Industri Alkes Lokal Berpotensi Tumbuh

Pangsa pasar industri alat kesehatan (Alkes) yang diproduksi dalam negeri masih berpeluang untuk melanjutkan pertumbuhan pada 2017.  Dalam beberapa tahun sebelumnya, industri alat kesehatan di Indonesia mampu bertumbuh hingga 10% per tahun. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh Asosiasi Pengusaha Alat Kesehatan Indonesia (ASPAKI), nilai pasar alat kesehatan di Indonesia diperkirakan mencapai Rp60 triliun hingga akhir 2016.

Dari nilai pasar tersebut, pasar produk dalam negeri hanya mencapai sekitar Rp14 triliun. "Itu artinya, produk alat kesehatan yang diproduksi dalam negeri harusnya bisa menggarap pasar yang lebih tinggi, jangan terlalu bergantung pada produk luar. Produk lokal kita juga tidak kalah koq dengan produk luar,"kata Sekretaris Jenderal ASPAKI, Cristina Sandjaja  di Jakarta, Kamis (23/2).

Saat ini, alat kesehatan yang digunakan di Indonesia masih bergantung pada produk luar negeri. Nilai impor produk alat kesehatan masih mencapai 90% dari total penggunaan alat kesehatan di Indonesia. "Tingginya tingkat impor alat kesehatan ini memang menjadi salah satu problematika di dunia kesehatan di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan upaya bersama antara pemerintah dan pelaku usaha guna mendorong inovasi alat kesehatan di dalam negeri," ungkap Cristina.

Cristina menambahkan, hambatan perkembangan alat kesehatan dalam negeri salah satunya dilatarbelakangi oleh minimnya tenaga ahli yang bisa mendorong inovasi yang dihasilkan. Selain itu, bahan baku yang tersedia juga belum memadai. Meski demikian, lanjut dia, asosiasi tetap optimistis industri alat kesehatan lokal masih bisa menunjukkan pertumbuhan. "Tugas rumahnya memang masih banyak namun kita tetap harus optimistis dan terus menerus menciptakan inovasi-inovasi baru. Pemerintah juga sudah meningkatkan anggaran kesehatan dan kita sedang menuju implementasi Jaminan Kesehatan Nasioonal yang artinya penggunaan alat kesehatan pasti akan meningkat. Hal inilah yang harus dimanfaatkan oleh pengusaha lokal dengan sebaik-baiknya," tegas Cristina. 

Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum IndoHCF Supriyantoro menyebutkan, saat ini jenis alat kesehatan produksi dalam negeri baru mampu memenuhi standar peralatan minimal yang harus ada di rumah sakit kelas A sebesar 48,2%, di kelas B sebesar 51,3%, di kelas C sebesar 57,9%, dan di kelas D sebesar 66,1%. "Hal inilah yang mendorong kami untuk melakukan acara yang bisa mendorong ide-ide dan inovasi baru di bidang kesehatan. Tujuan jangka panjangnya tentu untuk meningkatkan standar pelayanan kesehatan di Indonesia," jelas Supriyantoro. (bani)

BERITA TERKAIT

Laba Bersih BFI Finance Menyusut 28,9%

Di kuartal pertama 2024, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mencatatkan laba bersih Rp361,46 miliar atau turun 28,9% dibanding priode…

MPX Logistics Bagi Dividen Final Rp3 Miliar

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT MPX Logistics International Tbk. (MPXL) memutuskan pembagian dividen final Rp3 miliar dan perombakan…

Hartadinata Targetkan Pendapatan Naik 48%

Tahun ini, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 48% Rp18,9 triliun dan laba bersih tumbuh 39,34% menjadi…

BERITA LAINNYA DI

Laba Bersih BFI Finance Menyusut 28,9%

Di kuartal pertama 2024, PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) mencatatkan laba bersih Rp361,46 miliar atau turun 28,9% dibanding priode…

MPX Logistics Bagi Dividen Final Rp3 Miliar

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT MPX Logistics International Tbk. (MPXL) memutuskan pembagian dividen final Rp3 miliar dan perombakan…

Hartadinata Targetkan Pendapatan Naik 48%

Tahun ini, PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 48% Rp18,9 triliun dan laba bersih tumbuh 39,34% menjadi…