Hingga April 2015, LPS Jamin Dana Rp2.289 triliun

 

 

NERACA

Jakarta – Direktur Eksekutif Keuangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Budi Santoso mengatakan bahwa nilai simpanan yang telah dijamin oleh LPS sampai dengan April 2015 mencapai Rp2.289 triliun. “Sampai dengan 31 Mei 2015, LPS juga telah membayar klaim penjaminan simpanan pada bank yang dilikuidasi sebesar Rp742,58 miliar,” ujar Budi di Jakarta, Selasa malam.

Dirinya menambahkan, LPS juga telah menerima premi senilai Rp47,24 triliun sejak 2005 hingga Mei 2015. Dari total tersebut, uang premi kemudian diinvestasikan ke Surat Berharga Negara (SBN) dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Selain itu, menurut Budi, nilai investasi yang telah diperoleh oleh LPS mencapai Rp17,12 triliun. "Artinya, dari penerimaan premi dan hasil investasi sejak 2005 hingga Mei 2015, LPS mendapat dana senilai Rp61,37 triliun," pungkas dia.

Sekadar diketahui, sesuai Pasal 10 Undang-Undang (U) Lembaga Penjamin Simpanan, lembaga tersebut memiliki tugas menjamin 161 juta rekening simpanan dengan nilai total Rp4.305 triliun. Fungsi dan tugas yang dimiliki LPS menjadi penting agar tidak terjadi krisis sistemik di industri perbankan.

Disisi lain, LPS juga memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini menjadi 5 persen dari prediksi sebelumnya 5,3 persen. Sementara untuk tahun depan, LPS memperkirakan ekonomi nasional tumbuh 5,5 persen, sedikit lebih rendah dari proyeksi awal 5,6 persen. "Revisi angka proyeksi pertumbuhan ekonomi ini di antaranya disebabkan oleh realisasi pertumbuhan ekonomi kuartal I yang jauh di bawah ekspektasi," tulis LPS seperti dikutip dari Laporan Analisis Stabilitas dan Sistem Perbankan Triwulan II 2015.

Realisasi belanja pemerintah dan pertumbuhan kredit yang masih lambat pada kuartal II juga menjadi dasar LPS memangkas proyeksi pertumbuhan PDB 2015. Namun, keduanya berpotensi berbalik arah pada paruh kedua tahun ini dan mendongkrak pertumbuhan ekonimi semester II 2015. "Berlanjutnya perbaikan neraca perdagangan juga menjadi upside risk bagi pertumbuhan ekonomi ke depan," jelas LPS. "Sebaliknya, downside risk bersumber dari depresiasi nilai tukar rupiah dan inflasi yang masih akan relatif tinggi di sepanjang tahun 2015."

LPS memperkirakan rata-rata inflasi tahun ini akan berkisar 6,9 persen dan BI rate pada akhir tahun 7,5 persen. Sementar auntuk nilai tukar rupiah, LPS merevisi ulang proyeksinya menjadi Rp 13.15o per dolar AS dari sebelumnya Rp 12.900 per dolar AS. Revisi kurs dilakukan karena melihat tekanan yang menguat hingga Juni 2015.

 

BERITA TERKAIT

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial

TASPEN Optimalkan Srikandi TASPEN untuk Jadi Penggerak Finansial NERACA Jakarta - Dalam memperingati Hari Kartini 2024, PT Dana Tabungan dan…

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji

Bank Muamalat Rilis Kartu Debit Nirsentuh untuk Jemaah Haji NERACA  Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk merilis fitur terbaru…

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia

Token fanC Resmi Diperdagangkan di Indonesia NERACA Jakarta - Token fanC aset kripto baru akan resmi diperdagangkan di Indonesia. Token…