Investasi LRT Membengkak - Adhi Karya Masih Miliki Kocek Tebal

NERACA

Jakarta – Membengkaknya proyek infrastruktur Light rail transit (LRT) Jabodetabek dari Rp 27 triliun menjadi Rp 31 triliun, menjadi beban yang harus di tanggung PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI) sebagai kontraktor proyek tersebut. Padahal, tambahan investasi proyek ini sebelumnya diperkirakan paling besar hanya Rp 1,5 triliun.

Namun demikian, hal tersebut tidak membuat kekhawatiran bagi perseroan dan sebaliknya siap mendanai investasi proyek tersebut. Direktur Utama PT Adhi Karya (Persero) Tbk, Budi Harto mengatakan, pihaknya akan ikut sebagai investor untuk penyelenggaraan sarana LRT Jabodebek bersama PT Kereta Api Indonesia (KAI). “Nanti akan ada Adhi Karya yang ikut investasi. Pendanaan dari KAI dan Adhi Karya. Adhi Karya akan ikut investasi sedikit,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Sayangnya, Budi tak menyebutkan secara rinci berapa persen bagian Adhi yang akan ikut dalam porsi kepemilikan konsesi LRT Jabodebek tersebut. Meski ada perubahan dalam porsi investor, Budi bilang pekerjaan di lapangan terus dilakukan dalam mengejar target pengoperasian di 2019. Saat ini progres pekerjaan sudah mencapai 30% dan Adhi Karya sudah menghabiskan dana hingga Rp 5 triliun mencapai progres tersebut.”Sampai akhir tahun kira-kira 35%. Dana sudah dikeluarkan Rp 5 triliun,"ungkapnya.

Sebelumnya, Haris Gunawan, Direktur Keuangan ADHI pernah menegaskan, membengkaknya nilai investasi LRT tidak menjadi sentimen negatif bagi perseroan, khususnya dari sisi persediaan dana. Pasalnya, yang naik itu sisi sarananya dan bukan infrastruktur. Sebagaimana diketahui, membengkaknya investasi itu lantaran adanya perubahan pada teknologi sinyal kereta menjadi moving block. Adapun, moving block adalah sistem di mana sinyal rel kereta diatur melalui komputerisasi.

Namun, di satu sisi, pembayaran dari PT KAI kepada  ADHI atas pengerjaan proyek LRT dilakukan dengan menggunakan termin tertentu. Sejak awal tahun, ADHI setidaknya telah mengeluarkan dana lebih dari Rp 4 triliun. Masih ada kebutuhan sekitar Rp 1 triliun lagi hingga akhir tahun nanti. Total dana ini yang akan dibayar KAI pada Desember nanti.

ADHI saat ini tengah membahas skema pembayaran untuk tahun depan. Ada dua opsi yang dipertimbangkan, apakah pembayaran dari KAI dilakukan setiap bulan atau setiap enam bulan berdasarkan perkembangan pengerjaan proyek. Bukan hanya moving blok. Jumlah stasiun pun rencananya juga akan ditambah. Semua pengerjaan ini merupakan bagian pengerjaan sarana yang menjadi tanggung jawab PT Kereta Api Indonesia (KAI).

Sementara, ADHI fokus pada pengerjaan infrastruktur. Sehingga, Harris memastikan persediaan dana untuk proyek tersebut masih aman, tidak perlu mencari sumber pendanaan baru. “Kapasitas kami Rp 28 triliun. Ini untuk LRT dan sejumlah rencana investasi kami. Masih cukup," jelas Haris.

Akhmad Nurcahyadi, analis Samuel Sekuritas dalam riset 22 November 2017 menyebut, progress pembangunan LRT telah mencapai 21,9%. Hingga akhir tahun, realisasi pembangunan diperkirakan mencapai 35%. "Untuk merealisasikan target tersebut, ADHI kami perkirakan akan kembali menggunakan dana internalnya, kombinasi kas dan pinjaman perbankan hingga Rp 2 triliun atau mencapai total Rp 7 triliun sepanjang tahun ini," kata dia.

Akhmad menyebut, pencairan dana pinjaman untuk KAI dari beberapa bank, senilai Rp 18 triliun menjadi katalis kuat ADHI. "Bahkan bila pembayaran penggantian dana yang telah digunakan ADHI tertunda, dana pinjaman tetap cair tahun ini, dan menjadi sentimen positif bagi ADHI," imbuh Akhmad.

Samuel Sekuritas memperkirakan, ADHI akan mencatatkan pendapatan Rp 14,52 triliun tahun ini dengan laba bersih Rp 342 miliar. Tahun lalu, ADHI membukukan pendapatan Rp 11,06 triliun dengan laba Rp 313 miliar.

BERITA TERKAIT

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…