Pemerintah memang telah bersiap untuk mengikuti ASEAN Open Sky Policy.  ASEAN Open Sky Policy sendiri merupakan kebijakan untuk membuka wilayah udara antar sesama anggota negara ASEAN.  Implementasi open sky ini dilakukan secara bertahap. Pada 2015, seluruh negara di kawasan ASEAN ditargetkan wajib menerapkannya dan memiliki Bandar udara internasional yang baik.

Perjanjian open sky sendiri telah dideklarasikan dan telah disepakati oleh para pemimpin ASEAN dalam deklarasi ASEAN pada bulan Oktober tahun 2003 di Bali, Indonesia. Open sky ASEAN ini adalah pengembangan lebih lanjut kerjasama Keamanan, Ekonomi, Sosial Budaya di antara negara-negara ASEAN, terutama dalam industri penerbangan. Hal ini berarti akan terjadi persaingan bebas antar maskapai masing-masing negara dalam menggarap pasar penerbangan di kawasan ASEAN.

Berbagai perusahaan tour dan travel yang ada di Indonesia memang menyambut bahagia dengan adanya open sky, karena dengan ini nantinya mereka berharap akan ada banyak tamu yang akan datang dan perusahaan tour dan travel akan dapat bekerja sama dengan berbagai maskapai luar yang akan menguntungkan pengusahan pariwisata Indonesia terutama pengusaha tour dan travel.  “Kami menyambut baik adanya kebijakan open sky ini, kami berharap dengan adanya kebijakan ini, berbagai maskapai dari luar ini akan membawa banyak tamu yang nantinya akan menguntungkan pengusaha tour dan travel di Indonesia,” tutur Hendri yang juga manajer Bali Chresna Cahaya Tour, studytourku.com dan vacationmurah.com.

Kebijakan Open Sky ASEAN yang akan berlaku mulai tahun 2015, bagi Indonesia hal ini merupakan tantangan sekaligus peluang. Infrastruktur dan kerangka peraturannya harus diselaraskan dengan praktik internasional terbaik, dan sektor angkutan udara harus mempersiapkan diri dalam menghadapi persaingan di kawasan regional yang lebih ketat. “Dengan begini, nantinya kita dipaksa untuk bersaing dengan jasa penyedia tour dan travel dari luar, namun tidak menutup kemungkinan juga membuka pintu kerja sama kepada beberapa penyedia tour dan travel dari luar,” tambah Hendri.

Para pemain di industri penerbangan memang harus bisa memanfaatkan peluang adanya ASEAN Open Sky, dengan meningkatkan mutu SDM, manajemen, kesehatan finansial, dan peremajaan armada pesawat, agar mereka mampu berkompetisi di tingkat regional maupun internasional. Pemerintah juga harus segera membenahi berbagai infrastruktur. Bandara utama, seperti Jakarta dan Bali, harus disiapkan menuju multi-airport system, dengan fokus pengembangannya menjadi suatu kota bandara (aerotropolis).

“Pemerintah memang harus berperan aktif, jangan hanya memberikan kebijakan saja, kalau tidak aktif kita akan tertinggal oleh Negara tetangga dan berbagai penyedia jasa tour dan travel pun akan kesulitan bersaing dengan Negara-negara di Asean, pemerintah harus perbaiki segala infrastruktur yang ada”, tutup Hendri. (bias)