Manfaatkan Peluang Banjir Thailand

Sebagai akibat terjangan banjir yang dahsyat di Thailand belakangan ini, yang menggenangi 26 dari 77 provinsi serta menghancurkan sekitar 1,6 juta ha kawasan pertanian dengan korban jiwa tewas hampir 400 orang, dampaknya kini meluas hingga ke Vietnam, Kamboja, dan Laos, dan juga memengaruhi pasokan pangan termasuk semikonduktor ke Indonesia.

Dipastikan harga global hard disk drive komputer praktis melonjak dan menyurutkan produksi manufaktur global, otomotif, elektronik dunia karena sekitar 198 perusahaan tutup. Thailand juga tidak bisa memenuhi komitmen ekspor beras dari rencana awal 400 ribu ton ke Indonesia.

Kita tentu maklum Thailand sebagai negara eksportir tampaknya lebih memprioritaskan kepentingan dan menyelamatkan kebutuhan domestik ketimbang pasar ekspor. Nah, Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan impor pangan untuk mengisi kekurangan stok pangan domestik.

Sebagai konsekuensi dan implikasinya, patut dipertimbangkan langkah untuk mengisi pasar ekspor Thailand dan sekaligus untuk mengantisipasi rawan pangan. Pemerintah perlu segera mengatasi berbagai hambatan produksi, penyebab, dan trauma gagal panen yang masih terus mendera dan menghantui petani Indonesia.

Seperti terlambatnya distribusi dan kelangkaan penyaluran pupuk, buruk dan minimnya infrastruktur jalan usaha tani, terbengkalainya saluran irigasi, keterbatasan pasokan air irigasi, ketidaktersediaan saluran pembuangan air, terabaikannya alih fungsi lahan sawah, gunung meletus, bencana banjir, kemarau panjang, hingga serangan wereng batang coklat, dan hama penyakit, sudah saatnya harus dibenahi secara serius dan komprehensif.

Tidak ada pilihan lain, pemerintah harus mempercepat proses pembangunan infrastruktur dan penegakan peraturan hukum yang jelas untuk menunjang kegiatan produksi dan menarik investor dari Thailand ke Indonesia. Hal ini untuk mengisi pasar ekspor Thailand seperti elektronik, suku cadang mobil, perhiasan, permata, BBM, produk kimia, besi dan baja. Di samping fokus pula mengisi produk hortikultura pada budidaya tanaman buah, bunga (florikultura), sayuran, dan obat-obatan.

Indonesia sebagai negara agraris dengan lahan menganggur mencapai 7,3 juta ha, sejatinya negeri ini berpotensi menuju swasembada pangan. Produktivitas pertanian dapat ditingkatkan melalui intensifikasi (peningkatan produksi per satuan lahan) dan ekstensifikasi (peningkatan produksi dengan perluasan dan optimasi lahan pertanian).

Pemerintah saatnya harus fokus membenahi sistem tata niaga dan memperbaiki mekanisme kebijakan subsidi petani dalam berbagai instrumen seperti subsidi pupuk, obat-obatan, bantuan langsung, dan insentif agar mampu menaikkan produksi pertanian lokal.

Selain itu, Indonesia perlu memperkuat dan mengembangkan penerapan pertanian yang didukung program inovasi pembenihan, pembibitan, iptek, pembasmi serangan hama dan penyakit (HPT). Penyerapan hasil pascapanen terutama kuantitas dan penerapan harga dasar dan eceran terendah perlu dilakukan agar petani menikmati harga beras tinggi dan bisa terus berproduksi mengingat kelangsungan produksi beras nasional sebagai komoditas pangan strategis tahun 2012.

Last but not least, pemerintah perlu menjalankan dan mendorong program diversifikasi pangan dengan mengubah pola makan masyarakat Indonesia atas ketergantungannya pada beras dan menggantikan dengan jenis pangan lain sebagai alternatif lainnya, seperti ubi, singkong, sagu, talas, kentang, jagung, dan bahan pangan berbasis lokal lainnya.

Upaya merebut dan meraih peluang dalam mengisi pasar ekspor Thailand, setidaknya membutuhkan komitmen pemerintah untuk lebih serius mengimplementasikan revitalisasi pertanian mengingat sektor ini paling banyak menyerap tenaga kerja dalam jumlah masif dengan ketergantungan angkatan kerja mencapai 49%. Semoga!

 

 

BERITA TERKAIT

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…