BI Tidak Punya Ruang Longgarkan Suku Bunga

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) dianggap tidak memiliki kesempatan untuk melonggarkan bunga acuan pada 2017, sehingga stimulus terhadap perekonomian hanya bisa ditempuh melalui pelonggaran kebijakan makroprudensial, kata Ekonom Senior PT. Bank Mandiri Persero Tbk Andry Asmoro di Jakarta, Kamis (2/2). Ia mengatakan tekanan inflasi domestik dan ketidakpastian ekonomi global akan menutup ruang penurunan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" yang saat ini sebesar 4,75 persen.

"Bahkan bukan menurunkan bunga acuan, tapi BI bisa menaikkan bunga acuan jika inflasi berpotensi melebihi lima persen," kata dia di Kantor Bank Mandiri. Andry melihat lebih tepat jika Bank Sentral mulai mempertimbangkan pelonggaran kebijakan makroprudensial, seperti relaksasi pengaturan pengajuan kredit perbankan.

Kebijakan makroprudensial terakhir kali ditempuh BI pada 2016 dengan menaikkan rasio "Loan To Value" menjadi 85 persen yang membuat uang muka kredit pemilikan rumah menurun di kisaran 15 persen. Mengenai kebijakan BI untuk mengubah skema penentuan bunga instrumen operasi pasar terbuka (OPT) selain yang bertenor tujuh hari menjadi "variable rate tender", Andry melihat penyesuaian itu memang dapat lebih cepat mempengaruhi suku bunga dana perbankan.

Namun, transmisi kebijakan moneter ke suku bunga dana perbankan juga akan lebih dipengaruhi oleh kondisi likuiditas global, sehingga gejolak pasar keuangan global akan sangat menentukan efektivitas kebijakan BI. "Perubahan skema penentuan suku bunga instrumen OPT akan lebih mempengaruhi tingkat bunganya teutama untuk tenor jangka pendek seperi tenor satu bulan dan tiga bulan," ujar dia.

Sejauh ini, kata Andry, tim ekonom Bank Mandiri melihat inflasi 2017 masih akan bergerak di kisaran 4,2 persen (year on year) seperti proyeksi yang diumumkan pada awal tahun. Laju inflasi bisa meningkat signifikan jika BI dan pemerintah gagal meredam tekanan pada kelompok harga barang yang bergejolak (volatile food) dan inflasi inti.

Pengendalian yang efektif perlu dilakukan pada inflasi "volatile food" mengingat tekanan kencang dari inflasi kelompok tarif barang yang diatur pemerintah (administered prices). "Bagaimana cara menjaga distribusi pangan, suplai makanan. Jangan sampai gara-gara komoditas nanti memperburuk semua," ujar dia.

Hingga Januari 2017, inflasi tahun kalender sebesar 0,97 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (year on year/yoy) 3,49 persen. BI menargetkan inflasi tahun ke tahun di rentang 3-5 persen pada 2017, setelah pada 2016 inflasi tahun ke tahun sebesar 3,02 persen (yoy).

 

BERITA TERKAIT

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…