Epilepsi? Waspadai Perubahan Perilaku Anak

 

 

NERACA

Penelitian Bradley menemukan bahwa pada anak dengan epilepsi dijumpai adanya fluktuasi mood, perilaku hiperaktif, iritabilitas emosi, penurunan rentang perhatian dan kesulitan dalam mempelajari matematika. Ini memerlukan psikoterapi individual.


Beberapa faktor risiko dalam kasus anak dengan epilepsi dengan kesehatan mental, yaitu defisit neurologis, defisit neuropsikologis, kejang yang bersifat intractable, obat anti-epilepsi yang digunakan, masalah dalam keluarga serta stigma. Deteksi yang dapat dilakukan adalah melalui Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ), Child Behavior Checklist (CBCL) serta Pediatric Symptoms Checklist (PSC).


“Jika terdapat masalah kesehatan mental atau gangguan mental pada anak penyandang epilepsi. Sebaiknya dilakukan berbagai intevensi, seperti intervensi psikososial yaitu konseling, psikoedukasi maupun psikoterapi individual, kelompok dan keluarga,” tutur Dr.Tjhin Wiguna, SpKJ (K).

Menurutnya tidak jarang kondisi tersebut juga memerlukan intervensi obat. Intervensi obat diberikan sesuai dengan kondisi gangguan mental yang dihadapi oleh anak. Jika dijumpai adanya gangguan depresi dapat diberikan obat antidepresan golongan SSRI.

“Di lain pihak, jika ditemukan adanya gangguan mental
lain yang berakibat timbulnya berbagai perilaku maladaptif yang mengganggu serta tidak dapat diatasi dengan intervensi psikososial maka dapat dipertimbangkan obat psikofarmaka lainnya,” tuturnya.


Ia mengatakan mengingat bahwa anak dengan epilepsi seringkali berkormobiditas dengan masalah kesehatan mental maupun gangguan mental, orangtua maupun anggota keluarga sebagai unsur terdekat dengan anak perlu lebih sensitif terhadap setiap perubahan emosi maupun perilaku anak sehingga setiap perubahan dalam kedua aspek tersebut cepat terdeteksi dan dilakukan penanganan sedini mungkin sehingga kualitas hidup anak dapat dipertahankan seoptimal mungkin.

“Selain itu, masyarakat juga perlu menyadari bahwa stigma terhadap epilepsi yang ada selama ini merupakan suatu faktor penghambat terhadap perkembangan mental yang optimal bagi seorang anak dengan epilepsi oleh karena itu sudah saatnya kita lebih berempati dengan anak-anak penyandang epilepsi dan mendukung mereka untuk mencapai masa depan yang lebih baik,” himbaunya Dr.Tjhin Wiguna.

 

BERITA TERKAIT

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Hadirkan Inspirasi Cinta Budaya Lokal - Lagi, Marina Beauty Journey Digelar Cari Bintangnya

Mengulang kesuksesan di tahun sebelumnya, Marina Beauty Journey kembali hadir mendorong perempuan muda Indonesia untuk memaknai hidup dalam kebersamaan dan…

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…