Perkuat Usaha Perikanan Budidaya - Sistem Klaster Permudah Petambak Akses Teknologi

NERACA

Lampung - Perkembangan perikanan budidaya telah berjalan seiring dengan proses pembangunan nasional secara umum. Melihat hasil pembangunan yang dicapai serta masih besarnya potensi yang dapat dikembangkan, memposisikan perikanan budidaya sebagai salah satu tumpuan perekonomian nasional dan masyarakat. Itu sebabnya, kebijakan membentuk klaster buat para pembudidaya ikan petambak menjadi bagian penting dalam penguatan usaha, termasuk dalam hal akses teknologi perikanan budidaya.

“Bahwa untuk membangun suatu usaha perikanan budidaya yang kuat dan mandiri, para petambak harus tergabung dalam satu kelompok serta bertambak dalam satu klaster,” kata Dirjen Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakko dalam sambutannya pada Panen Perdana Udang Vannamei milik Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Berkah Windu Kawasan Tambak Percontohan (Demfarm) di Ketapang, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Kamis (21/8).

Slamet juga mengatakan sistem klaster akan mempermudah petambak untuk mengakses teknologi baru, mendapatkan pembinaan dan bahkan mempermudah dalam mendapatkan bantuan permodalan dari perbankan. Selain berbasis pembentukan klaster atau kelompok, prinsip dari program revitalisasi adalah berbasis masyarakat. Sehingga diperlukan adanya mitra untuk menjamin operasional tambak, keberhasilan usaha dan pasar. “Mengapa kemitraan, karena pembudidaya tradisional belum mampu berbudidaya tambak dengan teknologi yang dianjurkan sehingga diperlukan modal dan teknologi serta jaminan pasar yang dimiliki oleh mitra,” jelas dia.

Menurut dia, perkembangan perikanan budidaya memang sangat menguntungkan, hal ini terlihat dari banyaknya tenaga kerja yang terserap, penerimaan negara dari pajak dan devisa serta terbukanya peluang usaha yang terkait (backward and foreward linkage) seperti penyediaan in-put produksi sampai industri pengolahan hasil perikanan. Disamping itu pula kegiatan perikanan budidaya juga terbukti sebagai salah satu kegiatan ekonomi masyarakat yang tahan terhadap dampak krisis global, terutama budidaya perikanan dengan komoditas ekspor seperti udang dan kerapu.

Slamet pun menambahkan transfer teknologi budidaya udang yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, perlahan tapi pasti mulai membuahkan hasil. Teknologi budidaya udang yang nyata berhasil diterapkan oleh para pembudidaya adalah budidaya udang dengan sistem tertutup (closed system) untuk menghindari masuknya penyakit dari luar lingkungan tambak dan menjadikan lingkungan tambak udang lebih terkontrol.

“Transfer teknologi ini adalah salah satu tujuan program revitalisasi tambak udang. Selain tujuan lainnya yaitu untuk merubah mindset petambak dari semula bertambak secara individual menjadi komunal (sistim klaster/kelompok) serta memperkuat jiwa kewirausahaan di kalangan petambak tradisional. Sistem klaster diperlukan sekali agar petambak bisa mengendalikan musim tanam, asal usul benih yang berkualitas dan sangat bermanfaat bagi pengendalian serta isolasi penyakit. Sekaligus menunjang keberhasilan dari sistem tertutup dalam budidaya udang, karena secara berkelompok petambak mengelola suatu kawasan untuk keberhasilan bersama,” jelas dia.

Kata dia, permasalahan penyakit ikan dan kerusakan lingkungan budidaya masih merupakan faktor dominan penyebab kegagalan produksi yang akan memberikan dampak sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, keberadaan Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan menjadi bagian yang teramat penting dan kunci sukses dalam mengawal keberhasilan produksi perikanan budidaya tersebut. Untuk menyediakan pelayanan kesehatan ikan dan lingkungan yang prima dan tepat sasaran di sentra-sentra produksi, telah dibangun POSIKANDU (Pos Kesehatan Ikan Terpadu). Saat ini POSIKANDU telah ada di 25 (dua puluh lima) kabupaten/kota yang merupakan kawasan industrialisasi perikanan budidaya, termasuk salah satunya POSIKANDU yang ada di Kab. Pesawaran.

“Keberadaan POSIKANDU ini dapat menyediakan informasi status kesehatan ikan di sentra budidaya melalui kegiatan pemeriksaan secara dini dan periodik sehingga penanganan terhadap kemungkinan terjadinya wabah secara cepat dapat segera ditangani. Salah satu yang sudah berhasil dan tetap akan terus dijalankan adalah mencegah dan mendeteksi penyakit udang Early Mortality Syndrome (EMS),” lanjut Slamet.

