Pasar Tenaga Kerja dan Manajemen Risiko

 

Oleh: Achmad Deni Daruri

Presiden Director Center for Banking Crisis

 

Kurva Phillip membuktikan bahwa manajemen risiko tidak bisa mengabaikan pasar tenaga kerja. Pasar tenaga kerja justru merupakan faktor paling penting dalam manajemen risiko. Pasar tenaga kerja merupakan salah satu pasar penting dalam general equilibrium sebuah negara. Negara dengan data akurasi yang lemah dalam pasar tenaga kerja akan kesulitan dalam memprediksi kondisi perekonomian. Dalam dimensi yang lain manajemen risiko juga memainkan peran yang penting dalam general equilibrium perekonomian dimana pengaruhnya sangat berarti dalam menentukan apakah pasar-pasar dalam perekonomian berfungsi optimal.

Rusaknya stabilitas salah satu pasar pada galibnya merupakan akibat dari penerapan manajemen risiko yang keliru. Boleh jadi model manajemen risikonya mengalami kondisi nonstationary. Dengan demikian memerlukan upaya-upaya yang serius untuk mengaktifkan manajemen risiko agar pasar-pasar dalam perekonomian khususnya pasar tenaga kerja dapat berfungsi optimum.  Memetakan pasar tenaga kerja secara tepat dalam sebuah perekonomian bukanlah perkara mudah. Misalnya, dalam model computer general equilibrium acap kali pasar tenaga kerja dianggap remeh untuk perekonomian negara berkembang seperti Indonesia bahkan cederung diabaikan di dalam model makroekonomi.

Krisis dalam sebuah pasar seperti pasar keuangan boleh jadi sudah menerapkan manajemen resiko dalam pasar tersebut misalnya perusahaan-perusahaan di sektor keuangan boleh dikatakan merupakan perusahaan yang paling terdepan dalam menggunakan pendekatan manajemen risiko. Sedangkan dalam konteks tenaga kerja, perusahaan yang tercakup sangat luas, mulai dari perusahaan formal hingga informal. Dengan demikian dapat dimengerti jika pendekatan manajemen risiko pasar tenaga kerja semakin terbaikan dalam model makroekonomi.

Jika data pasar tenaga kerjanya benar maka pengukuran manajemen risiko dapat diberlakukan dengan baik, namun jika datanya tidak akurat maka output dari manajemen resikonya juga tidak akurat. Kalaupun datanya akurat maka juga dipertanyakan apakah corporate governance-nya sudah baik dan benar. Standar corporate governance berbeda-beda antara perusahaan swasta satu dengan lainnya, apalagi dengan perusahaan milik negara. Hal ini juga terkait dengan kebijakan corporate governance itu sendiri yang masing-masing negara dapat berbeda. Dalam konteks Indonesia sebetulnya perekonomian tidak memiliki kapasitas untuk menciptakan penganggur. Berbeda dengan negara maju. Pengangguran di Indonesia adalah barang mewah.  

Padahal ada keterkaitan antara pasar yang satu dengan pasar lainnya. Literatur ekonometrik keuangan telah benar-benar berhasil mengukur, memodelkan, dan meramalkan volatilitas pengembalian yang bervariasi secara waktu, memberikan kontribusi untuk meningkatkan harga aset, manajemen portofolio, dan manajemen risiko, seperti yang disurvei oleh Andersen, Bollerslev, Christoffersen dan Diebold (2006a, 2006b ). Sebagian besar volatilitas ekonometrik keuangan ini tentu saja karena Rob Engle, yang telah memulainya dengan kontribusi klasik Engle (1982).

Menariknya, volatilitas ekonometrik keuangan berikutnya, meskipun besar, sebagian besar membisu pada hubungan antara volatilitas pengembalian aset dan penentu yang mendasarinya. Sebaliknya, salah satu nya biasanya dilakukan dalam pengurangan bentuk fashion, pemodelan dan peramalan volatilitas tapi bukan pemodelan atau peramalan efek perkembangan makroekonomi fundamental. Secara khusus, hubungan antara volatilitas pasar aset dan volatilitas mendasar sebagian besar tetap belum dipelajari; secara efektif, volatilitas pasar aset dimodelkan dalam isolasi dari volatilitas fundamental. Ironisnya, meskipun volatilitas yang mendasar pada siklus frekuensi bisnis telah dipelajari baru-baru ini, seperti misalnya oleh Ramey dan Ramey (1995) dan beberapa makalah yang dikumpulkan oleh Pinto dan Aizenman (2005), literatur tersebut sebagian besar adalah ekonomi makro, dengan fokus utama pada hubungan antara volatilitas fundamental dan pertumbuhan riil berikutnya.

Oleh karena itu hubungan antara volatilitas fundamental dan volatilitas pasar aset lagi-lagi sebagian besar tetap belum dipelajari; volatilitas mendasar dimodelkan dalam isolasi dari volatilitas pasar aset. Engle dan Rangel mengusulkan model spline-GARCH untuk mengisolasi volatilitas frekuensi rendah, dan mereka menggunakan model untuk mengeksplorasi hubungan antara fundamental makroekonomi dan volatilitas frekuensi rendah. Engle, Ghysels dan Sohn (2006) adalah contoh lain yang menarik, pencampuran pendekatan spline GARCH dengan pengambilan sampel data yang dicampur pendekatan (MIDAS) dari Ghysels, Santa-Clara, dan Valkanov (2005). Literatur makro volatilitas Engle et al. yang disebutkan di atas, bagaimanapun, berfokus terutama pada dinamika antar pasar dimana tentunya ada keterkaitan antara pasar tenaga kerja dan pasar lainnya seperti pasar aset.

Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai penulis telah menganjurkan penggunaan model komponen untuk volatilitas. Engle dan Lee (1999) memperkenalkan model GARCH dengan komponen jangka panjang dan pendek. Beberapa orang lain telah mengusulkan model volatilitas dua faktor yang terkait, lihat misalnya antara lain Ding dan Granger (1996), Gallant, Hsu, dan Tauchen (1999), Alizadeh, Brandt, dan Diebold (2002), Chernov, Gallant, Ghysels, dan Tauchen (2003) dan Adrian dan Rosenberg (2004).  Sedangkan prinsip beberapa komponen diterima secara luas, tidak ada konsensus yang jelas bagaimana menentukan dinamika masing-masing komponen.

Keteraturan empiris bahwa risiko-premi adalah siklus kontra - dicatat sebelumnya - telah menyebabkan sejumlah model struktural. Contohnya termasuk model keengganan risiko waktu bervariasi dari Campbell dan Cochrane (1999) dengan pembentukan kebiasaan eksternal, pendekatan teori prospek Barberis, Huang, dan Santos (2001) menghasilkan variasi siklis kontra serupa di riskpremia menunjang Kurva Phillips dimana adanta trade off antara inflasi dan pengangguran. General equilibrium memang tak bisa dibantah bahwa keterkaitan antara pasar tenaga kerja dengan pasar lainnya bukan saja ada tetapi juga kuat hubungannya. Pasar tenaga kerja bukan hanya bicara pasar input tetapi juga merupakan variable makroekonomi yang membutuhkan perhatian dari manajemen risiko.

BERITA TERKAIT

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…