisi, sebesar 97% untuk modal kerja perseroan, sedangkan sisanya tiga persen untuk pembiayaan research and development (R&D).

Adapun nama-nama delapan perusahaan yang bisa IPO di kuartal I di tahun ini, yakni ‎PT BTPN Syariah Tbk, PT Sky Energy Indonesia Tbk, PT Borneo Olah sarana Sukses Tbk, PT Indah Prakasa Sentosa Tbk, PT Tridomain Performance Material Tbk, PT Jaya Trishindo Tbk, PT Artajasa Pembayaran Elektronis Tbk, dan PT Gihon Telekomunikasi Indonesia Tbk.

Sebelumnya, Kepala Riset Ekuator Swarna Sekuritas, David Sutyanto pernah bilang, anjloknya bursa saham global dan termasuk indeks BEI tidak akan mempengaruhi minat perusahaan untuk mencatatkan saham perdananya di pasar modal.”Kondisi pasar primer dan sekunder itu dua hal yang berbeda,”ujarnya.

Penurunan yang terjadi di pasar sekunder, sedangkan IPO fokus di pasar primer. Di pasar primer, valuasi calon emiten dititik beratkan pada fundamental emiten, tanpa mempertimbangkan kemampuan pergerakan saham atau kondisi pasar sekunder. Porsi IPO juga jadi faktor yang cukup mempengaruhi di pasar ini. Secara umum, porsi di atas Rp 250 miliar bakal banyak diincar oleh investor institusi. Sebab, dengan porsi tersebut, mereka berpeluang lebih besar untuk menyerap saham baru lebih banyak.

BERITA TERKAIT

Manfaatkan Google Classroom - Agar Hasil Belajar Online Lebih Maksimal

Dunia pendidikan kini banyak memanfaatkan Google Classroom. Aplikasi yang berfungsi untuk membagikan tugas kepada siswa, memulai diskusi dengan siswa, dan…

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Manfaatkan Google Classroom - Agar Hasil Belajar Online Lebih Maksimal

Dunia pendidikan kini banyak memanfaatkan Google Classroom. Aplikasi yang berfungsi untuk membagikan tugas kepada siswa, memulai diskusi dengan siswa, dan…

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…