Bisnis Penjualan Voucher - Tiphone Diduga Manipulasi Keuntungan

NERACA

Jakarta- Margin keuntungan bisnis penjualan voucher pulsa telekomunikasi PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE) dinilai kurang realistis. Sebab, tidak mencerminkan harga jual voucher pulsa di pasaran, diskon yang diberikan operator telekomunikasi, dan rata-rata tingkat margin keuntungan industri perdagangan voucher pulsa.

Laporan kinerja keuangan perseroan per kuartal I-2015 di Bursa Efek Indonesia (BEI) disebutkan, pendapatan vouhcer berkontribusi senilai Rp 2,41 triliun dari total pendapatan bersih Rp 4,05 triliun. Sdangkan beban pokok penjualan bisnis voucher perseroan senilai Rp 2,27 triliun, sehingga diperoleh laba kotor Rp 136,4 miliar. Hal ini merefelksikan margin laba kotor (gross profit margin) sebesar 5,66%.

Bandingkan dengan dengan margin laba kotor penjualan voucher pulsa PT Global Teleshop Tbk (GLOB) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) masing-masing 2,6%. Padahal, Global dan Erajaya melalui anak usahanya juga tercatat sebagai distributor voucher PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) sama dengan Tiphone. Perbedaan yang sangat mencolok ini tentu menjadi tanda tanya, sebab ketiga perusahaan memasarkan produk yang sama dari Telkomsel.

Seorang sumber yang pernah bekerja di PT Telesindo Shop mengatakan, kalau hanya mengandalkan diskon voucher pulsa yang diberikan Telkomsel, semua mitra dealer dipastikan merugi. Diskon tersebut dinilai terlalu kecil dan hanya bisa menutupi biaya overhead. “Diskon tebus voucher dari Telkomsel terlalu kecil. Hal ini mendorong mitra dealer berlomba-lomba memenuhi target penjualan demi mendapatkan diskon tambahan, meski harus menjual voucher di bawah harga tebus dari Telkomsel” ungkapnya.

Diskon tambahan akan diberikan kepada mitra dealer, apabila memenuhi penilaian berdasarkan
key performance index (KPI) yang ditetapkan Telkomsel. Menurut dia, diskon tambahan dibagi dalam kategori, yaitu mitra dealer yang berhasil mencapai tingkat penjualan level Silver akan mendapatkan diskon tambahan sebesar 1% dari total penjualan voucher, kategori Gold mendapatkan diskon tambahan hingga 1,5%, dan ketegori tertinggi adalah Platinum dengan tambahan diskon 2%.

Walupun mitra dealer mendapatkan diskon tambahan, dia mengungkapkan, hampir tidak mungkin perusahaan yang bergerak di bisnis penjualan voucher pulsa bisa menorehkan margin laba kotor hingga 5,6%. “Paling besar margin laba kotor bisnis voucher pulsa saat ini di kisaran 2%. Jika dikurangi utang bank dan biaya lainnya, margin laba kotor perusahaan penjualan voucher pulsa tidak akan melebihi 0,5%. Oleh karena itu, Oleh karena itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan BEI diminta untuk menelaah lebih lanjut laporan kinerja keuangan emiten yang memiliki bisnis penjualan
voucher dengan gross profit margin di atas 2%, karena sudah tidak realistis,” ungkapnya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari mitra dealer Telkomsel, yaitu anak usaha Tiphone bernama PT Simpatindo Multimedia, terungkap bahwa harga tebus voucher pulsa dari Telkomsel bervariasi. Harga tebus voucher Rp 5.000 mencapai Rp 4.900, voucher Rp 10.000 ditebus di level Rp 9.800, voucher Rp 20.000 ditebus pada harga Rp 19.600, voucher Rp 50.000 ditebus di harga Rp 48.750, dan voucher Rp 100 ribu ditebus Rp 96.500. Bandingkan dengan harga jual voucher (end user price/UPS) ke konsumen langsung di modern channel atau bank dengan harga sesuai dengan nilai buku atau banderol.

Namun, Skretaris Tiphone Samuel Kurniawan sebelumnya membantah apabila margin keuntungan bisnis penjualan voucher perseroan tidak realistis. Menurut dia, margin keuntungan yang didapatkan dari bisnis penjualan voucher sudah sesuai, karena rata-rata harga jual voucher pulsa selalu di atas harga par di tingkat pengguna. “Yang menentukan harga jualkan pasar,”ujarnya. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Divestasi Tol Semarang-Demak - PTPP Sebut Dua Investor Strategis Berminat

NERACA Jakarta – Dalam rangka upaya penyehatan keuangan, efisiensi dan juga perkuat struktur modal, PT PP (Persero) Tbk (PTPP) tengah…

Teladan Prima Agro Bagi Dividen Rp158,77 Miliar

NERACA Jakarta- Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Teladan Prima Agro Tbk. (TLDN) menyetujui untuk membagikan dividen sebesar Rp158,77…

Merger dengan Smartfren - EXCL Sebut Baik Bagi Industrti dan Operator

NERACA Jakarta- Wacana soal merger PT XL Axiata Tbk (EXCL) dengan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) kembali menguak, membuat Presiden…