Bali tak lagi menjadi ‘surga’ nan sempurna saat Gunung Agung dikabarkan mulai beraktivitas erupsi sekitar sebulan lalu. Beberapa pelancong mengurungkan niat datang ke Pulau Dewata.Itu diakui keturunan Raja Ubud Tjokorda Gde Putra Sukawati saat membuka perhelatan pesta sastra Ubud Writers and Readers Festival 2017 di Ubud, Bali.

“Turis ke Ubud turun 30 persen di Oktober karena informasi yang salah (soal erupsi Gunung Agung),” katanya dalam pidato pembukaan. Padahal, menurutnya Bali masih sangat aman.

Bukan hanya aktivitas Gunung Agung mereda, tetapi juga lokasi Ubud terbilang jauh. Jaraknya sekitar 35 kilometer dari Gunung Agung. Sementara radius yang terdampak, masyarakat Kabupaten Karangasem yang dievakuasi, adalah 12 kilometer dari Gunung Agung.’“Yang diungsikan itu hanya dua persen dari masyarakat Bali,” Gde Putra Sukawati melanjutkan. Artinya, itu jumlah yang terbilang sangat kecil dibanding Bali secara umum.

Ia menambahkan, jika Gunung Agung tak bisa didekati karena radius erupsinya, Bali masih menyimpan banyak ‘mutiara’ untuk dieksplorasi. Salah satunya tentu saja Ubud. Desa yang terkenal dengan pura, seni dan hamparan sawahnya itu selama ini termasuk destinasi wisata.

Jika mampir ke Ubud, yang berjarak sekitar 36 kilometer dari Bandara Ngurah Rai dan bisa ditempuh selama satu sampai dua jam perjalanan dengan mobil, wisatawan ada di mana-mana.

Di pusat Ubud, di mana Istana Ubud berlokasi, penuh wajah orang asing. Turis dari Eropa, Amerika, bahkan Asia berkumpul di sana. Kafe-kafe di jalanan utama Ubud pun bergaya barat. Hampir semua masyarakatnya bisa berbahasa Inggris. Ubud pun punya Monkey Forest, hutan kera seluas sekitar 27 hektar yang sering membuat turis terpincut oleh penghuninya.

Namun, Nyoman Aryanta pemandu yang biasa mengantar turis asing dan domestik di Ubud pun mengakui belakangan sulit mendapat tamu. Wajah asing di Ubud masih banyak, namun jumlahnya menurun. Ia bahkan berani menyebut Ubud lebih sepi dibanding bukan musim liburan biasanya. “Beberapa minggu lalu, saya antar orang keliling Ubud saja, dari jam 9 pagi sampai 6 malam, cuma dapat Rp60 ribu,” ujar Nyoman yang menggagas Good Karma Tour di Bali itu.

Kondisi itu membuat Gde Putra Sukawati dan pemerintah menggaungkan bahwa Bali aman.“Bali itu aman, dan masih indah. Tolong bilang sama teman-temannya, Bali aman dan masih ada banyak hal bagus yang bisa disaksikan (selain Gunung Agung),” ujarnya menegaskan.

Salah satu daya tarik pelancong ke Bali, terutama Ubud bulan ini adalah digelarnya UWRF pada 25 hingga 29 Oktober. Ini merupakan kali ke-14 festival itu diselenggarakan.

Janet DeNeefe penggagasnya mengaku, ia sempat berpikir untuk menunda atau membatalkan festival karena adanya kabar erupsi Gunung Agung. Namun tetap antusiasnya peserta maupun penulis yang diundang membuatnya yakin jalan terus. Meskipun, sedikit banyak ada dampak.

“Tentu saja terdampak Saya pikir begitu berkurang, tapi kita lihat saja besok [hari pertama UWRF, 26 Oktober]. Sebelum ada ‘gangguan’ itu, kami sangat bersemangat. Tapi lalu mulai surut,” katanya dalam bahasa Inggris.Ia melanjutkan, “Saya tidak yakin. Mungkin peserta berkurang 10-15 persen.”