Warga kampung Bacili (Bantaran Kali Ciliwung) beserta beberapa seniman serta tokoh masyarakat lainnya bahu membahu membuat kampong mereka terlihat artistik, indah dan bersih. Ya, mereka melukis mural di delapan RT dan kurang lebih 800 rumah, dengan Tajuk Festival Kampung Kreatif Bacili.
Penataan kampong ini telah dimulai pada 10 Nopember silam, dan pada 20 Desember diselenggarakan kegiatan lanjutan berupa berupa pesta kesenian yang dikenal dengan Festifal Bacili. Festival ini menghadirkan pentas seni, lomba lukis layang-layang, dan lomba lukis mural untuk semua warga.
Akibatnya, warga kampung Bacili setiap hari, siang malam terus bergerak melukis mural di dinding teras, pagar, tanggul bantaran kali. Bahkan, tiang-tiang yang ada di kampung juga mereka hias sebagai bentuk ekspresi seni.
Hasilnya, sepanjang gang, teras rumah, warung di penuhi berbagai ragam lukisan dinding, sehingga ketika memasuki kampung ini pengunjung akan merasa seperti berada di dunia lain.
Pasalnya, dimana mata menatap berbagai lukisan dinding yang digoreskan penduduk dan relawan membuat mata ini tak lelah menikmati. Inilah seni penyadaran untuk mengangkat harga diri masyarakat bawah.
Hasil karya mereka cukup menggelitik untuk di kaji lebih dalam, karena itu lukisan hasil imajinasi masyarakat bawah yang sudah mengalami pahit getirnya hidup di belantara Jakarta ini banyak tersaji dsini. Sehingga karya itu bisa di nikmati banyak orang.
Lukisan warga memang cukup beragam, diantara mereka ada yang mengangkat tema kerusakan hutan, korupsi. Itulah alas an kenapa kampong ini “nyentrik”. Karya mereka memiliki seni tinggi.
Karena, mungkin tidak pernah terpikirkan kampung yang dulunya kumuh dan tidak tertata dengan rapi, kini menjadi kampung yang indah dan bersih, bukan hanya itu kampong tersebut juga memiliki nilai seni mumpuni. Di setiap gang terdapat lukisan yang indah.
Kampung kreatif Bacili ini digagas oleh Rahmat Jabaril, kala itu dia dibantu seniman Ki Suhardi dan tokoh masyarakat lainnya untuk merealisasikan kampung kreatif ini. Kampung ini diresmikan oleh Gubernur Fauzi Bowo pada 10 September 2013 sebagai kampung kreatif yang unik.
Dalam perkembangannya menginjak tahun pertama banyak pelatihan di lakukan di sanggar Bacili, seperti pelatihan pembuatan pupuk kompos, biopori, daur ulang sampah, tari, seni lukis, serta pembuatan pembuatan topeng dan wayang.
“Dengan demikian, tidak ada lagi sampah-sampah keluarga di sana yang tak bermanfaat, kalau mau bergerak, semua bisa jadi tampak indah dan penuh kreasi,” kata Iskandar Hardjodimuljo, seorang seniman lukis wayang yang ikut menginisiasi warga setempat.
Menurut Iskandar, memang warga bantaran membutuhkan sentuhan dari para seniman, relawan, agar mereka bisa bangkit dari kekumuhan bantaran kali. Dia pun membandingkan Kampung Bacili dengan Kampung Code di Kota Yogyakarta. Kampung itu semula kumuh. Setelah disentuh oleh JB Mangun Wijaya (alm) yang juga arsitek dan seniman, kini kampong Lembah Code bahkan menjadi tujuan wisatawan. (ahm/saksono)
Commercial Smart TV dan CreateBoard LG Raih Sertifikasi TKDN NERACA Jakarta - PT. LG Electronics Indonesia (LG) baru saja…
NERACA Jakarta - Menyambut tahun 2024, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) berkomitmen untuk terus berfokus pada pembiayaan di sektor perumahan.…
NERACA Jakarta - Hasil riset Rumah123 mengungkapkan Bogor mengalami kenaikan harga rumah tertinggi di Jabodetabek hingga 6,4 persen, disusul Tangerang…
Commercial Smart TV dan CreateBoard LG Raih Sertifikasi TKDN NERACA Jakarta - PT. LG Electronics Indonesia (LG) baru saja…
NERACA Jakarta - Menyambut tahun 2024, PT Sarana Multigriya Finansial (SMF) berkomitmen untuk terus berfokus pada pembiayaan di sektor perumahan.…
NERACA Jakarta - Hasil riset Rumah123 mengungkapkan Bogor mengalami kenaikan harga rumah tertinggi di Jabodetabek hingga 6,4 persen, disusul Tangerang…