Sektor Pembiayaan Tumbuh 4,6%

 

 

NERACA

 

Jakarta - Sekretaris Jenderal Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Efrinal Sinaga, mengatakan pada sektor pembiayaan mengalami pertumbuhan sekitar 4,6 persen dari semester pertama. "Kondisi semester pertama tumbuh tidak sampai lima persen, sembari menunggu closing dari OJK," kata Efrinal usai menghadiri acara ramah tamah halal bihalal di Kantor OJK, Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan hal tersebut terjadi pada rata-rata total dari keseluruhan perputaran bisnis industri. Lebih lanjut ia menyimpulkan dari tahun-tahun sebelumnya pertumbuhan telah mengalami perlambatan. "Mayoritas pembiayaan cicilan atau pertumbuhan kredit ada pada kredit mobil dan motor," katanya.

Semester dua diprediksikan akan mengalami peningkatan sedikit namun tidak terlalu signifikan. "Prediksi kami sulit untuk bisa menembus dua digit angka atau 10 persen pada semester depan," tuturnya. Selain itu, ia berpendapat adanya agenda-agenda pameran seperti Indonesia Motor Show pada tahun ini diharapkan bisa menjadi stimulus untuk tumbuhnya pembiayaan. "Ya awalnya kami rangsang dengan minat dulu, baru nanti pelaksanaan itu bisa menjadi pemacu selanjutnya," kata Efrinal.

Kemudian permasalahan pembiayaan makro atau uang muka bisa disesuaikan dengan besaran bunga yang diberikan, sebab jika uang muka diturunkan nanti akan memberatkan cicilan dan bunga konsumen. Begitu juga jika bunga yang diturunkan, maka akan bermasalah pada dana pembiayaan, karena BI rate juga belum mencapai seperti yang diharapkan.

Meskipun tumbuh, namun sektor pembiayaan perbankan masih minim untuk membiayai sektor infrastruktur. Hal itu dikarekan tidak adanya penjaminan kredit jangka panjang. “Perbankan masih sangat terbatas dalam membiayai infrastruktur, kredit jangka panjang masih sedikit. Tapi kalau sudah ada penjaminan tentang kepastian pembangunan infrastruktur, pasti banyak yang berminat,” ujar Pengamat ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance Enny Sri Hartati.

Ia mengatakan, perencanaan dan kepastian pembangunan infrastruktur merupakan hal yang sangat penting untuk menarik pihak lain, selain pemerintah, untuk tertarik membiayai pembangunan sebuah infrastruktur. "Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) bukan satu-satunya pembiayaan untuk infrastruktur, bisa utang atau dari pihak swasta, BUMN dan perbankan. Namun, pemerintah harus meyakinkan bahwa perencanaan pembangunan tersebut jelas," katanya.

Selain soal pembiayaan, tambah Enny, pembangunan infrastruktur juga kerap terkendala regulasi yang tumpang tindih antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, sehingga kerap mangkrak saat pembangunan tengah berjalan. "Regulasi yang tumpang tindih sering juga ditemui saat membangun. Sehingga menjadi tidak jelas dan mangkrak. Pemerintah perlu mempertegas regulasi terkait hal ini," ujar Enny.

Enny mengatakan, pembangunan infrastruktur dengan perencanaan yang tepat akan selalu menguntungkan secara bisnis dan ekonomi, di mana pihak pembangun bisa memperoleh keuntungan dan berperan meningkatkan perekonomian nasional. "Pada dasarnya kalau infrastruktur itu selalu untung. Kalau perhitungan ekonomi, bagaimana pengaruh pembangunan tersebut terhadap perekonomian. Beberapa kendala yang saling berkaitan memang masih perlu diselesaikan," kata Enny.

Disisi lain, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai suku bunga pinjaman yang diberikan oleh industri perbankan kepada sektor industri masih terlalu tinggi. Hal ini disayangkan dan perlu dipertimbangkan kembali besaran suku bunga tersebut. "Perbankan memberikan pinjaman di Indonesia dengan suku bunga yang masih tinggi jika dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya," kata Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perbankan dan Finansial Rosan P Roeslani.

Ia menjelaskan bahwa suku bunga pinjaman di Indonesia berada pada kisaran 12 persen. Negara ASEAN lain memiliki suku bunga yang lebih rendah, seperti Thailand 6,5 persen, Filipina 5,5 persen, Singapura lima persen, Malaysia 4,5 persen, atau Korea Selatan kurang lebih 4,2 persen. "Dengan kondisi demikian, kita memang membutuhkan alternatif pembiayaan untuk industri yang sifatnya bunga lebih rendah dan berjangka waktu lebih panjang," tutur Rosan.

 

BERITA TERKAIT

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…