WHO: Setiap Negara Harus Waspadai Penyebaran MERS

Wabah terbaru dari sindrom pernafasan Timur Tengah di Korea Selatan atau yang dikenal dengan MERS, telah melanda negara itu. Jumlah orang yang terinfeksi virus pun terus meningkat.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan bahwa, wabah MERS di Korea Selatan tidak memenuhi kondisi untuk keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional. Tapi, itu tetap menjadi alarm bagi setiap negara untuk kemungkinan penyebaran virusnya.Pada bulan September 2012, virus MERS ditemukan pada seorang pria yang dirawat di rumah sakit di Inggris setelah kembali dari Timur Tengah. Para ahli mengatakan gejala pernapasan nya disebabkan oleh corona virus mers. Virus ini dikatakan berasal di Arab Saudi dan negara-negara Timur Tengah lainnya. Orang yang terinfeksi ditemukan di AS, di seluruh Eropa dan tempat lain.

Para ahli percaya bahwa unta punuk tunggal merupakan salah satu sumber virus mers. Ketika unta yang terinfeksi virus, mereka mengembangkan gejala seperti flu layaknya yang manusia lakukan. Selain itu, kelelawar telah ditemukan memiliki virus dengan urutan genetik yang sama. Meskipun para ilmuwan belum mengidentifikasi bagaimana virus ditularkan, banyak berspekulasi bahwa itu menyebar dari kelelawar ke unta dan kemudian kepada orang-orang.

Meski begitu, belum ada obat atau vaksin untuk virus MERS ini. Pasien hanya dapat diberikan perawatan suportif. Pada dasarnya, orang-orang yang telah terinfeksi harus menggunakan respirator buatan dan alat kesehatan lainnya ketika menderita gejala pernapasan yang parah, seperti pneumonia dan penyakit pernapasan lainnya. Jika mereka memiliki diare dan gejala lainnya, dokter kadang-kadang memberi mereka infus, pereda demam atau antibiotik.

Sejauh ini, jumlah orang yang dilaporkan terinfeksi virus telah naik ke sekitar 1.300 di seluruh dunia, dengan jumlah kematian sekitar 500 orang. Berdasarkan angka-angka ini, tingkat kematian karena MERS mencapai hingga 40 persen. Sistem pencegahan penyebaran sindrom pernapasan Timur Tengah diperkuat menyusul adanya kasus penyakit itu di Thailand. Kantor kesehatan pelabuhan dan kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan menjadi ujung tombak dalam sistem ini.

Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Mohamad Subuh mengemukakan  adanya kasus positif sindrom pernapasan Timur Tengah yang disebabkan virus korona (MERS-CoV) di Thailand membuktikan penyakit tersebut bisa masuk dari berbagai sudut.

Terkait dengan itu, observasi terhadap mereka yang datang dari negara tertular diperketat. "Selama ini kasus MERS-CoV dari Timur Tengah sehingga tiap penerbangan dari sana mendapat perhatian dari kantor kesehatan pelabuhan," kata Subuh.

Setiap penumpang penerbangan dari Timur Tengah akan dilengkapi kartu kontrol kesehatan berisi informasi asal penerbangan hingga nomor tempat duduk di pesawat. Jika dalam 14 hari setibanya di Indonesia penumpang itu demam tinggi, ia harus segera melapor ke fasilitas kesehatan terdekat.Fasilitas kesehatan akan menangani pasien tersebut sesuai dengan prosedur dan melaporkannya ke Kemenkes.

Maka dari itu, kantor kesehatan pelabuhan di bandar udara dan pelabuhan menjadi ujung tombak dalam sistem surveilans untuk mencegah dan menangkal masuknya MERS-CoV ke Tanah Air. "Selain itu, kesadaran masyarakat terhadap kesehatannya berperan penting," ujarnya.

Kesiapsiagaan

Sebelumnya, Direktur Organisasi Kesehatan Dunia Kawasan Asia Tenggara (WHO-SEARO) Poonam Khetrapal Singh, dalam pernyataan tertulisnya menyampaikan, pengendalian penyakit dalam sistem kesehatan yang kuat menjadi kunci untuk mencegah penyebaran MERS-CoV.Pekan lalu, Poonam menyurati semua menteri kesehatan di 11 negara wilayah WHO-SEARO untuk meninjau kembali dan memperkuat kesiapsiagaan dalam menghadapi penyebaran MERS-CoV.

Anggota WHO Emergency Committee on MERS-CoV, Tjandra Yoga Aditama, menambahkan, WHO secara ilmiah sejauh ini belum ada perubahan pola penularan virus penyebab MERS. Selain itu, pengurutan virus di beberapa negara juga belum menunjukkan mutasi berarti.

Dengan demikian, penyebaran MERS-CoV belum memenuhi kondisi kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan dunia (public health emergency of international concern). 

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…