Bule Kenalkan Kulon Progo Pada Dunia

NERACA

Tertantang ingin memperkenalkan Kulon Progo kepada masyarakat internasional, anak muda asli kabupaten yang terletak di propinsi daerah istimewa Yogyakarta membentuk komunitas Bule Mengajar.

Dalam siaran persnya, Founder Komunitas Bule Mengajar, Lia Andarina Grasia menuturkan, upaya tersebut dilakukan melalui kerjasama dengan beberapa sekolah, industri kecil dan mengenalkan potensi wisata Kulon Progo dengan langsung mengunjungi obyek wisata di Kulon Progo.

"Kami ingin mengenalkan Kulon Progo kepada foreigner dengan melibatkan mereka dalam dunia pendidikan, kegiatan sosial dan kegiatan wisata," kata dia

Lia lebih lanjut mengungkapkan komunitas yang dibentuk pada 28 Oktober 2014 lalu ini akan memfasilitasi interaksi antara foreigner dan masyarakat dengan mengajak foreigner untuk datang ke Kulon Progo.

Mengenai awal mula kegiatan dibentuk dan mengapa dinamakan Bule Mengajar, Lia mengungkapkan hal ini berawal dari respon positif masyarakat ketika ia menjadi host family untuk kegiatan sebuah NGO. 

Lia juga merasa mempunyai tanggung jawab untuk mengenalkan Kulon Progo kepada para foreigner. Hal ini yang membuat ia mengajak delapan orang temannya untuk membentuk Komunitas Bule Mengajar.

“Mengapa mengambil nama Bule Mengajar? Kata “Bule” mengandung arti foreigner, yaitu warga negara asing, sedangkan kata “Mengajar” diartikansharing, yaitu proses berbagi pengetahuan antara bule dengan masyarakat lokal. Oleh karena itu, Bule Mengajar mempunyai sebuah tagline yaitu “Share your Knowledge”,” jelas Lia.

Setidaknya Bule Mengajar telah bekerja sama dengan enam sekolah yaitu SMA N 1 Wates, SMA N 1 Pengasih, SMP N 1 Wates, SMA N 2 Wates, SMK CSI Wates, dan SMP N 2 Wates. Sampai saat ini tercatat sekitar 18 partisipan dari berbagai negara yang berbeda yang telah mengikuti kegiatan Komunitas Bule Mengajar ini. 

Kegiatan yang dilakukan di sekolah adalah mengenalkan tentang negara dan budaya masing-masing. Kemudian dilanjutkan melakukan kunjungan industri kecil seperti industri gula semut, kerajinan serat alam, industri pengolahan makanan tradisional, gerabah dan sebagainya.

“Dan tentu saja tidak ketinggalan mengenalkan tempat-tempat wisata di Kulon Progo sekaligus berinteraksi langsung dengan masyarakat lokal. Kunjungan wisata tersebut dilakukan diantaranya ke kebun buah naga, menikmati sunset di Pantai Glagah, Waduk Sermo, Desa Wisata Kalibiru, Desa Wisata Nglinggo, dan lainnya,” tutur dia.

BERITA TERKAIT

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…

BERITA LAINNYA DI

Wisuda dan Dies Natalis ke 63, Rektor Moestopo : Terapkan Integritas, Profesionalisme dan Entrepreneurship Dalam Dunia Profesi

NERACA Jakarta – Universitas Moestopo Beragama menggelar wisuda dan Dies Natalis ke 63 di Jakarta Convention Centre (JCC) pada Selasa…

Mempersiapkan Perlengkapan Sebelum Masuk Sekolah

  Perlengkapan sekolah adalah hal yang sangat penting untuk disiapkan setelah libur panjang, salah satunya setelah libur Lebaran. Banyak persiapan yang perlu…

Blokir Game yang Memuat Unsur Kekerasan

  Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) kembali mengungkapkan pandangannya terkait game-game yang sering dimainkan kalangan anak-anak. Menurut lembaga tersebut, sudah seharusnya…