Beras Plastik Kirim Sucofindo Terjepit Diantara Kepentingan dan Kekuatan

Oleh: Samuel Karwur

Benarkan beras plastik itu memang tidak ada sesuai dengan keterangan terakhir pemerintah? Ataukah isu beras plastik ini yang oleh beberapa kalangan sudah divonis sebagai tanda bahwa Indonesia belum mampu berdaulat pangan, memang benar-benar ada namun “ditutupi” keberadaannya untuk berbagai kepentingan?

Pertama kali dihembuskan oleh seorang warga Bekasi bernama Dewi Septiani, isu beras platik kemudian cepat berkembang di tengah masyarakat. Tidak ada dalam pemikiran siapapun, bahwa beras yang dimasak ternyata mengandung unsur plastik yang notabene sangat membahayakan konsumen.

Perbedaan antara beras sungguhan dan beras plastik –disebut juga beras sintetis-, kemudian muncul di berbagai pemberitaan media. Menyikapi isu yang kadung berhembus dan akan menjadi bola liar jika tidak disikapi, pemerintah bersikap tanggap. Segera operasi pasar dilakukan dengan mencari keberadaan beras plastik ini dari warung pinggir jalan, sampai ke pasar-pasar di berbagai wilayah Jabodetabek. Pemerintah daerah lantas menyusul tindakan pemerintah pusat, dengan ikut melakukan penelurusan.

Hasilnya, keluar pernyataan bahwa beras plastik ini ternyata diimpor dari China. Pemerintah bahkan dikabarkan telah merintis kerja sama dengan pihak pemerintah China, guna menyasar asal muasal beras ini di wilayah China.

Berawal dari sinilah, kemudian Sucofindo terseret masuk ke dalam pusaran isu beras plastik. Sebagai laboratorium pelat merah dengan reputasi sangat baik, Sucofindo menjadi laboratorium pertama yang dikirimi sampel beras plastik ini untuk diteliti, apakah benar bahwa beras berbahaya ini telah menembus pasar Indonesia.

Hasilnya dari Sucofindo sangat mencengangkan. Berbagai temuan unsur plastik yang digunakan antara lain sebagai bahan baku pembuatan kabel, keramik dan paralon pun ditemukan. Sontak masyarakat menjadi panik, karena memang kenyataannya sangat sulit untuk membedakan ana asli mana palsu. Tentu saja tidak ada satupun yang ingin bahan baku plastik tersaji di atas meja makan rumah-rumah di Indonesia.

Lagipula, jika pemerintah tidak tanggap, maka banyak pihak yang akan terpengaruh. Salah satu dampak negatif, langsung dirasakan pedagang beras. Mereka mengeluhkan turunnya omset sampai 30% akibat beredarnya kabar keberadaan beras plastik di pasaran.

Tapi kemudian hal aneh terjadi. Pemerintah lewat Kapolri Jenderal Badrodin Haiti membuat pengumuman yang sebetulnya melegakan, namun di sisi lain juga mengkhawatirkan. Dengan tegas, dinyatakan bahwa beras plastik adalah kabar bohong, alias tidak terbukti kebenarannya.

Lalu bagaimana dengan temuan dan sinyalemen bahwa beras ini ternyata diimpor dari China?

Menurut laporan  media ternama Korea, The Korean Times, beras yang mengandung bahan plastik kini beredar luas di pasaran dunia, yang awalnya dijual bebas di Kota Taiyuan, Provinsi Shaanxi, Cina.  Beras itu memiliki tampilan yang sama dari kasat mata, namun saat dimasak beras itu akan terasa sangat keras dan sulit untuk dicerna. Bahkan menurut Asosiasi Restoran Cina, memakan tiga mangkuk nasi palsu ini akan sama seperti memakan satu kantong plastik.

Kehadiran beras plastik di China, juga dikonfirmasi oleh media China Global Times, yang mengatakan kasus beras plastik sudah sering terjadi di daratan China.

