Biaya Produksi Akan Membengkak - Kenaikan TDL Industri Akan Kerek Harga Produk

NERACA

 

Jakarta - Pengusaha menilai rencana kenakan tarif dasar listrik (TDL) pada Mei 2014 akan mengkerek kenaikan harga produksi. Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perdagangan, Natsir Mansyur mengatakan seharusnya kenaikan tersebut tidak terjadi lagi karena dampaknya besar bagi kenaikan harga."Itu akan menaikan harga produksi kalau TDL naik lagi," ujar Natsir di Jakarta, Senin (27/1).

Perusahaan yang menggunakan listrik tersebut adalah garmen, makanan dan minuman, tekstil dan sepatu. Perusahaan industri tersebutlah yang berpotensi menaikan harga produksi. Selain itu, ada potensi kedua yaitu pabrik tersebut akan pindah kenegara lain dengan kenaikan tarif listrik ttersebut. "Paling cepet pindah yaitu tekstil, sepatu, makanan mimumam yang menyerap tenaga kerja banyak. Negara lain siap menampung," jelasnya.

Natsir juga mengatakan persoalan listrik ini sudah terjadi sejak 15 tahun silam. "Itu kan listrik 15 tahun gak selesai itu akan membuat high cost. Negara lain efisiensi enrgi sangat bagus," katanya.

Di sisi lain kalangan industri makanan dan minuman menolak rencana pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik. Meski akan dilakukan secara bertahap, akan meningkatkan biaya produksi dan melemahkan daya saing industri.

"Kenaikan TDL akan menyebabkan daya saing industri makin melemah di pasar global. Dikhawatirkan juga bisa berdampak pada lonjakan produk impor ke pasar dalam negeri karena tingginya biaya produksi. Bisa-bisa industri jadi pedagang dengan mengimpor produk serupa," kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman .

Menurut dia, bagi industri makanan dan minuman, sebanyak 8 hingga 10% dari total biaya produksi disumbang dari biaya energi, termasuk listrik. Jadi, dengan kenaikan TDL, maka secara otomatis akan menyebabkan kenaikan biaya produksi dan harga jual produk.

"Selain itu, supplier-supplier (pemasok/vendor) juga akan menaikkan harga, misalnya pemasok kemasan dan bahan baku tambahan. Ujung-ujungnya konsumen lah yang akan menanggung harga yang terus meningkat. Jika biaya produksi tinggi, bisa membuat pengusaha berpikir lebih baik impor daripada memproduksi sendiri. Apalagi impor yang didukung nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang terus menguat, maka bisa lebih murah," ujarnya.

Dengan demikian, Adhi menambahkan, kenaikan TDL akan membuat pelaku industri banyak yang beralih menjadi pedagang. Biaya produksi yang terus meningkat membuat daya saing produk dalam negeri terus menurun.

Kenaikan BBM

Pengamat energi dari Reformer Institute Komaidi Notonegoro mengatakan, rencana pemerintah untuk menaikkan TDL atau juga disebut tarif tenaga listrik (TTL) seharusnya bukan menjadi prioritas utama. Menurut skala prioritas, untuk menaikkan tarif bukan pada listrik, melainkan justru pada harga bahan bakar minyak (BBM).

Menurut dia, kenaikan harga BBM lebih diprioritaskan terlebih dahulu dibanding kenaikan tarif TTL, karena penekanan subsidi yang akan diraih pemerintah lebih besar. Selanjutnya, penghematan subsidi listrik masih bisa dilakukan dengan mengatur kembali manajemen pembangkit listrik milik PT PLN (Persero).

Di antaranya dengan mengurangi konsumsi BBM pada pembangkit listrik serta meningkatkan penggunaan bahan bakar gas, batu bara serta energi terbarukan. Rencana kenaikan TDL tidak perlu terburu-buru untuk dilaksanakan pemerintah."Kalau soal listrik, masih bisa dicarikan solusinya. Sedangkan BBM masih berat, karena mahalnya harga impor. Seandainya dilaksanakan, tentunya tidak perlu terburu-buru untuk dilakukan. Namun, harus dipertimbangkan prioritasnya," katanya.

Terkait hal ini, Menteri Perindustrian (Menperin) MS Hidayat mengatakan, pemerintah akan membahas skema rencana kenaikan TDL  bersama pelaku usaha. Tujuannya agar subsidi untuk sektor energi tidak terlalu besar."Pemerintah memahami bahwa pelaku usaha merasa keberatan menghadapi kenaikan tarif listrik pada tahun depan. Namun, agar rencana kenaikan TDL bisa diterima semua pihak, dalam waktu dekat akan diadakan pertemuan dengan pengusaha, terutama untuk membahas mengenai cara atau skema kenaikan tarif listrik dan kompensasinya," katanya.

Usulan dari pelaku usaha terkait kebijakan kenaikan TDL , menurut Hidayat, akan ditampung dan dibahas bersama pemerintah. "Pada 2013, pemerintah mengeluarkan biaya subsidi untuk energi sebesar Rp 300 triliun, di mana Rp 100 triliun di antaranya untuk listrik dan sisanya bahan bakar minyak (BBM). Pemerintah sendiri berharap pelaku usaha dapat menerima kebijakan kenaikan TDL," tutur Hidayat.

BERITA TERKAIT

Indonesia Buka Peluang Berkolaborasi untuk Percepat Transisi Energi

NERACA Paris – Dalam lawatannya ke Paris, Perancis, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, menjadi pembicara kunci…

Industri Alat Kesehatan Nasional Siap Dobrak Pasar Eropa

NERACA Jakarta – Industri alat kesehatan nasional terus berupaya untuk menembus pasar ekspor seiring dengan produk-produknya yang semakin berkualitas dan…

Indonesia Hasilkan 13 Perjanjian Kerja Sama Industri Senilai Rp5 Triliun - DI HANNOVER MESSE 2024

NERACA Jerman – Keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2024 bertujuan untuk mewujudkan kerja sama industri dan penanaman modal asing. Pada…

BERITA LAINNYA DI Industri

Indonesia Buka Peluang Berkolaborasi untuk Percepat Transisi Energi

NERACA Paris – Dalam lawatannya ke Paris, Perancis, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif, menjadi pembicara kunci…

Industri Alat Kesehatan Nasional Siap Dobrak Pasar Eropa

NERACA Jakarta – Industri alat kesehatan nasional terus berupaya untuk menembus pasar ekspor seiring dengan produk-produknya yang semakin berkualitas dan…

Indonesia Hasilkan 13 Perjanjian Kerja Sama Industri Senilai Rp5 Triliun - DI HANNOVER MESSE 2024

NERACA Jerman – Keikutsertaan Indonesia dalam Hannover Messe 2024 bertujuan untuk mewujudkan kerja sama industri dan penanaman modal asing. Pada…