Marak Obligasi Korporasi Jatuh Tempo - BEI Bidik 80 Emisi Obligasi Korporasi di 2018

NERACA

Jakarta – Optimisme industri pasar modal akan tetap tumbuh positif memacu PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mematok pertumbuhan lebih agresif lagi. Tidak hanya membidik pertumbuhan pendapatan, transaksi harian sebesar Rp 9 triliun dan jumlah emiten 35 perusahaan, pihak BEI juga membidik peningkatan kualitas dan kuantitas penerbitan obligasi di 2018. Target emisi obligasi yang dipatok BEI tahun depan sebanyak 80 emisi obligasi korporasi dan 156 obligasi negara.

Target tersebut disusun dengan mempertimbangkan stabilitas dan peningkatan perekonomian nasional pada 2018. Namun, BEI tidak bisa memperkirakan jumlah dana yang akan didapatkan nanti.”Saat ini sudah ada 71 seri penerbitan obligasi dari 68 perusahaan," kata Samsul Hidayat, Direktur Penilaian Perusahaan BEI di Jakarta, kemarin.

Lanjut Samsul, per 6 Oktober 2017, total penerbitan obligasi tersebut senilai Rp 110,3 triliun. Saat ini masih ada 19 perusahaan lainnya dalam pipeline yang akan menerbitkan obligasi dan nilainya ditaksir mencapai Rp 19,8 triliun. Dijelaskan, apabila sinyal kenaikan rating dari Standard and Poor's terealisasi, hal itu akan menambah daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi. "Maka ke depan bisa menambah kepercayaan diri dan bisa menekan biaya dana atau cost of fund yang lebih rendah," ujar Samsul.

Nico Omer Jonckheere, Vice President Research and Analyst Valbury Sekuritas Indonesia menyatakan, peluang perusahaan untuk menerbitkan obligasi pada tahun depan tetap ada. "Karena kalau ekonomi bertumbuh, dan perusahaan bertumbuh, maka perlu dana untuk ekspansi. Itu pasti," terang Nico.

Namun, dia memprediksi tingkat yield obligasi tahun depan, tidak sebagus saat ini. Salah satunya, karena faktor likuiditas. Sehingga membuat orang cenderung menahan dalam menerbitkan obligasi, kecuali karena terpaksa. "Lima tahun ke depan, kemungkinann yield-nya akan lebih tinggi bukan lebih rendah," imbuhnya.

Apabila tidak menerbitkan obligasi, bisa jadi perusahaan akan roll over utang lama. Atau bisa jadi mereka tetap menerbitkan obligasi dengan tingkat yield yang tinggi. "Bahayanya di situ, bahwa yield bisa naik tahun depan," katanya.

Dia menambahkan, imbal hasil obligasi US Treasury 10 tahun masih berkisar 2,4%. Bila yield obligasi tersebut naik, maka di seluruh dunia juga akan naik. Selain itu, bila nantinya tingkat inflasi juga turut naik, maka bisa mempengaruhi kenaikan yield obligasi. Untuk itu, dia menilai langkah perusahaan yang sudah menerbitkan bond cukup tepat. Pasalnya, likuiditas saat ini cukup melimpah. Nico juga memprediksi, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia akan tetap berada pada 4,25%. Bahkan, ada kemungkinan naik lagi nanti.

Sebelumnya, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memproyeksi puncak penerbitan obligasi korporasi akan terjadi tahun depan. Diperkirakan, penerbitan surat utang korporasi ini mencapai Rp120 triliun. Ekonom Pefindo Ahmad Mikail mengungkapkan, faktor utama ramainya penerbitan surat utang di tahun depan lantaran imbal hasil (yield) obligasi pemerintah diperkirakan terus melandai hingga awal tahun depan.

Adapun, hal ini disebabkan karena tingkat inflasi yang diprediksi masih di kisaran 4% plus minus 1% dan peluang penurunan suku bunga acuan dari posisi saat ini 4,75%. Menurut dia, yield dari obligasi pemerintah tentu akan menjadi tolak ukur kupon obligasi korporasi. Sehingga, jika jarak (spread) antara yield obligasi pemerintah dan korporasi semakin besar, maka bisa menjadi motivasi baik bagi obligor maupun investor untuk berinvestasi.

Indonesian Bond Pricing Agency (IBPA) melansir, spread antara yield obligasi korporasi dengan obligasi pemerintah dengan peringkat AAA mencapai 163,5 basis poin - 170,4 basis poin hingga semester I lalu. Angka ini diambil dari obligasi yang memiiki masa tenor antara 5 hingga 10 tahun.”Dua tahun belakangan, obligasi mulai booming dan kami prediksi tahun depan mencapai puncaknya. Mungkin, bisa menembus Rp120 triliun di tahun depan,”kata Mikail.

 

BERITA TERKAIT

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…