Menuju Persaingan Sempurna Industri Semen

Oleh: Achmad Zaenal M 

Untung besar yang dinikmati segelintir industri semen selama puluhan tahun tampaknya bakal berakhir bersamaan dengan hadirnya merek-merek lain bahan bangunan ini. Pasar semen domestik yang selama bertahun-tahun dikuasai oleh tiga pemain besar, PT Semen Indonesia, Indocement, dan Holcim, kini harus menerima kehadiran merek-merek baru yang menawarkan harga lebih murah.


Kehadiran pabrik-pabrik semen baru tersebut menyebabkan produksi bertambah sehingga pasar kelebihan pasokan. Dampaknya, harga semen turun. 
Pada awal September 2017, misalnya, harga semen isi 40 kilogram melorot hingga Rp43.000/sak. Padahal, pada awal 2016, harga Semen Gresik, Tiga Roda (Indocement), dan Holcim, yang mendominasi pasar di Jawa Tengah masih di atas Rp50.000/sak.

Penurunan tersebut, menurut keterangan pedagang, tidak langsung, tetapi berangsur mulai dari Rp49.000 hingga anjlok menjadi Rp43.000 seiring dengan masuknya merek baru, misalnya, Semen Bima dan Merah Putih. "Begitu satu merek menurunkan harga, perlahan diikuti merek lain," kata Slamet, pegawai toko material di Tembalang, Kota Semarang.

Padahal, biasanya harga semen cenderung naik ketika masa puncak proyek-proyek infrastruktur dikerjakan mulai Juli. Apalagi saat ini pemerintah juga gencar membangun sejumlah megaproyek, misalnya jalan tol, pelabuhan, bandara, dan bendungan.

Asosiasi Semen Indonesia menyebutkan penjualan bahan bangunan ini selama semester I 2016 tercatat 29,4 juta ton, namun pada semester I 2017 sedikit menurun menjadi 28,99 juta ton.

Di sisi sama, kapasitas produksi semen malah bertambah menjadi sekitar 93 juta ton, sementara kebutuhan nasional pada 2017 diperkirakan sekitar 65 juta ton. Bila produsen memaksimalkan kapasitas terpasang, berarti bakal terjadi kelebihan pasokan 28 juta ton.

Jumlah pabrik semen pada 2016 tercatat 19 unit dan bila pada 2017 pabrik baru terealisasi berarti menjadi 22 pabrik semen karena pada tahun ini ada tiga pabrik baru yang beroperasi. Padahal hingga kini belum ada tanda-tanda moratorium pendirian pabrik semen baru sehingga pabrik baru kemungkinan masih akan terus berdiri kendati di sejumlah lokasi terjadi aksi penolakan dengan pertimbangan penyelamatan lingkungan.

Hingga kini pasar semen memang masih dikuasai oleh produk yang dihasilkan oleh tiga pemain besar, yakni Semen Indonesia, Indocement, dan Holcim, namun kehadiran pabrik baru bakal memaksa tiga pemain lama tersebut untuk berbagi pangsa.

Salah satu kiat yang dilakukan oleh pemain baru adalah dengan menurunkan harga semen dibanding harga yang dipatok oleh penguasa pasar semen sebelumnya. Pada akhirnya, pemain lama juga menurunkan harga semen demi mempertahankan pangsa pasar. Apalagi pada saat bersamaan ada kelebihan pasokan semen di pasar domestik.

Kelebihan Pasokan

Bagi PT Semen Indonesia, mempertahankan pangsa pasar adalah penting. Oleh karena itu, kendati bakal terjadi kelebihan pasokan, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk tetap meningkatkan produksinya hingga empat persen dibanding tahun lalu.

"Pada tahun 2017, perseroan menargetkan produksi semen 27,4 juta ton atau meningkat empat persen dari sebelumnya 26,36 juta ton pada tahun 2016," kata Direktur Produksi dan Strategi Bisnis PT Semen Indonesia, Johan Samudra, di Universitas Diponegoro Semarang, Agustus 2017.

Semen Indonesia sebagai pemimpin pasar dengan pangsa 41,7 persen optimistis tetap mampu mempertahankan pangsa pasar di tengah berdirinya pabrik-pabrik semen baru.

Optimisme tersebut didasari oleh Rencana Pembangunan Jangka Menengah dan Panjang periode 2015-2019, di mana pemerintah menargetkan pembangunan jalan baru 2.650 km, jalan tol 1.000 km, dan pemeliharaan jalan 46.770 km.

Selain itu, untuk infrastruktur penerbangan, pemerintah berencana membangun 15 bandara baru dan pengembangan bandara untuk pelayanan kargo udara.

Pemerintah juga berencana membangun 14 kawasan industri baru di luar Pulau Jawa serta pembangunan kawasan-kawasan industri sebagai infrastruktur industri di Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI).

Johan Samudra mengatakan saat ini pemerintah juga mendorong pertumbuhan sektor properti, salah satunya penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Hal itu nantinya bakal mendorong peningkatan permintaan semen. Untuk mendukung rencana tersebut, Semen Indonesia terus melakukan ekspansi untuk memenuhi permintaan pasar domestik guna mempertahankan pangsa pasar sekitar 41,7 persen dari total penjualan semen nasional.

Semen Indonesia mengakui penurunan harga semen menyebabkan laba perseroan menyusut kendati dari sisi pendapatan sedikit naik. "Pada Semester I 2017, perseroan mencatat pendapatan Rp12,7 triliun atau tumbuh dua persen dari tahun sebelumnya Rp12,47 triliun (year on year/yoy)," katanya.

Kendati pendapatan naik tipis, EBITDA (earning before interest, taxes, depreciation, and amortization atau pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi) PT Semen Indonesia malah turun tajam dari sebelumnya Rp3,41 triliun menjadi Rp2,65 triliun. Begitu pula laba bersih perseroan pada periode yang sama juga menurun tajam dari Rp1,99 triliun menjadi Rp1,10 triliun.

Struktur Pasar

Ekonom Universitas Diponegoro Semarang Dr. Nugroho SBM menganalisis bahwa penurunan harga semen karena terjadi pergeseran struktur pasar, dari berbentuk oligopoli menuju ke persaingan sempurna.

Pergeseran tersebut memang menguntungkan konsumen karena mereka bisa mendapatkan harga yang lebih rasional.

"Zaman dulu hanya beberapa pemain di pasar semen sehingga mereka bisa mendikte harga. Sekarang sudah tidak bisa lagi karena makin banyak pabrik semen beroperasi," katanya.

Dalam persaingan pasar yang sempurna, menurut dia, korporasi dituntut untuk meningkatkan efisiensi di semua lini agar mereka tetap bisa meraih keuntungan di tengah menurunnya harga jual.

Selain itu, industri semen juga dituntut untuk memberi nilai (value) plus pada produknya sehingga secara kualitas berbeda dengan yang lain. "Harus memiliki formula tertentu untuk membedakan dengan produk sejenis," katanya. (Ant.)

BERITA TERKAIT

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…