Akankah Utang China US$ 26 Triliun Menjadi Awal Keruntuhan Ekonomi Dunia?

Oleh: Theo Fransisco, Pengamat Pasar Uang

Ketakutan akan perjalanan ekonomi China hari ini, terus bertambah bersamaan dengan terbukanya mata para ahli ekonomi bahwa pertumbuhan “balon udara” ekonomi China, serta menggelembungnya hutang-hutang negara Tirai Bambu tersebut, pada akhirnya menjadi senjata makan tuan.

China kini tak ubahnya seperti seorang raksasa, dengan kaki-kaki gemetar, yang entah sampai kapan bisa terus berdiri.

Pertanyaannya adalah, apa sebetulnya yang ditakuti dari China?

Jawabannya adalah hutang luar negeri negara tersebut. Dari statistik, hutang China terus bertambah dari awalnya 14 triliun dolar di tahun 2008, kini membengkak menjadi 25 tirliun dolar hari ini. Angka ini berarti dua kali lipat dari total dana dalam industry perbankan Amerika.

Dahulu ada sebuah istilah, When America sneeze, the whole world get a flu”. Kelihatannya istilah tersebut tidak lagi mutlak menjadi milik negara Paman Sam. Istilah tersebut kini pantas disematkan kepada China.

Ketika China bersin, seluruh dunia kena flu. Bila China bergejolak, seluruh dunia ikut terguncang.

Isu pertama yang penting dalam hal ini adalah stabilitas politik negara tersebut. Dalam dua dekade terakhir, China mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang begitu pesat. Urbanisasi dan modernisasi sungguh mengagumkan. Puluhan pencakar langit dibangun. Paling tidak sekitar 300 juta penduduk masuk dalam pusaran urbanisasi. Terbesar sejak tahun 1990.

Saking “gilanya” pertumbuhan China, hanya dalam waktu 19 hari saja, sebuah gedung pencakar langit berlantai 57, bisa selesai dibangun! Ini merupakan rekor dunia dari sudut pandang engineering.

Apa yang dilakukan pemerintah China dalam menanamkan investasi untuk membangun negeri tersebut, bahkan hanya bisa menjadi mimpi Amerika sejak perang dunia kedua berakhir dan belum pernah bisa dilakukan hingga setik ini. Pada intinya, apapun yang dilakukan China, hanya memiliki satu tujuan yaitu mengukuhkan dirinya sebagai super power dunia dari sektor ekonomi.

Namun demikian, tidak ada gading yang tidak retak. Demikian juga dengan apa yang terjadi di China. Hasil dari pembangunan dan pertumbuhan pesat tersebut, ternyata tidak bersambut sesuai dengan harapan.

Semua hanya seperti gelembung yang besar, tapi kosong.

Yang ditakutkan adalah, ketika gelembung-gelembung in mulai meletus, maka mimpi buruk bisa saja mulai menjadi nyata. Perlahan, stabilitas negeri tersebut juga akan mulai terkikis. Sipil akan meradang, dan kekuatan militer kembali akan memegang kuasa.

Jangan lupa bahwa tiga dekade silam, pemerintahan militer bertanggung jawab atas tumpahan darah masyarakat China yang haus akan perubahan. Tak tanggung-tanggung tank militer China akan melibas siapa saja yang berdiri menghadang kepentingan junta militer yang tak kenal kompromi.

Zhou Xiaochuan, Gubernur Bank Sentral China pernah mengeluarkan pernyataan di depan para banker dan menteri keuangan dari negara-negara anggota G 20 bahwa proses “koreksi” di pasar bursa China hampir selesai. Menurutnya, pertumbuhan yang stabil dalam sektor keuangan, akan segera terwujud.

Persoalannya adalah, di dalam negara seperti China, dimana seluruh informasi baik masuk dan keluar disensor dan bahkan dimanipulasi secara ketat oleh pemerintah, menciptakan sebuah kebohongan publik merupakan hal yang sangat mudah untuk dilakukan.

Fakta berkata bahwa, sejak Zhou mengeluarkan pernyataan tersebut atau sejak Juni 2014, index saham-saham China anjlok sebesar 40%.

Siapa yang bisa mengontrol pasar? Tidak ada.

Ketika gelembung terlalu besar, otomatis tinggal menunggu waktu sampai meletus. Bisa saja gonjang ganjing ekonomi ini mengakibatkan chaos secara politik, yang akan membawa China terjun lagi ke jurang pergulatan kekuasaan.

Hal seperti itu sudah pernah terjadi di Uni Sovyet, sekitar 30 puluh tahun silam. Apa yang terjadi di negeri Beruang Merah itu, pada akhirnya mengubah peta perpolitikan dunia, hanya dalam hitungan beberapa tahun saja.

Seandainya jika pemerintahan komunis China bisa bertahan selama masa turmoil ekonomi sekarang ini, kondisi hutang China yang membengkak –hampir mendekati 3 kali GDP-, sangat rentan untuk menjadi bumerang ekonomi lokal China sendiri.

China lumpuh dan kelumpuhan itu akan menjalar ke seluruh negeri…. Asia… dan akhirnya, seluruh dunia. Sangat, sangat mengerikan.

Tapi itulah kenyataanya dan kita tidak bisa berbuat banyak ketika kengerian tersebut tiba.

Yang paling bisa dilakukan saat ini, baik secara individu maupun secara berbangsa hanya: berjaga-jaga! (www.jokowinomics.com)

BERITA TERKAIT

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…