Meski demikian pemerintah tidak bergeming. Apalagi Menteri Perdagangan juga berpegang pada keterangan yang disampaikan pihak China, dimana mereka mengaku sama sekali tidak melakukan ekpsor beras palsu. Menurut kementrian perdagangan China, jalur ekspor beras hanya melalui satu pintu, yaitu lewat sebuah instansi yang mirip dengan Bulog di Indonesia.

Namun bagi Sucofindo, persoalan tidak berhenti di situ. Masalahnya nama baik dan reputasi menjadi taruhan besar dalam hal ini. Kenapa laboratorium sekelas Sucofindo bisa salah melakukan analisa. Dimana terletak kesalahan laboratorium pemerintah tersebut.

Dalam melakukan analisa, ternyata pemerintah tidak hanya menggunakan jasa Sucofindo saja. Ada lima laboratorium lain yang juga diminta bantuannya untuk meneliti keberadaan beras plastik tersebut yaitu BPOM, Pusat Laboratorium Forensik Polri, Balitbang Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan dan Puspitek Serpong. Kelima laboratorium ini ternyata ikut diminta melakukan analisa terhadap sampel beras yang diambil –katanya dari tempat yang sama dimana pertama kali beras ini ditemukan-.

Hasi laporan ke lima laboratorium inilah yang menjadi dasar pemerintah, sekaligus menjepit dan mengunci posisi Sucofindo. Kelima laboraotium ini menyatakan hasil negatif. Berarti tidak ada beras plastik.

Sucofindo pun meradang. Sang penemu beras Dewi Septiani malah terancam dengan pasal-pasal pidana.

Lantas dimana letak perbedaannya? Inipun masih berupa pertanyaan yang tak terjawab. Apakah Sucofindo memang telah keliru dalam analisa mereka. Jika iya, maka permintaan maaf kepada publik, kemudian mengkoreksi hasil temuannya mungkin cukup untuk menetralisir keadaan. Toh semua laboraotium yang digunakan juga milik pemerintah.

Namun persoalannya adalah, Sucofindo “tidak rela” jika nama baik dan reputasi mereka hancur gara-gara plastik. Dengan kata lain, Sucofindo keukeuh bahwa temuan mereka itu valid, alias beras plastik itu nyata.

Pihak pemerintah sudah mengeluarkan pernyataan bahwa laboratorium Sucofindo diduga sudah terkontaminasi unsur plastik saat menguji beras. Tetapi para petinggi Sucofindo masih menolak untuk membuat pernyataan atas “klaim” bebas beras plastik yang dirilis pemerintah.

Sebagai perusahaan BUMN yang sahamnya dikuasai pemerintah, Sucofindo tidak berdaya untuk melawan. Memprotes apalagi membantah pengumuman pemerintah, sama saja bunuh diri. “Serba salah, mau protes salah, tidak protes juga salah." Demikain pernyataan salah seorang karyawan Sucofindo Cibitung, yang identitasnya minta dirahasiakan.

Dikutip dari laman jpnn.com, diketahui bahwa hingga saat ini petinggi Sucofindo masih kebingungan harus bersikap seperti apa menanggapi “klaim” pemerintah itu. Jika melawan pemerintah Sucofindo khawatir akan mendapat tekanan yang luar biasa dari berbagai pihak.

Di sisi lain jika menerima keputusan itu berarti menurunkan kredibilitas laboratorium Sucofindo. Sederhananya, reputasiyang dibangun selama puluhan tahun bisa hancur.

Pihak Sucofindo meyakini bahwa semua hasil uji laboratorium, bisa dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Apalagi Sucofindo selalu menjadi rujukan berbargai pihak termasuk BPOM. Selama ini Sucofindo dianggap lembaga yang independen dan kredibel.  Menurut staf Sucofindo tadi, ada kebingungan kenapa lima laboratorium milik pemerintah lain bisa merilis hasil yang bertolak belakang. “Mungkin ini politis, “ujarnya.

