Dukung Pernyataan Jusuf Kalla - Dirut BEI Akui BI Rate Kurang Menarik

NERACA

Jakarta –Desakan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) secara tegas meminta Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan tingkat suku bunga acuan atau BI rate, disambut positif dan di dukung penuh Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio. Pasalnya, secara pribadi dirinya sependapat dengan Jusuf Kalla soal perlunya dipangkas BI rate.

Kata Tito, saat ini BI rate sudah terlalu tinggi sehingga kurang menarik bagi dunia usaha. Dimana tingginya BI Rate ini akan menekan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Oleh karena itu, menurutnya, BI rate bisa disesuaikan seperti di tahun-tahun sebelumnya, di mana jarak antara inflasi dan BI rate tidak lebih dari 2%.”Semoga jaraknya tidak terlalu jauh antara inflasi rate dengan BI rate. Tahun 2012 bedanya cuma sekitar 2%, kalau 2% menarik juga sih karena BI rate-nya cuma 6,65%,"ujarnya di Jakarta, Kamis (26/11).

Dirinya juga menyampaikan, apresiasi dan terima kasih dengan  Wapres Jusuf Kalla yang menyerukan BI menurunkan BI rate.”Buat saya simpel saja, kita kan tidak sendirian di dunia. Kalau di dunia itu, jarak antara BI rate dengan inflasi jaraknya negatif, maksimum 2%. Kenapa kita sendirian gede sampai dengan 3%," tuturnya.

Tito menjelaskan, meskipun BI rate dipangkas dan ini tentunya tidak akan menurunkan minat investor untuk menyimpan dananya di dalam negeri. Dibanding negara lain, suku bunga acuan di Indonesia masih jauh lebih tinggi. Meskipun bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunganya, BI rate masih akan tetap menarik.

Kendati demikian, Tito menyebutkan, soal arah BI rate semua dikembalikan kepada BI sebagai otoritas moneter. Kebijakan BI tidak bisa diintervensi."Bagaimana perbedaan antara BI rate dengan inflasi, buat saya itu yang penting. Tapi ini adalah independency Bank Indonesia, tetapi kita hanya bisa menghimbau, kita nggak boleh ikut campur," pungkasnya.

Sebelumnya, Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D Hadad pernah bilang, pihaknya mendukung keinginan pemerintah terkait penurunan suku bunga kredit untuk sektor usaha mikro, kecil, dan menengah yang saat ini lebih tinggi dibandingkan suku bunga korporasi. "Kita senang dan dukung bunga UMKM turun tapi aksesnya juga harus mudah. Makanya kita perlu perluasan aksesnya juga. Jadi ada dua pekerjaan rumah kita. Pertama, akses dan kedua, bunga turun," ujar Muliaman.

Namun menurut ekonom Universitas Indonesia, Firmanzah, sikap ketidakharmonisan antara Gubernur BI dengan Wapres Jusuf Kalla soal BI rate bakal menimbulkan kegaduhan dan membuat kondisi perekonomian Indonesia semakin tidak pasti. Apalagi hingga tahun depan perekonomian di Tanah Air masih dibayang-bayangi ketidakpastian global.

Karena itu, kata Firmanzah, baik pemerintah maupun otoritas moneter tidak melakukan aksi yang membuat pasar semakin tidak konfiden dengan ekonomi nasional. Menurut Firmanzah, di tengah situasi ekonomi dunia yang masih belum pasti, pasar justru membutuhkan pernyataan dari para pejabat pemerintahan yang mampu mengurangi derajat ketidakpastian tersebut. Bukan justru melontarkan pernyataan yang menambah ketidakpastian. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…