Melalui kegiatan demfarm ini, kata Slamet, diharapkan dapat meningkatkan produksi udang secara significant dan memicu bangkitnya kembali usaha budidaya tambak di Prov. Lampung pada khususnya, terlebih meningkatnya produksi udang nasional. Untuk Provinsi Lampung, lokasi kawasan tambak percontohan (demfarm) berada di 3 (tiga) Kabupaten yaitu : Pesawaran 8 ha; Lampung Timur 20 ha, dan Lampung Selatan 20 ha.

“Panen perdana udang vanamei di wilayah Lampung Selatan melalui program demfarm pada hari ini, merupakan panen udang yang ke tiga di Prov. Lampung, dimana sebelumnya telah dilakukan panen di Pokdakan Tegal Arum (Pesawaran) tanggal 18 – 21 April 2014, dengan hasil panen lebih kurang 21,37 ton udang dari 2,5 ha dengan ukuran sekitar size 60. Hasil panen tersebut dengan peran mitra yaitu KUB Bangkit Mandiri, langsung di kirim untuk memenuhi kebutuhan dari PT Indokom,” tandas dia.

“Pokdakan yang juga sudah merasakan hasil panennya adalah Pokdakan Mina Lestari dengan mitra Bapak H. Udin, di Desa Srimino Sari (Lampung Timur), yang telah melakukan panen akhir Juli – awal Agustus, dengan hasil panen lebih kurang 13,5 ton dari 1,5 ha tambak,” tambah Slamet.

Menurut informasi yang didapatkan dari tim pengawalan demfarm, baik dari pusat maupun provinsi/kab, untuk tambak pokdakan Berkah Windu ini dari 5 petak/kolam tambak yang operasional dengan luas masing-masing petak/kolam 3.000 m2 dan padat tebar 60 – 80 ekor/m2, telah dilakukan panen secara parsial untuk 4 petak/kolam dengan rata-rata hasil panen sekitar 2,1 – 2,4 ton/petak (7,5 – 8 ton/ha). Hasil panen tersebut sebagian masuk untuk memenuhi kebutuhan unit pengolahan yang ada di Lampung dan sebagian untuk konsumsi pasar di Jakarta.

Sementara itu, Direktur Prasarana dan Sarana Budidaya, Ditjen Perikanan Budidaya, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), Dwika Herdikiawan mengatakan berdasarkan letak geografis propinsi Lampung ini maka sarana dan prasarana untuk menunjang pembudidayaan perikanan sangatlah penting sehingga perlu meningkatkan dukungan yang kuat atas sarana dan prasarana ini. Untuk menunjang infrastruktur budidaya perikanan akan dikordinasikan kepada Kementerian-kementerian terkait dan diupayakan dilakukan kerjasama yang baik dalam menunjang sarana yang diperlukan oleh pembudidaya. “Sinergi kerjasama dengan kementerian lainnya akan bisa menunjang kinerja dan keberhasilan budidaya perikanan,” kata dia.

Dia pun mencontohkan kerjasama bisa dilakukan dengan Perusahaan Listrik Negar (PLN) dalam kebutuhan listrik bagi budidaya perikanan. Kerjasama ini dilakukan dengan disepakati A memorandum of understanding (MOU) antara kementerian Kelautan dan Perikanan dengan kementerian lainnya. “Diharapkan dengan kerjsama ini akan bisa membuat para pembudidaya perikanan dapat berhasil dan mendapatkan produksi perikanan yang melimpah,” ungkap Dwika.

Dwika menambahkan sinergi dan integrasi kegiatan antara Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan kementerian lainnya dalam rangka menyediakan prasarana dan sarana budidaya di kawasan budidaya ikan yang efektif dan efisien akan terus ditingkatkan. Semakin berkembangnya usaha perikanan budidaya dewasa ini, khususnya udang perlu didukung dengan perbaikan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, khususnya di sekitar tambak. “Kalau lingkungan usaha perikanan budidaya sudah didukung prasarana yang memadai dan terjaga maka akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya,” lanjut dia.

BERITA TERKAIT

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

BERITA LAINNYA DI Industri

PIS Siap Jadi Agregator Transportasi dan Logistik CCS

NERACA Jerman – PT Pertamina International Shipping (PIS) memaparkan sejumlah strategi dan kesiapan perusahaan untuk dekarbonisasi di Indonesia, salah satunya…

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…