Menurut situs berita jpnn.com, pria yang tidak mau disebut namanya ini kemudian bercerita. Senin (25/5) lalu serombongan polisi datang ke laboratorium Sucofindo. Mereka mengabarkan kalau Kapolri Badrodin Haiti dan Menteri Perdagangan Rachmat Gobel akan segera datang, menumpang sebuah helikopter.

Awalnya mereka ingin helikopter itu turun di halaman depan laboratorium Sucofindo yang seluas lapangan bola. Namun langkah itu dilarang staf Sucofindo karena terdapat pohon-pohon yang cukup tinggi di sekitar lapangan itu.

“Helikopter itu lalu turun di lapangan dekat pintu keluar tol Cibitung, satu kilometer dari sini,” lanjutnya.
      
Kapolri dan Mendag lantas diangkut mobil menuju laboratorium Sucofindo. Rombongan ini datang pukul 11.30 WIB dan pulang sekitar 12.00 WIB. Berarti, tamu dadakan tersebut hanya menghabiskan 30 menit saja di Cibitung.

“Ngobrol dengan Pak Adizam (Kepala laboratorium) di depan terus masuk ke ruang rapat di belakang,” terangnya.
    
Dalam pembicaraan itu, Kapolri dan Mendag meminta sampel beras yang diserahkan Pemkot Bekasi ke laboratorium Sucofindo. Saat rapat berlangsung, muncul info Menteri Pertanian Amran Sulaiman juga akan hadir.

“Tapi tidak jadi karena rombongan Kapolri dan Mendag sudah keburu pulang bawa sampel beras itu,” jelasnya.

Apakah memang Kapolri dan Mendag tidak memiliki waktu lebih, guna menunggu kehadiran Menteri Pertanian, yang mungkin saja bisa lebih memahami persoalan beras? Entahlah.

Jika memang benar laboratorium Sucofindo terkontaminasi plastik ketika menguji sampel beras yang dikirim, lalu plastik jenis apa yang mengkontaminasi laboratorium tersebut? Rasanya koqaneh, jika ujug-ujug, argumentasi yang dikeluarkan adalah laboratorium terkontaminasi plastik tanpa ada penjelasan mendetil selanjutnya. Lantas bagaimana dengan produk-produk lain yang juga sedang diuji di Sucofindo? Bisa saja semuanya ikut terkontaminasi plastik.

Kedengarannya seperti menjadi sebuah guyonan. Tapi memang demikian keterangan yang dirilis pemerintah terkait “kekeliruan” yang disebabkan oleh kelalaian pihak Sucofindo. Tidak bermaksud untuk mendiskreditkan pihak Sucofindo dalam hal ini, tetapi mudah-mudahan saja bahwa memang ada kekeliruan dengan hasil penelitian beras plastik ini.

Tapi kalau seandainya tidak dan ternyata Sucofindo benar, maka pemerintah berhutang kepada masyarakat untuk membuka apa sebenarnya kebenaran di balik temuan beras plastik tersebut. Jika tidak, mengutip dugaan staf Sucofindo tersebut, jangan-jangan memang ini ada unsur politisnya. (www.jokowinomics.com)

BERITA TERKAIT

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…

BERITA LAINNYA DI Opini

Putusan MK Mengikat dan Final, Semua Pihak Harus Lapang Dada

  Oleh : Arizka Dwi, Pemerhati Sosial Politik   Mahkamah Konstitusi (MK) telah menyelesaikan sidang sengketa hasil pemilihan presiden dan…

Kebijakan dan Nasib Ekonomi di Tengah Ketegangan Perang Global

  Pengantar: Sebuah diskusi publik kalangan ekonom perempuan yang diselenggarakan Indef yang berlangsung di Jakarta, belum lama ini, menampilkan Pembicara:…

Ketahanan Ekonomi Indonesia Solid Tak Terdampak Konflik di Timur Tengah

    Oleh: Eva Kalyna Audrey, Analis Geopolitik   Kalangan pakar mengungkapkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat solid dan bahkan…