Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, selama ini dikenal sebagai kawasan industri berbasis tambang. Tercatat, perusahaan Rio Tinto, Vale Indonesia dan Transon Group, sudah lama beroperasi di wilayah seluas 45.453 kilometer persegi itu. Namun, ada sumber daya lain yang tersembunyi dan berpotensi besar mengenalkan Morowali ke kancah global, yaitu Kepulauan Sombori.

Kala ditemui, Wakil Bupati Morowali, Sumisi Marundtuh mengatakan, pihaknya sedikit demi sedikit ingin merubah paradigma daerahnya dari kota tambang menjadi kota wisata bahari.

“Kami ingin mengombinasikan antara kawasan industri yang mementingkan kearifan lokal. Nah, kearifan lokal inilah yang ditunjang oleh Suku Bajo yang merupakan masyarakat Kepulauan Sombori,” ujarnya saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Selasa.

Lebih lanjut ia menjelaskan, Suku Bajo memang dikenal sebagai suku pengembara samudra atau nomadic sea dan sebagian hidupnya berkaitan dengan laut. Suku yang disebut sebagai ‘Gypsi Laut’ ini selalu menghargai tradisi turun temurun dan banyak mendiami Kabupaten Morowali, khususnya Kepualauan Sombori.

Kepulauan ini merupakan kepulauan konservasi seluas 157 ribu hektar yang kaya dengan berbagai biota laut. Bahkan, kepulauan ini diklaim keindahannya menyaingi Raja Ampat. Keunikan budaya khas Suku Bajo ini telah menjadi daya tarik tersendiri dan belum banyak diketahui masyarakat luas.

Untuk itu, Pemerintah Kabupaten Morowali bersama Kementerian Pariwisata dan Kementerian Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan Festival Bajo Pasakayyang 2015 yang akan berlangsung pada Sabtu (21/11) mendatang, dan dilanjut dengan upaya pemecahan rekor, festival kuliner, fashion show, drama theater, dan pertunjukan musik.

"Festival Bajo Pasakayyang 2015 ini adalah event yang sangat strategis. Sebab, dapat menjadikan Kabupaten Morowali menjadi destinasi wisata berbasis alam dan budaya," tegas Sumisi. Ia juga mengungkapkan jika pihaknya sudah menggelontorkan anggaran hampir Rp1 miliar guna menyukseskan acara ini.

Anggaran tersebut diperuntukkan menyiapkan infrastruktur seperti akses dermaga di tiga kecamatan tempat berlangsungnya acara, yaitu Kecamatan Bungku Pesisir, Bungku Selatan dan Menui Kepulauan serta membangun kawasan kuliner.

“Kami hanya mendukung saja. Gaungnya dari Kementerian Pariwisata. Tahun ini APBD kami sekitar Rp1 triliun. Harapannya dengan mempromosikan Kepulauan Sombori sebagai wisata bahari bisa meningkatkan APBD di tahun mendatang,” katanya, berharap.

Festival Bajo Pasakayyang ini juga bagian dari arahan Pemerintah Pusat yang mendorong masyarakat yang tinggal di daerah pesisir di pulau terpencil untuk membangun daerahnya.

"Saya sangat berharap kepada kementerian terkait agar Festival Bajo Pasakayyang‎ bisa menjadi agenda rutin dan sejajar dengan festival lain yang ada di Indonesia. Kekayaan alamnya tidak kalah dengan Raja Ampat maupun Wakatobi. Ibarat surga tersembunyi yang belum tergarap maksimal," pungkas Sumisi. [ahm]