BI Sumsel Miliki Program Pembibitan Bawang

BI Sumsel Miliki Program Pembibitan Bawang

NERACA

Palembang - Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) memiliki program pembibitan bawang merah di Kabupaten Banyuasin yang dapat dijadikan proyek percontohan bagi kalangan pelaku usaha untuk merambah bisnis pertanian.

Kepala Kantor Perwakilan BI Sumsel Hamid Ponco Wibowo mengatakan program yang dikenal dengan sebutan "on farm" itu diharapkan menjadi program pengendalian inflasi untuk sejumlah komoditas bahan pangan, seperti bawang merah dan cabai."Kegiatannya mulai dari pembibitan, jadi bagi pengusaha di Sumsel yang berminat dapat langsung datang ke Banyuasin untuk melihatnya," kata dia di Palembang, Rabu (18/1).

Ia mengatakan potensi bisnis bawang merah di Sumsel sangat terbuka, apalagi selama ini daerah itu selalu mendatangkan dari Pulau Jawa."Kebutuhan bawang merah meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, artinya ini dapat menjadi peluang usaha. Jika Sumsel sudah dapat menghasilkan sendiri maka daerah ini akan mandiri dan tidak tergantung dengan daerah lain sehingga harga pun dapat ditekan," ujar dia.

Sejauh ini, demonstration plot di SMK Sembawa, Banyuasin mendapatkan hasil yang cukup menggembirakan yakni enam ton per hektare karena daerah itu cocok untuk menanam komoditas bawang merah.

Terkait upaya mengurangi tekanan inflasi, Dinas Perdagangan Provinsi Sumatera Selatan bekerja sama dengan BI dalam pengembangan apotek keluarga karena dipandang dapat dijadikan solusi jika terjadi kenaikan harga cabai.

Kepala Dinas Perdagangan Sumsel Permana di Palembang, Senin (15/1), mengatakan kegiatan apotek keluarga yang sempat popular pada era tahun 90-an akan digalakkan kembali di masyarakat."Jika saja setiap keluarga memiliki apotek hidup dengan memanfaatkan sedikit lahan di pekarangan maka persoalan kenaikan harga cabai tidak akan menjadi masalah," kata Permana.

Sementara itu, harga cabai merah keriting di sejumlah pasar tradisional Kota Palembang seperti Pasar Lemabang, Pasar Perumnas, dan Pasar 26 Ilir masih bertahan di harga tinggi yakni Rp60.000 per kg. Kenaikan harga dari biasanya hanya Rp25.000-Rp30.000 per kg itu sudah terjadi sejak sepekan terakhir.

Menurut Permana, kenaikan harga ini disebabkan banyak faktor, di antaranya kurangnya pasokan dari sentra produksi di Jawa lantaran gagal panen."Karena harga di Jawa sendiri sudah tinggi yakni Rp100.000 per kg, jadi pemasok enggan mengirim ke Sumsel," ujar dia. Ant

 

BERITA TERKAIT

PHE ONWJ Raih 3 Penghargaan Dalam Ajang Global CSR and ESG Awards 2024

NERACA Jakarta - Atas komitmen menginisiasi program pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan lingkungan hidup yang sustain, PHE ONWJ sabet tiga penghargaan…

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

NERACA Jakarta – PNM hadir pada forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group (APEC SMEWG), ajang yang menjadi…

Raih Award Pembangunan Ekonomi Daerah 2024: - Kota Depok Terbaik Indonesia Turunkan Kemiskinan

NERACA Depok - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memasuki usia hari jadinya ke-25 pada 27 April 2024, kembali meraih prestasi spektakuler…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Daerah

PHE ONWJ Raih 3 Penghargaan Dalam Ajang Global CSR and ESG Awards 2024

NERACA Jakarta - Atas komitmen menginisiasi program pemberdayaan masyarakat dan pengelolaan lingkungan hidup yang sustain, PHE ONWJ sabet tiga penghargaan…

Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG

NERACA Jakarta – PNM hadir pada forum Asia-Pacific Economic Cooperation Small Medium Enterprises Working Group (APEC SMEWG), ajang yang menjadi…

Raih Award Pembangunan Ekonomi Daerah 2024: - Kota Depok Terbaik Indonesia Turunkan Kemiskinan

NERACA Depok - Pemerintah Kota (Pemkot) Depok memasuki usia hari jadinya ke-25 pada 27 April 2024, kembali meraih prestasi spektakuler…